Misi Singapura di balik polemik Usman Harun

Selasa, 11 Februari 2014 - 22:36 WIB
Misi Singapura di balik polemik Usman Harun
Misi Singapura di balik polemik Usman Harun
A A A
Sindonews.com - Protes Singapura terhadap penamaan kapal perang KRI Usman Harun disinyalir memiliki agenda tertentu. Setidaknya ada tiga agenda di balik sikap protes Singapura.

"Pemerintah Singapura memiliki tiga agenda nasional yang bisa dipenuhi melalui sikap soal penamaan KRI Usman-Harun," kata Direktur Kajian Politik Center for Indonesian National Policy Studies (Cinaps) Guspiabri Sumowigeno, Selasa (11/2/2014).

Pertama, Singapura sedang mencari perhatian dari Negara Amerika Serikat. Hal itu guna mendapatkan dukungan militer tambahan dengan mengirim pesan sedang terancam oleh kebangkitan militer Indonesia.

Singapura, kata Guspiabri, rajin mencari celah untuk meningkatkan kapasitas militernya melalui dukungannya pada politik global AS. Selain itu, kata dia, sikap Singapura mendukung kampanye “China Containment” atau membendung pengaruh dari kebangkitan China sebagai superpower dunia dan juga ikut mengirim pasukan mendukung operasi pendudukan yang dipimpin AS di Irak 2003-2008 telah membuahkan dukungan AS bagi Singapura yang amat kuat secara militer.

"Pembangunan militer Singapura jauh di atas kebutuhan obyektifnya. Melalui sebuah perjanjian dengan AS, sejak tahun 1990, pangkalan militer Sembawang telah dibuka untuk fasilitas maintenance bagi militer AS," katanya.

Secara militer, Singapura memiliki peralatan militer yang lengkap. Singapura secara resmi menyatakan memiliki anggaran pertahanan USD4,8 miliar per tahun serta mempunyai 40 unit F-16 dan beberapa puluh jet tempur lain.

"Singapura juga adalah satu-satunya negara Asia yang dilibatkan AS dalam riset pengembangan jet tempur masa depan F-35 yang tak bisa ditangkap radar," katanya.

Menurut dia, Singapura memanfaatkan memanasnya hubungan Indonesia-Singapura untuk mendapatkan tambahan dukungan militer dari negara adidaya itu karena Singapura sedang dikesankan terancam oleh dua raksasa, Indonesia dan China.

"Ini berarti Singapura sedang mencoba menyusun persepsi internasional bahwa kebangkitan militer Indonesia sama sifatnya dengan kebangkitan militer China yang menjadi ancaman bagi kawasan Asia Tenggara," tuturnya.

Agenda kedua, kata Guspi, Singapura memiliki kebutuhan untuk membangun nasionalisme dan identitas nasionalnya. Nasionalisme rakyat Singapura sulit dibangun karena terkotak-kotak dalam segregasi atau pemisahan kelompok etnik yang tajam.

Selain itu, tambah dia, fakta Singapura adalah hadiah dari kekuatan kolonial.
"Hal yang terakhir ini membuat Singapura sangat miskin dengan momen-momen heroik historis, dan sejarah konfrontasi dengan Indonesia bisa dikata sebagai aset berharga untuk membentuk nasionalisme orang Singapura," ujarnya.

Ketiga, kata Guspi, rezim yang berkuasa di Singapura yang sudah menguasai pemerintahan sejak awal berdiri negara tersebut mulai terganggu oleh tuntutan demokratisasi.

Menurut dia, rezim yang berkuasa di Sigapura sedang dilanda kerapuhan. "Hadirnya musuh bersama dapat mengalihkan arah ketegangan sosial sehingga gejala krisis politik yang mulai membayang, memudar," katanya.

Dia menambahkan, pola ini juga digunakan oleh Malaysia yang juga kerap mencari masalah dengan Indonesia.

Berita:
Ada kepentingan pemilu di balik polemik Usman Harun

Dinamika bertetangga Indonesia-Singapura
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6024 seconds (0.1#10.140)