Indonesia perlu adopsi pendidikan multikultural
A
A
A
Sindonews.com - Berjangkitnya wabah radikalisme di kalangan generasi muda dinilai mengancam prinsip kebhinekaan yang telah diletakkan para pendiri bangsa ini.
Pancasila sebagai tali perekat yang melahirkan Indonesia dirasakan semakin tidak dikenali sebagai warisan besar yang harus terus dilestarikan. Berbagai survei yang pernah dilakukan menunjukkan menguatnya gejala militansi keagamaan di kalangan muda. Kenyataan ini meresahkan, karena pemuda adalah tulang punggung masa depan bangsa. Oleh karena itu, Indonesia perlu mengadopsi pendidikan multikultural.
"Pendidikan multikultural penting untuk menanamkan nilai-nilai toleransi sejak dini. Indonesia tidak akan pernah ada tanpa budaya Bali, Batak, Minang, Dayak, Papua, dan sebagainya. Kemajemukan adalah modal perekat membangun kejayaan peradaban Indonesia," ujar Ali Masykur Musa, salah satu Calon Presiden Konvensi Partai Demokrat, pada rangkaian kegiatan Konvensi di Denpasar Bali, Rabu (18/2/2014).
Cak Ali, panggilan akrabnya, menuturkan, kenaikan anggaran pendidikan harus diletakkan sebagai proses sosial untuk mencetak manusia Indonesia yang berbudaya dan arif menyikapi perbedaan dengan penuh toleransi.
Dia mengajak seluruh warga Indonesia, terutama para pemuda untuk mewarnai dan mengawal dinamika kebudayaan dengan memegang teguh Pancasila dan menjunjung kebhinekaan.
Dia juga berkomitmen meneruskan perjuangan almarhum Gus Dur yang konsisten membela prinsip-prinsip kemanusiaan sejati tanpa diskriminasi. "Saya terlahir dari Nahdlatul Ulama (NU). NU tegas menyatakan untuk berjuang sekuat tenaga mempertahankan konsensus kebangsaan kita. Karena itu, saya mendukung multikulturalisme masuk dalam materi ajar pendidikan nasional, agar generasi penerus menghayati prinsip kebhinekaan dan toleransi sejak dini," katanya.
Berita:
Misi utama Ali Masykur ikut Konvensi Demokrat
Pancasila sebagai tali perekat yang melahirkan Indonesia dirasakan semakin tidak dikenali sebagai warisan besar yang harus terus dilestarikan. Berbagai survei yang pernah dilakukan menunjukkan menguatnya gejala militansi keagamaan di kalangan muda. Kenyataan ini meresahkan, karena pemuda adalah tulang punggung masa depan bangsa. Oleh karena itu, Indonesia perlu mengadopsi pendidikan multikultural.
"Pendidikan multikultural penting untuk menanamkan nilai-nilai toleransi sejak dini. Indonesia tidak akan pernah ada tanpa budaya Bali, Batak, Minang, Dayak, Papua, dan sebagainya. Kemajemukan adalah modal perekat membangun kejayaan peradaban Indonesia," ujar Ali Masykur Musa, salah satu Calon Presiden Konvensi Partai Demokrat, pada rangkaian kegiatan Konvensi di Denpasar Bali, Rabu (18/2/2014).
Cak Ali, panggilan akrabnya, menuturkan, kenaikan anggaran pendidikan harus diletakkan sebagai proses sosial untuk mencetak manusia Indonesia yang berbudaya dan arif menyikapi perbedaan dengan penuh toleransi.
Dia mengajak seluruh warga Indonesia, terutama para pemuda untuk mewarnai dan mengawal dinamika kebudayaan dengan memegang teguh Pancasila dan menjunjung kebhinekaan.
Dia juga berkomitmen meneruskan perjuangan almarhum Gus Dur yang konsisten membela prinsip-prinsip kemanusiaan sejati tanpa diskriminasi. "Saya terlahir dari Nahdlatul Ulama (NU). NU tegas menyatakan untuk berjuang sekuat tenaga mempertahankan konsensus kebangsaan kita. Karena itu, saya mendukung multikulturalisme masuk dalam materi ajar pendidikan nasional, agar generasi penerus menghayati prinsip kebhinekaan dan toleransi sejak dini," katanya.
Berita:
Misi utama Ali Masykur ikut Konvensi Demokrat
(dam)