Burhan: PAN sudah hilang spirit reformasinya
A
A
A
Sindonews.com - Pengamat politik Burhanudin Muhtadi menilai, Partai PAN sudah hilang semangat (spirit) reformasinya. Partai bentukan tokoh reformasi Amin Rais itu, dianggap hilang daya kritisnya.
Apalagi, setelah bergabung menjadi mitra koalisi pemerintahan. Meski bukan satu-satunya partai yang lahir dari semangat reformasi, PAN yang notabene didirikan tokoh reformasi, kini cenderung bersikap 'intim' dengan partai penguasa.
"PAN kehilangan spirit reformasi terutama jika bersinggungan dengan kebijakan Demokrat," tutur Burhan, saat diskusi Polemik Sindo Radio, di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (4/1/2014).
Disisi lain, partai koalisi juga jarang berjalan seirama. Pasalnya, hanya partai loyal saja yang mendapat keuntungan dari koalisi tersebut.
Burhan menuturkan, lemahnya koalisi disebabkan karena Demokrat sebagai partai pengusung utama pemerintah tak pandai menjaga kepentingan bersama.
Kata dia, patron politik lebih utama ketimbang mengakomodir kebutuhan koalisi. "Menurut saya ada sebab karena memang kurang disiplinnya SBY sebagai patron koalisi," ungkapnya.
Sehingga, tambah dia, saat koalisi mengalami perbedaan sikap, dan cenderung terjadi pembangkangan pemerintah, terkesan tak ada kuasa untuk menghentikannya.
"Koalisi lebih sering ada duri dalam daging. Tidak ada sanksi yang diberikan kepada parpol yang berseberangan," ujarnya.
Seperti diketahui, partai koalisi yang diikat melalui Sekretaris gabungan(Setgab) belakangan mulai memudar. Sejumlah partai yang harusnya mendukung setiap kebijakan pemerintah, kini seakan mulai mengambil jarak dan jalan masing-masing.
Baca juga PAN tolak sistem dinasti.
Apalagi, setelah bergabung menjadi mitra koalisi pemerintahan. Meski bukan satu-satunya partai yang lahir dari semangat reformasi, PAN yang notabene didirikan tokoh reformasi, kini cenderung bersikap 'intim' dengan partai penguasa.
"PAN kehilangan spirit reformasi terutama jika bersinggungan dengan kebijakan Demokrat," tutur Burhan, saat diskusi Polemik Sindo Radio, di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (4/1/2014).
Disisi lain, partai koalisi juga jarang berjalan seirama. Pasalnya, hanya partai loyal saja yang mendapat keuntungan dari koalisi tersebut.
Burhan menuturkan, lemahnya koalisi disebabkan karena Demokrat sebagai partai pengusung utama pemerintah tak pandai menjaga kepentingan bersama.
Kata dia, patron politik lebih utama ketimbang mengakomodir kebutuhan koalisi. "Menurut saya ada sebab karena memang kurang disiplinnya SBY sebagai patron koalisi," ungkapnya.
Sehingga, tambah dia, saat koalisi mengalami perbedaan sikap, dan cenderung terjadi pembangkangan pemerintah, terkesan tak ada kuasa untuk menghentikannya.
"Koalisi lebih sering ada duri dalam daging. Tidak ada sanksi yang diberikan kepada parpol yang berseberangan," ujarnya.
Seperti diketahui, partai koalisi yang diikat melalui Sekretaris gabungan(Setgab) belakangan mulai memudar. Sejumlah partai yang harusnya mendukung setiap kebijakan pemerintah, kini seakan mulai mengambil jarak dan jalan masing-masing.
Baca juga PAN tolak sistem dinasti.
(stb)