Kesadaran kosmis

Selasa, 15 April 2014 - 09:07 WIB
Kesadaran kosmis
Kesadaran kosmis
A A A
MENGAPA lebah bisa cepat sekali menemukan bunga? Mengapa lalat cepat sekali menemukan kotoran? Mata lebah memang didesain khusus untuk menemukan bunga, sedangkan mata lalat didesain khusus untuk menemukan kotoran. Mengapa? Karena memang makanan lebah adalah madu, sedangkan makanan lalat adalah kotoran.

Di dalam pikiran lebah hanyalah madu, madu, dan madu. Sedangkan di dalam pikiran lalat hanyalah, kotoran, kotoran, dan kotoran. Fokus lebah adalah madu, sedangkan fokus lalat adalah kotoran. Alhasil susah bagi lebah untuk menemukan kotoran, tapi mudah dan cepat bagi lebah untuk menemukan bunga di manapun. Sebaliknya, susah bagi lalat untuk menemukan bunga, tapi mudah dan cepat bagi lalat untuk menemukan kotoran di manapun.

Apa hasil akhirnya? Lebah kaya akan madu yang sangat bermanfaat, sedangkan lalat kaya akan kotoran dan segala kuman penyakit. Lebah banyak dipelihara orang, sedangkan lalat selalu disemprot dengan obat semprot anti nyamuk.

Sekarang kita bisa merenung sejenak untuk muhasabah. Kita ini termasuk orang dengan jenis mata lebah atau mata lalat?

Apa yang kita pikirkan akan menghasilkan apa yang kita lihat, dan apa yang kita lihat akan menghasilkan apa yang kita peroleh. Hidup kita sangat tergantung dengan hati dan pikiran. Kalau hati dan pikiran selalu negatif, maka apa saja yang kita lihat selalu menjadi negatif. Yang dilakukan pun akan menjadi negatif, dan hasil akhirnya adalah sesuatu yang negatif. Artinya, sesungguhnya pikiran dan hati kita lah yang menentukan hasil.

Orang yang memiliki hati dan pikiran positif adalah orang yang tercerahkan. Bukan hanya pintar, namun dia mampu melihat persaman dalam setiap perbedaan, mampu melihat cahaya dalam setiap kegelapan. Pemikirannya akan mampu menjadi perekat semua perbedaan.

Mereka yang tercerahkan adalah yang telah memiliki kesadaran kosmis, yaitu suatu kemampuan untuk melihat diri dan lingkungannya dari sebuah ketinggian. Bukan sekedar hanya cara pandangan "Helicopter Sight", akan tetapi bahkan "Apollo Sight" yang jauh lebih tinggi lagi. Tidak "cupet" dan tidak sempit dalam memandang. Dia mampu melihat dunia dari ketinggian. Cara pandang kosmis ini bukan hanya membuat orang berpikir holistik akan tetapi universalistik yang arif, adil, dan bijaksana. Inilah ciri orang yang telah tercerahkan.

Pandangan dan kesadaran kosmis inilah yang diperlukan setiap pemimpin di saat keadaan bangsa dan negara seperti ini. Kesadaran kosmis adalah solusi untuk membangun persatuan sejati dan kesatuan hakiki di tengah ancaman perpecahan sesama anak bangsa. Kesadaran kosmis inilah solusi pembangunan jiwa bangsa di tengah runtuhnya panduan nilai-nilai moral yang sedang melanda bangsa dan negara.

Kesadaran kosmis menempatkan manusia agar tidak lagi terikat ego. Baik ego pribadi, ataupun ego kelompok. Orang yang sudah lepas dari ego itu berarti dia sudah mampu memimpin diri sendiri. Bahkan dia akan siap memimpin sekelompok orang, memimpin organisasi, atau bahkan memimpin negara.

Hati yang tercerahkan sangat diperlukan di saat bangsa kita tidak tahu lagi mana yang baik dan mana yang buruk, serta mana yang penting dan mana yang tidak penting. Kesadaran kosmis ini akan mampu menerobos kebingungan logika orang-orang pintar yang penuh argumentasi ilmiah dalam bersilat lidah dalam menemukan kebenaran tanpa perlu bertele-tele.

Sudah terlalu banyak waktu dan energi bangsa ini tersita untuk sekadar menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Sudah terlalu banyak kesempatan emas yang terlewatkan untuk menyejahterakan negeri ini. Bahkan sudah telalu banyak tumpukan masalah tidak terlesaikan yang menyusahkan akibat ketidakmampuan kita melihat dengan cara pandang sempit dan jangka pendek. Semoga mampu mencerahkan hati kita semua.

Dr (HC) ARY GINANJAR AGUSTIAN

Pakar Pembangunan Karakter
Corporate Culture Consultant
Founder ESQ 165.

Fanspage: facebook.com/Ary.Ginanjar.Agustian
www.esqway165.com
www.actconsulting.co
Email: [email protected]
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0858 seconds (0.1#10.140)