400 ribu siswa tidak tertampung di SMK
A
A
A
Sindonews.com - Sebanyak 400 ribu siswa yang mendaftar ke sekolah menengah kejuruan (SMK) ditolak. Hal itu karena tidak sebandingnya antara daya tampung dan tingginya minat masyarakat bersekolah di SMK.
Direktur Pembinaan SMK Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah (Dikmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) M Mustagfirin Amin menjelaskan, pada 2013 lulusan SMP yang mendaftar ke SMK ada 1,921.919 orang. Namun sekolah yang ada hanya mampu menerima 1,5 27.778 siswa sedangkan 400.000 sisanya ditolak.
Menurut Mustagfirin, 11.000 SMK yang ada ternyata belum mampu menampung peminat SMK yang terus meningkat setipa tahun. “Daya tampung SMK akan diperbanyak. Hal ini untuk mengakomodasi lulusan SMP yang berminat ke SMK,” katanya di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Senin 21 April 2014.
Mustagfirin menambahkan, setiap tahun animo lulusan SMP yang mau masuk ke SMK meningkat 11 persen. Akan tetapi, rata-rata kenaikan daya tampung SMK 5 persen.
Dia menjelaskan, daya tampung SMK belum meningkat signifikan karena dukungan akses ke SMK terbatas dan semakin sedikitnya kabupaten dan kota yang mampu menyediakan lahan untuk pembangunan sekolah SMK baru.
Kemendikbud akan memperluas cakupan SMK dengan memasukkan pendidikan kejuruan kedalam perencanaan pembangunan ekonomi, sosial dan pengembangan industri. Pasalnya, ada 13,5 juta anak berusia 16-18 tahun yang memerlukan layanan pendidikan. Dalam hal ini, jelasnya, masih terdapat peluang peningkatan jumlah siswa SMK sebesar 25-35 persen dari populasi 13,5 juta anak itu yang umumnya dari kalangan ekonomi bawah.
“Anak pemulung atau petani biasanya mendaftar ke SMK atau tidak sekolah sama sekali. Target kami ialah menyekolahkan mereka ke SMK dengan biaya pendidikan yang murah. Namun, kami tidak melupakan mutu. Jika SMK mahal maka akan semakin banyak masyarakat miskin yang tidak bisa sekolah,” tuturnya.
Dia menargetkan, tahun ini total SMK akan mencapai 11.748 unit, siswa mencapai 4.303.201 dan 219.000 guru. Strategi yang akan dikembangkan untuk menambah daya tampung SMK bermutu ialah dengan membuat SMK Rujukan.
Mustagfirin menjelaskan, hingga 2016 nanti akan dibangun 2.016 SMK rujukan di seluruh kabupaten. Kemendikbud akan memilih SMK yang dijadikan rujukan seperti sudah mempunyai 1.000 siswa, guru diatas 75 orang, berdiri di luas lahan lebih dari 5.000 meter persegi dan mempunyai jaringan kerja sama dengan 100 industri.
Beberapa SMK terpilih yang akan dijadikan rujukan pada tahap awal ini seperti SMKN 4 Malang, SMKN 1 Klaten, SMKN 1 Mundu Jabar dan SMKN 2 Pangkalpinang. Dia menyebutkan, anggaran yang diperlukan untuk membuat SMK rujukan mencapai Rp110 miliar. Dananya akan terbagi antara pos anggaran Kemendikbud dan daerah.
Dia menjelaskan, fasilitas yang akan ada di SMK rujukan ini nanti ialah adanya tempat uji kompetensi produk, jasa dan keterampilan. SMK rujukan akan dilengkapi dengan bengkel kerja cerdas untuk mendukung pelatihan.
Selain itu fasilitas kegiatan bersama bagi siswa dan guru bidang seni, olahraga dan penguatan soft skill. Pusat sumber belajar juga akan terdiri dar bahan ajar yang ada di server, akses internet dan perpustakaan.
Direktur Pembinaan SMK Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah (Dikmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) M Mustagfirin Amin menjelaskan, pada 2013 lulusan SMP yang mendaftar ke SMK ada 1,921.919 orang. Namun sekolah yang ada hanya mampu menerima 1,5 27.778 siswa sedangkan 400.000 sisanya ditolak.
Menurut Mustagfirin, 11.000 SMK yang ada ternyata belum mampu menampung peminat SMK yang terus meningkat setipa tahun. “Daya tampung SMK akan diperbanyak. Hal ini untuk mengakomodasi lulusan SMP yang berminat ke SMK,” katanya di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Senin 21 April 2014.
Mustagfirin menambahkan, setiap tahun animo lulusan SMP yang mau masuk ke SMK meningkat 11 persen. Akan tetapi, rata-rata kenaikan daya tampung SMK 5 persen.
Dia menjelaskan, daya tampung SMK belum meningkat signifikan karena dukungan akses ke SMK terbatas dan semakin sedikitnya kabupaten dan kota yang mampu menyediakan lahan untuk pembangunan sekolah SMK baru.
Kemendikbud akan memperluas cakupan SMK dengan memasukkan pendidikan kejuruan kedalam perencanaan pembangunan ekonomi, sosial dan pengembangan industri. Pasalnya, ada 13,5 juta anak berusia 16-18 tahun yang memerlukan layanan pendidikan. Dalam hal ini, jelasnya, masih terdapat peluang peningkatan jumlah siswa SMK sebesar 25-35 persen dari populasi 13,5 juta anak itu yang umumnya dari kalangan ekonomi bawah.
“Anak pemulung atau petani biasanya mendaftar ke SMK atau tidak sekolah sama sekali. Target kami ialah menyekolahkan mereka ke SMK dengan biaya pendidikan yang murah. Namun, kami tidak melupakan mutu. Jika SMK mahal maka akan semakin banyak masyarakat miskin yang tidak bisa sekolah,” tuturnya.
Dia menargetkan, tahun ini total SMK akan mencapai 11.748 unit, siswa mencapai 4.303.201 dan 219.000 guru. Strategi yang akan dikembangkan untuk menambah daya tampung SMK bermutu ialah dengan membuat SMK Rujukan.
Mustagfirin menjelaskan, hingga 2016 nanti akan dibangun 2.016 SMK rujukan di seluruh kabupaten. Kemendikbud akan memilih SMK yang dijadikan rujukan seperti sudah mempunyai 1.000 siswa, guru diatas 75 orang, berdiri di luas lahan lebih dari 5.000 meter persegi dan mempunyai jaringan kerja sama dengan 100 industri.
Beberapa SMK terpilih yang akan dijadikan rujukan pada tahap awal ini seperti SMKN 4 Malang, SMKN 1 Klaten, SMKN 1 Mundu Jabar dan SMKN 2 Pangkalpinang. Dia menyebutkan, anggaran yang diperlukan untuk membuat SMK rujukan mencapai Rp110 miliar. Dananya akan terbagi antara pos anggaran Kemendikbud dan daerah.
Dia menjelaskan, fasilitas yang akan ada di SMK rujukan ini nanti ialah adanya tempat uji kompetensi produk, jasa dan keterampilan. SMK rujukan akan dilengkapi dengan bengkel kerja cerdas untuk mendukung pelatihan.
Selain itu fasilitas kegiatan bersama bagi siswa dan guru bidang seni, olahraga dan penguatan soft skill. Pusat sumber belajar juga akan terdiri dar bahan ajar yang ada di server, akses internet dan perpustakaan.
(dam)