Jokowi harus pertimbangkan usia cawapres
A
A
A
Sindonews.com - Calon presiden (capres) PDIP Joko Widodo (Jokowi) harus mempertimbangkan secara matang sosok yang akan mendampinginya jika maju pada Pilpres 2014 mendatang. Sehingga roda pemerintahan yang dijalankan akan lebih efektif.
Saat ini, sejumlah nama dikabarkan menjadi kandidat cawapres Jokowi. Mereka adalah mantan Wapres Jusuf Kalla (JK), mantan KSAD Ryamizard Ryacudu (RR), dan Ketua KPK Abraham Samad (AS). Ketiganya dianggap memiliki pengalaman dan mampu membantu Gubernur DKI Jakarta itu menjalankan tugas-tugas kenegaraan.
Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah Gun Gun Heryanto mengatakan, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut dia, sosok JK memang berpengalaman dalam bidang birokrasi, berdasarkan track record-nya yang pernah mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Namun demikian, JK dinilai tipe pemimpin spontan dalam mengeluarkan pernyataan. "Meski orisinal tapi kerap melahirkan polemik," ujarnya ketika dihubungi SINDO, Senin (28/4/2014).
Menurut dia, JK bisa sangat powerfull menjalankan tugas sebagai wapres, namun jika tidak bisa mengendalikan, maka punya potensi menjadi dominan, terlebih jika berpasangan dengan Jokowi. "Jika tidak hati-hati, maka bisa saja Jokowi bakal rikuh sama JK," ucapnya.
Sedangkan, figur Ryamizard memiliki kelebihan yakni sangat diterima di lingkar elite PDIP terutama dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Ryamizard, kata dia, juga memiliki pengalaman di birokrasi militer. Namun demikian, dia kurang mampu melakukan komunikasi politik yang strategis.
"Komentarnya lebih menunjukkan sosok jenderal lapangan, dibanding sosok pemikir. Dia juga belum teruji konsep-konsep dan visi kebangsaannya. Selain juga masih tanda tanya, apakah sosoknya bisa diterima dunia usaha," ungkapnya.
Sementara, Abraham Samad merupakan sosok yang masih muda dan cukup selaras jika berpasangan dengan Jokowi. Selain punya rekam jejak sangat memadai dalam pemberantasan korupsi, Abraham merupakan pimpinan KPK pertama yang menetapkan pejabat setingkat menteri sebagai tersangka korupsi. Namun, dia juga memiliki kelemahan yakni belum teruji dalam mesin birokrasi.
Direktur Konsep Indonesia (Konsepindo) Research and Consultant, Veri Muhlis Ariefuzzaman menilai, sisi usia menjadi penting bagi Jokowi untuk mempertimbangkan kedekatan jarak dan efektifitas kinerja pemerintahan.
"Jangan sampai wapresnya terlalu tua atau juga terlalu muda. Sepantaran atau lebih-lebih sedikitlah, kurang-kurang sedikit, pasti ideal," kata Veri.
Cawapres Jokowi, kata dia, harus diukur bagaimana kapasitas dan track record-nya. Menurut dia, sebaiknya jangan yang terlalu berpengalaman. Misalnya pernah menjabat sebagai wapres sebelumnya, atau mantan presiden yang ditawarkan menjadi wapres. "Kasian bangsa ini. Seperti tak ada kaderisasi," jelasnya.
Sedangkan, Wasekjen PDIP Eriko Sotarduga menjelaskan, pendamping Jokowi haruslah orang yang dapat bekerja sama. Nantinya, pendamping akan memiliki fungsi menyukseskan pemerintahan. "Yang penting seirama dan dapat bersinergi. Kami masih mendiskusikan," jawabnya singkat.
Saat ini, sejumlah nama dikabarkan menjadi kandidat cawapres Jokowi. Mereka adalah mantan Wapres Jusuf Kalla (JK), mantan KSAD Ryamizard Ryacudu (RR), dan Ketua KPK Abraham Samad (AS). Ketiganya dianggap memiliki pengalaman dan mampu membantu Gubernur DKI Jakarta itu menjalankan tugas-tugas kenegaraan.
Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah Gun Gun Heryanto mengatakan, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut dia, sosok JK memang berpengalaman dalam bidang birokrasi, berdasarkan track record-nya yang pernah mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Namun demikian, JK dinilai tipe pemimpin spontan dalam mengeluarkan pernyataan. "Meski orisinal tapi kerap melahirkan polemik," ujarnya ketika dihubungi SINDO, Senin (28/4/2014).
Menurut dia, JK bisa sangat powerfull menjalankan tugas sebagai wapres, namun jika tidak bisa mengendalikan, maka punya potensi menjadi dominan, terlebih jika berpasangan dengan Jokowi. "Jika tidak hati-hati, maka bisa saja Jokowi bakal rikuh sama JK," ucapnya.
Sedangkan, figur Ryamizard memiliki kelebihan yakni sangat diterima di lingkar elite PDIP terutama dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Ryamizard, kata dia, juga memiliki pengalaman di birokrasi militer. Namun demikian, dia kurang mampu melakukan komunikasi politik yang strategis.
"Komentarnya lebih menunjukkan sosok jenderal lapangan, dibanding sosok pemikir. Dia juga belum teruji konsep-konsep dan visi kebangsaannya. Selain juga masih tanda tanya, apakah sosoknya bisa diterima dunia usaha," ungkapnya.
Sementara, Abraham Samad merupakan sosok yang masih muda dan cukup selaras jika berpasangan dengan Jokowi. Selain punya rekam jejak sangat memadai dalam pemberantasan korupsi, Abraham merupakan pimpinan KPK pertama yang menetapkan pejabat setingkat menteri sebagai tersangka korupsi. Namun, dia juga memiliki kelemahan yakni belum teruji dalam mesin birokrasi.
Direktur Konsep Indonesia (Konsepindo) Research and Consultant, Veri Muhlis Ariefuzzaman menilai, sisi usia menjadi penting bagi Jokowi untuk mempertimbangkan kedekatan jarak dan efektifitas kinerja pemerintahan.
"Jangan sampai wapresnya terlalu tua atau juga terlalu muda. Sepantaran atau lebih-lebih sedikitlah, kurang-kurang sedikit, pasti ideal," kata Veri.
Cawapres Jokowi, kata dia, harus diukur bagaimana kapasitas dan track record-nya. Menurut dia, sebaiknya jangan yang terlalu berpengalaman. Misalnya pernah menjabat sebagai wapres sebelumnya, atau mantan presiden yang ditawarkan menjadi wapres. "Kasian bangsa ini. Seperti tak ada kaderisasi," jelasnya.
Sedangkan, Wasekjen PDIP Eriko Sotarduga menjelaskan, pendamping Jokowi haruslah orang yang dapat bekerja sama. Nantinya, pendamping akan memiliki fungsi menyukseskan pemerintahan. "Yang penting seirama dan dapat bersinergi. Kami masih mendiskusikan," jawabnya singkat.
(kri)