Pimpinan oposisi Malaysia puji demokrasi Indonesia
A
A
A
Sindonews.com - Mantan Deputi Perdana Menteri (PM) Malaysia, Anwar Ibrahim, memuji keterbukaan demokrasi di Indonesia. Termasuk pada keterbukaan pemberantasan korupsi Indonesia, di mana di Malaysia sangat tertutup.
"Demokrasi di Indonesia sangat terbuka termasuk kasus korupsinya," kata pimpinan oposisi Malaysia itu dalam pidatonya di acara DPD yang bertajuk "Kebangkitan Asia dalam Dinamika Integerasi Global" di Nusantara V, Senayan, Jakarta, Jumat (2/5/2014).
Menurut Anwar, kalau di Malaysia, dalam pemberantasan kasus korupsi sangat tertutup oleh jangkauan media. Sedangkan di Indonesia, wacananya sangat terbuka dan tersebar lewat media. "Tidak seperti di Malaysia," imbuhnya.
Anwar menilai, Indonesia itu suatu harapan dari Demokrasi bahkan, DPR-MPR bisa berbicara mengenai setiap masalah. Disamping itu pemberantasan korupsi terus dilakukan di Indonesia, termasuk pimpinan Mahkamah Agung (MA) pun ikut diselidiki. "Bingung saya kenapa itu bisa terjadi," terangnya.
Oleh karena itu, lanjut Anwar, jika ingin menjadi pemimpin di Indonesia harus pandai berdemokrasi. Selain itu, menurutnya, demokrasi Indonesia juga sangat klasik dengan berkaca pada pemilu pertama tahun 1955.
Menurut Anwar, pada saat itu begitu banyak jurang ideologi yang sangat tajam antara PKI dan Masyumi. Tapi, di tahun 1955 seluruh rakyat memilih pemimpinnya secara demokratis. "Parlemen yang paling terbuka itu di mana? Di Indonesia," pungkasnya.
"Demokrasi di Indonesia sangat terbuka termasuk kasus korupsinya," kata pimpinan oposisi Malaysia itu dalam pidatonya di acara DPD yang bertajuk "Kebangkitan Asia dalam Dinamika Integerasi Global" di Nusantara V, Senayan, Jakarta, Jumat (2/5/2014).
Menurut Anwar, kalau di Malaysia, dalam pemberantasan kasus korupsi sangat tertutup oleh jangkauan media. Sedangkan di Indonesia, wacananya sangat terbuka dan tersebar lewat media. "Tidak seperti di Malaysia," imbuhnya.
Anwar menilai, Indonesia itu suatu harapan dari Demokrasi bahkan, DPR-MPR bisa berbicara mengenai setiap masalah. Disamping itu pemberantasan korupsi terus dilakukan di Indonesia, termasuk pimpinan Mahkamah Agung (MA) pun ikut diselidiki. "Bingung saya kenapa itu bisa terjadi," terangnya.
Oleh karena itu, lanjut Anwar, jika ingin menjadi pemimpin di Indonesia harus pandai berdemokrasi. Selain itu, menurutnya, demokrasi Indonesia juga sangat klasik dengan berkaca pada pemilu pertama tahun 1955.
Menurut Anwar, pada saat itu begitu banyak jurang ideologi yang sangat tajam antara PKI dan Masyumi. Tapi, di tahun 1955 seluruh rakyat memilih pemimpinnya secara demokratis. "Parlemen yang paling terbuka itu di mana? Di Indonesia," pungkasnya.
(maf)