Nur Mahmudi sulit untuk nyapres
A
A
A
Sindonews.com - Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail dinilai belum layak maju sebagai calon presiden. Pasalnya, kinerja Nur Mahmudi Ismail selama menjadi Menteri Kehutanan di era Presiden Abdurrahman Wahid juga tidak cemerlang.
"Dia memang pernah jadi tokoh nasional, kemudian turun lokal dan ingin kembali bertarung nasional, ini sangat sulit sekali," kata pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat kepada wartawan, di Depok, Rabu (15/1/2014).
Selama menjabat wali kota dua periode, Nur Mahmudi dianggap belum menunjukkan perubahan yang signifikan untuk masyarakat Depok. "Walaupun ada pembangunan, tetapi masyarakat secara umum belum merasakan manfaatnya," ujarnya.
Nama Nur Mahmudi masuk lima besar sebagai calon presiden (capres) dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), hasil pemilihan rakyat (pemira). Mereka adalah, Hidayat Nur Wahid, Anis Matta, Tifatul Sembiring dan Ahmad Heryawan.
Kelima nama itu, kata Cecep, dinilai sulit utuk bersaing dengan capres lainnya. Apalagi, partai tersebut masih tersandera oleh kasus korupsi yang dilakukan oleh mantan pemimpinnya Luthfi Hasan Ishaaq (LHI). "Kasus LHI sangat memengaruhi elektabilitas partai tersebut," ucapnya.
Ia mengatakan, suara mayoritas partai tersebut banyak berasal dari lingkungan kampus dan muslim perkotaan. "Mereka banyak yang kecewa dengan kasus korupsi tersebut," ujarnya.
Dia menilai, turunnya elektabiltas PKS, sulit mencari koalisi untuk mengusung calon presiden. "Sulit mencari partai yang mau berkoalisi untuk mengusung capresnya dari PKS," tutup Cecep.
"Dia memang pernah jadi tokoh nasional, kemudian turun lokal dan ingin kembali bertarung nasional, ini sangat sulit sekali," kata pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat kepada wartawan, di Depok, Rabu (15/1/2014).
Selama menjabat wali kota dua periode, Nur Mahmudi dianggap belum menunjukkan perubahan yang signifikan untuk masyarakat Depok. "Walaupun ada pembangunan, tetapi masyarakat secara umum belum merasakan manfaatnya," ujarnya.
Nama Nur Mahmudi masuk lima besar sebagai calon presiden (capres) dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), hasil pemilihan rakyat (pemira). Mereka adalah, Hidayat Nur Wahid, Anis Matta, Tifatul Sembiring dan Ahmad Heryawan.
Kelima nama itu, kata Cecep, dinilai sulit utuk bersaing dengan capres lainnya. Apalagi, partai tersebut masih tersandera oleh kasus korupsi yang dilakukan oleh mantan pemimpinnya Luthfi Hasan Ishaaq (LHI). "Kasus LHI sangat memengaruhi elektabilitas partai tersebut," ucapnya.
Ia mengatakan, suara mayoritas partai tersebut banyak berasal dari lingkungan kampus dan muslim perkotaan. "Mereka banyak yang kecewa dengan kasus korupsi tersebut," ujarnya.
Dia menilai, turunnya elektabiltas PKS, sulit mencari koalisi untuk mengusung calon presiden. "Sulit mencari partai yang mau berkoalisi untuk mengusung capresnya dari PKS," tutup Cecep.
(maf)