Usul gelar Jenderal Besar mirip kenaikan harga elpiji
A
A
A
Sindonews.com - Usul Panglima TNI Jenderal Moeldoko agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memperoleh gelar Jenderal Besar menuai kritik.
Menurut Politikus Partai Golkar Bambang Soesatyo, usul pemberian gelar Jenderal Besar itu tak jauh berbeda dengan isu kenaikan harga gas elpiji 12 kilogram (Kg). Yakni, skenario yang sengaja dibuat untuk meningkatkan elektabilitas Partai Demokrat.
"Hampir sama dengan isu kenaikan harga gas elpiji 12 kg. Ada yang bertugas menaikkan. Ada parpol (keluarga) yang menolak. Ada pihak yang pura-pura kaget dan minta ditinjau kembali. Rakyat pun senang dan tepuk tangan," kata Bambang kepada Sindonews, melalui pesan singkat, Kamis 9 Januari 2014 malam.
Lebih lanjut, dia berpendapat, usul gelar Jenderal Besar pun mirip dengan isu kenaikan harga gas elpiji 12 kg tersebut.
"Soal gelar, ini juga kurang lebih sama. Ada pihak yang seolah-olah mengusulkan dengan pertimbangan jasa-jasa yang luar biasa. Lalu pihak yang diusulkan menolak tegas seolah-olah bijaksana dan tak haus dengan gelar," tutur Anggota Tim Pengawas kasus Bank Century DPR RI ini.
Seperti diketahui, Tentara Nasional Indonesia (TNI) ingin memberikan penghargaan Jenderal Besar kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Jika hal itu terwujud, maka SBY akan mengikuti jejak Jenderal Soedirman dan Soeharto.
Hal itu dikatakan Panglima TNI Jenderal Moeldoko saat menyampaikan pidato di acara rapat pimpinan (Rapim) TNI dan Polri 2014 di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian-Pendidikan Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK-PTIK), Jalan Tirtayasa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis 9 Januari 2014.
"Semangat yang kuat dari Bapak SBY untuk membangun TNI yang handal, kami TNI tidak salah kiranya kalau Jenderal Purnawirawan Presiden SBY mendapatkan anugerah Jenderal Besar," kata Moeldoko.
Kemudian, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Sudi Silalahi pun langsung menggelar konferensi pers menanggapi pernyataan Panglima TNI Jenderal Moeldoko.
Sudi mengatakan, bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menolak penghargaan atau gelar Jenderal Besar yang akan diberikan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI).
"Ya terus terang beliau (SBY) menolak dalam hal ini," ujar Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Sudi Silalahi, saat jumpa pers di Kantor Presiden, Jakarta, kemarin.
Kendati demikian, kata Sudi, Presiden SBY menyampaikan terima kasih atas apresiasi yang telah disampaikan Panglima TNI Jenderal Moeldoko dalam acara rapat pimpinan (Rapim) TNI dan Polri 2014 di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian-Pendidikan Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK-PTIK), Jalan Tirtayasa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, hari ini.
"Presiden menyampaikan terima kasih atas apresiasi dan segala macam yang dibeberkan Panglima TNI tentang berbagai hal yang telah dilakukan presiden. Utamanya dalam meningkatkan kekuatan pertahanan, meningkatkan modernisasi alutsista TNI dan hal-hal kebijakan lain untuk memajukan TNI," kata Sudi.
Baca berita:
TNI ingin berikan gelar Jenderal Besar untuk SBY
Menurut Politikus Partai Golkar Bambang Soesatyo, usul pemberian gelar Jenderal Besar itu tak jauh berbeda dengan isu kenaikan harga gas elpiji 12 kilogram (Kg). Yakni, skenario yang sengaja dibuat untuk meningkatkan elektabilitas Partai Demokrat.
"Hampir sama dengan isu kenaikan harga gas elpiji 12 kg. Ada yang bertugas menaikkan. Ada parpol (keluarga) yang menolak. Ada pihak yang pura-pura kaget dan minta ditinjau kembali. Rakyat pun senang dan tepuk tangan," kata Bambang kepada Sindonews, melalui pesan singkat, Kamis 9 Januari 2014 malam.
Lebih lanjut, dia berpendapat, usul gelar Jenderal Besar pun mirip dengan isu kenaikan harga gas elpiji 12 kg tersebut.
"Soal gelar, ini juga kurang lebih sama. Ada pihak yang seolah-olah mengusulkan dengan pertimbangan jasa-jasa yang luar biasa. Lalu pihak yang diusulkan menolak tegas seolah-olah bijaksana dan tak haus dengan gelar," tutur Anggota Tim Pengawas kasus Bank Century DPR RI ini.
Seperti diketahui, Tentara Nasional Indonesia (TNI) ingin memberikan penghargaan Jenderal Besar kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Jika hal itu terwujud, maka SBY akan mengikuti jejak Jenderal Soedirman dan Soeharto.
Hal itu dikatakan Panglima TNI Jenderal Moeldoko saat menyampaikan pidato di acara rapat pimpinan (Rapim) TNI dan Polri 2014 di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian-Pendidikan Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK-PTIK), Jalan Tirtayasa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis 9 Januari 2014.
"Semangat yang kuat dari Bapak SBY untuk membangun TNI yang handal, kami TNI tidak salah kiranya kalau Jenderal Purnawirawan Presiden SBY mendapatkan anugerah Jenderal Besar," kata Moeldoko.
Kemudian, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Sudi Silalahi pun langsung menggelar konferensi pers menanggapi pernyataan Panglima TNI Jenderal Moeldoko.
Sudi mengatakan, bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menolak penghargaan atau gelar Jenderal Besar yang akan diberikan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI).
"Ya terus terang beliau (SBY) menolak dalam hal ini," ujar Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Sudi Silalahi, saat jumpa pers di Kantor Presiden, Jakarta, kemarin.
Kendati demikian, kata Sudi, Presiden SBY menyampaikan terima kasih atas apresiasi yang telah disampaikan Panglima TNI Jenderal Moeldoko dalam acara rapat pimpinan (Rapim) TNI dan Polri 2014 di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian-Pendidikan Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK-PTIK), Jalan Tirtayasa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, hari ini.
"Presiden menyampaikan terima kasih atas apresiasi dan segala macam yang dibeberkan Panglima TNI tentang berbagai hal yang telah dilakukan presiden. Utamanya dalam meningkatkan kekuatan pertahanan, meningkatkan modernisasi alutsista TNI dan hal-hal kebijakan lain untuk memajukan TNI," kata Sudi.
Baca berita:
TNI ingin berikan gelar Jenderal Besar untuk SBY
(kri)