Komite konvensi bantah aksi lempar kursi warnai debat
A
A
A
Sindonews.com - Komite Konvensi Partai Demokrat membantah ada aksi saling lempar kursi saat debat peserta calon presiden (capres) di Grand City, Surabaya, Jawa Timur, kemarin.
"Enggak ada (lempar kursi), hanya rebutan kursi. Karena memang melebihi kapasitas. Berebutan kursi, nah panitia kewalahan mengawasi itu," kata Anggota Komite Konvensi, Vera Febhyanty saat dihubungi wartawan, Jumat (14/2/2014).
Ia juga menyampaikan kegiatan itu sudah sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan, hanya saja pendukung dari peserta konvensi melebihi kapasitas.
"Sudah (sesuai SOP), Kunci di LO nya (peserta konvensi), kami yakin ini karena antusias. LO harusnya bisa memperhatikan pendukungnya. Ada SOP yang harus ditaati. Kan ruangan kecil," tuntasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, kericuhan mewarnai acara debat Konvensi Capres Partai Demokrat sesi dua di Grand City, Surabaya, Kamis, 13 Februari 2014 malam. Keributan bermula ketika para pendukung kandidat saling meneriakkan yel-yel. Entah siapa yang memulai, tiba-tiba bentrokan terjadi.
Aksi saling lempar kursi terjadi dari kubu pendukung dua kandidat capres. Tidak diketahui kubu siapa yang memulai keributan ini. Beruntung, kericuhan yang terjadi sekira 19.30 WIB ini hanya berlangsung sesaat. Polisi yang berada di lokasi langsung mengamankan wilayah sekitar. Kejadian berlangsung hanya sesaat sebelum lima capres memasuki ruang debat.
Lima capres yang melakukan debat pada sesi kedua ini adalah Dino Patti Djalal, Marzuki Alie, Irman Gusman, Ali Masykur Musa, dan Dahlan Iskan. Seluruh capres membawa serta puluhan hingga ratusan orang pendukungnya. Dari kelima capres, pendukung terbesar tampak didominasi Dahlan Iskan dan Irman Gusman.
Baca berita:
Kericuhan Konvensi Demokrat berawal dari tempat duduk
"Enggak ada (lempar kursi), hanya rebutan kursi. Karena memang melebihi kapasitas. Berebutan kursi, nah panitia kewalahan mengawasi itu," kata Anggota Komite Konvensi, Vera Febhyanty saat dihubungi wartawan, Jumat (14/2/2014).
Ia juga menyampaikan kegiatan itu sudah sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan, hanya saja pendukung dari peserta konvensi melebihi kapasitas.
"Sudah (sesuai SOP), Kunci di LO nya (peserta konvensi), kami yakin ini karena antusias. LO harusnya bisa memperhatikan pendukungnya. Ada SOP yang harus ditaati. Kan ruangan kecil," tuntasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, kericuhan mewarnai acara debat Konvensi Capres Partai Demokrat sesi dua di Grand City, Surabaya, Kamis, 13 Februari 2014 malam. Keributan bermula ketika para pendukung kandidat saling meneriakkan yel-yel. Entah siapa yang memulai, tiba-tiba bentrokan terjadi.
Aksi saling lempar kursi terjadi dari kubu pendukung dua kandidat capres. Tidak diketahui kubu siapa yang memulai keributan ini. Beruntung, kericuhan yang terjadi sekira 19.30 WIB ini hanya berlangsung sesaat. Polisi yang berada di lokasi langsung mengamankan wilayah sekitar. Kejadian berlangsung hanya sesaat sebelum lima capres memasuki ruang debat.
Lima capres yang melakukan debat pada sesi kedua ini adalah Dino Patti Djalal, Marzuki Alie, Irman Gusman, Ali Masykur Musa, dan Dahlan Iskan. Seluruh capres membawa serta puluhan hingga ratusan orang pendukungnya. Dari kelima capres, pendukung terbesar tampak didominasi Dahlan Iskan dan Irman Gusman.
Baca berita:
Kericuhan Konvensi Demokrat berawal dari tempat duduk
(kri)