Gerindra siap kalah
A
A
A
Sindonews.com - Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Suhardi mengatakan, dalam pemilu tentu ada yang menang dan kalah. Dia menyatakan, Gerindra tentu siap kalah, akan tetapi ada syaratnya.
"Siap kalah jika penyelenggaraan pemilu dilakukan secara jujur, adil, transparan tanpa ada kecurangan. Tapi kalau kami dicurangi, tentu kami tidak siap kalah," kata Suhardi kepada KORAN SINDO, Selasa (8/4/2014).
Dia mengatakan, semua pihak tidak akan siap jika kalah karena dicurangi. Dia mencontohkan, apa yang terjadi saat pencoblosan di Qatar. Pihaknya menemukan indikasi kecurangan dalam pelaksanaan pemilihan legislatif di sana.
"Di sana itu pemilih hanya sekitar dua ribuan, tapi suara yang masuk sampai belasan ribu. Kalau begini apa kita siap kalah. Tentu saja tidak," tegasnya.
Untuk siap kalah dan menang maka baik penyelenggara dan pengawas harus dapat menggelar pemilu yang jauh dari kecurangan. Jika ini dapat dilakukan maka Gerindra akan menerima kekalahan dengan baik.
Gerindra akan mengambil prosedur resmi, seperti laporan ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan Mahkamah Konstitusi (MK) jika ditemukan kecurangan. Jika tetap tidak menyelesaikan masalah, maka pihaknya akan tetap mencari keadilan.
Menurut dia, pemilu yang jujur dan transparan berkaitan dengan penyelenggaraan yang damai. Tentunya jika ditemukan kecurangan, maka dapat dipastikan semua elemen masyarakat akan melawan dan konflik tentu tak dapat dihindari.
"Damai bukan yang paling utama tapi pemilu yang bersih. Jika tidak bersih pemilu akan sia-sia karena akan memancing konflik," tuturnya.
Dengan demikian, pemilu harus mengutamakan bersih dibanding hanya damai. Gerindra menargetkan perolehan suara 20 persen pada pemilu kali ini. "Tidak mungkin kita merasa tenang jika pemilu tidak bersih dan hanya rekayasa," ungkapnya.
"Siap kalah jika penyelenggaraan pemilu dilakukan secara jujur, adil, transparan tanpa ada kecurangan. Tapi kalau kami dicurangi, tentu kami tidak siap kalah," kata Suhardi kepada KORAN SINDO, Selasa (8/4/2014).
Dia mengatakan, semua pihak tidak akan siap jika kalah karena dicurangi. Dia mencontohkan, apa yang terjadi saat pencoblosan di Qatar. Pihaknya menemukan indikasi kecurangan dalam pelaksanaan pemilihan legislatif di sana.
"Di sana itu pemilih hanya sekitar dua ribuan, tapi suara yang masuk sampai belasan ribu. Kalau begini apa kita siap kalah. Tentu saja tidak," tegasnya.
Untuk siap kalah dan menang maka baik penyelenggara dan pengawas harus dapat menggelar pemilu yang jauh dari kecurangan. Jika ini dapat dilakukan maka Gerindra akan menerima kekalahan dengan baik.
Gerindra akan mengambil prosedur resmi, seperti laporan ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan Mahkamah Konstitusi (MK) jika ditemukan kecurangan. Jika tetap tidak menyelesaikan masalah, maka pihaknya akan tetap mencari keadilan.
Menurut dia, pemilu yang jujur dan transparan berkaitan dengan penyelenggaraan yang damai. Tentunya jika ditemukan kecurangan, maka dapat dipastikan semua elemen masyarakat akan melawan dan konflik tentu tak dapat dihindari.
"Damai bukan yang paling utama tapi pemilu yang bersih. Jika tidak bersih pemilu akan sia-sia karena akan memancing konflik," tuturnya.
Dengan demikian, pemilu harus mengutamakan bersih dibanding hanya damai. Gerindra menargetkan perolehan suara 20 persen pada pemilu kali ini. "Tidak mungkin kita merasa tenang jika pemilu tidak bersih dan hanya rekayasa," ungkapnya.
(maf)