Juara debat, 2 mahasiswa ITB harumkan nama Indonesia

Senin, 06 Januari 2014 - 03:24 WIB
Juara debat, 2 mahasiswa...
Juara debat, 2 mahasiswa ITB harumkan nama Indonesia
A A A
Sindonews.com - Awal tahun kuda ini, Indonesia mendapat kado yang indah. Untuk pertama kalinya, Indonesia menang di World Universities Debating Championship di kategori English as a Foreign Language (EFL).

Kompetisi ini digelar di Rajalakshmi Engineering College, Chennai, India pada 26 Desember-4 Januari kemarin. Kemenangan diraih oleh dua mahasiswa tehnik ITB yakni Vicario Reinaldo (Teknik Industri 2010) dan Fauzan Reza Maulana (Teknik Sipil 2011).

Fauzan sendiri mengatakan, Indonesia dianggap sebagai kuda hitam di kompetisi yang pertama kali digelar di Skotlandia pada 1981 lalu. Maklum kontestannya sendiri datang dari banyak kampus di Eropa dan Asia.

Namun, datang sebagai yang tidak diunggulkan, malah membuat mereka tidak ada beban. Babak demi babak dilalui hingga mereka pun melaju ke putaran final. “Kami pun kaget ketika diumumkan sebagai pemenang. Kami tidak menyangka sama sekali,” katanya ketika dihubungi KORAN SINDO, Minggu 5 Januari 2014.

Penyuka olahraga basket ini menuturkan, keduanya dijaring dari para pemenang National University Debating Championship (NUDC) yang diadakan di Palembang 25-31 Agustus kemarin. Kompetisi ini diselenggarakan untuk mengasah dan mengadu kemampuan dalam berdebat atau beradu argumen menggunakan bahasa Inggris.

Kompetisi debat NUDC 2013 ini menggunakan format debat yang mengadopsi sistem "British Parliamentary", dimana terdapat 4 fraksi yang masing-masing berperan sebagai opening dan closing government, serta opening dan closing opposition.

Fauzan mengaku, setelah menang di tingkat nasional mereka mendapat pelatihan dua kali yang diakomodir Ditjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud. Keduanya dilatih oleh para senior yang sudah berpengalaman di kompetisi debat internasional tersebut.

Secara rutin pada Sabtu dan Minggu mereka melatih diri untuk membahas isu-isu yang menjadi trending topic. Mereka pun saling menguatkan untuk percaya diri menghadapi para pesaing nantinya. “Yang paling penting percaya diri, kadang kalau ketemu orang-orang yang bule kita agak minder karena kurang percaya diri," sambung penyuka spagetti ini.

Buah dari latihan intensif mereka terwujud dalam babak final debat yang mengambil tema This House Believes That Multinational Companies Should be Liable for Human Rights Abuses That Occur Anywhere in Their Supply Chain. Dalam waktu 15 menit mereka harus mempersiapkan materi debat.

Keduanya berargumen bahwa perusahaan semestinya jangan dihukum jika terjadi kesalahan. Pasalnya perusahaan akan menetapkan standar dan menaikkan biaya operasional tinggi untuk memperbaiki kesalahan tersebut.

"Contoh kasus yang diberikan ialah bangunan yang roboh di Bangladesh yang menewaskan sekitar 1.000 jiwa. Oleh karena itu, peran pemerintahlah yang harus dievaluasi. Yakni dengan melakukan pengawasan atausupervisi daripada menyerang perusahaan yang hanya akan merugikan para pekerja," ungkapnya.

Bagi Fauzan, keasyikan menekuni debat ini ialah memicu dirinya untuk kritis. Debat juga menarik dirinya untuk melahap semua pengetahuan. Dia pun semakin mendalami debat karena menemukan komunitas debat yang ramah dan menyenangkan selain dukungan penuh dari orangtua.

Namun, untuk masa depannya sendiri dia mengaku akan menerjuni profesi dibidang tehnik sipil. Sementara keahlian debatnya akan digunakan untuk mengajari para juniornya saja.

Pengagum debaters dari Oxford University Shengwu Li ini mengungkapkan, percaya diri adalah hal nomor satu yang harus dimiliki oleh para pendebat. Kerja keras dan latihan serta tekun untuk mendalami berbagai hal menjadi pijakan untuk meraih kemenangan.

“Saya sering menonton aksi debat Shengwu Li melalui video. Kepercayaan diri yang membuat saya berpidato dengan lancar,” tuturnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1018 seconds (0.1#10.140)