TKI formal lemah di bahasa
A
A
A
Sindonews.com - Permintaan negara penempatan akan tenaga kerja Indonesia (TKI) formal makin meningkat. Sayangnya kemampuan bahasa TKI masih rendah.
Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat mengatakan, misalnya saja di Jepang yang biasanya hanya meminta pekerja magang namun kali ini mereka meminta pekerja tetap.
Bahkan mereka berani meminta mahasiswa yang baru lulus untuk bekerja di sana. Tahap wawancara pun dilakukan di beberapa kampus negeri ternama di tanah air. Sayangnya, ujar Jumhur, kemampuan bahasa Jepang calon TKI lemah sehingga banyak yang tidak diterima. “Persoalannya itu di bahasa. Padahal bagi yang lulus tes akan langsung dipekerjakan,” katanya di gedung BNP2TKI, Jumat, 3 Januari 2014.
Kepala badan pun meminta ada kursus bahasa di sekolah-sekolah sehingga persiapan bekerja di luar negeri diantisipasi sejak dini. Namun tidak hanya bahasa Jepang, Korea, Hongkong, Taiwan dan Arab perlu disisipkan dalam sistem pengajaran. Rencananya, ujar Jumhur, pihaknya akan mendekati Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) agar kursus bahasa di sekolah ini dapat diterapkan segera.
Dia mengungkapkan, awal tahun ini ada permintaan besar dari Hongkong yang bersedia menggaji Rp15 juta per bulan bagi pekerja formal. Syaratnya hanya satu yakni TKI formal ini harus menguasai bahasa kanton. Selain Jepang, terangnya, Korea Selatan juga meminta banyak TKI formal. Tahun lalu kuota TKI di Korea mencapai 7.300 orang. Bahkan TKI yang berhasil ditempatkan melebihi kuota karena telah ada 9.441 orang yang diberangkatkan. “Mereka ini sangat percaya dengan pekerja Indonesia karena kelebihan skill yang dimiliki,” tuturnya.
Deputi Penempatan BNP2TKI Agusdin Subiantoro mengungkapkan, peluang bekerja di Jepang bagi TKI cukup besar. Saat ini usia harapan hidup dan orang tua usia lanjut di Jepang cukup tinggi. Sedangkan generasi muda dan orang usia muda di Jepang dikenal sibuk, sehingga tidak sempat merawat para orang tua mereka yang sudah usia lanjut. Banyak orang tua usia lanjut di Jepang yang dititipkan di panti-panti jompo.
Agusdin mengatakan, saat ini TKI perawat yang lulus ujian nasional bahasa Jepang sebanyak 192 orang, terdiri atas 121 TKI perawat di panti jompo dan 71 TKI perawat di klinik/rumah sakit. TKI perawat yang lulus ujian nasional Bahasa Jepang ini jumlahnya lebih tinggi dibanding tenaga kerja perawat dari Filipina. “Sejak 2008 hingga 2013 sudah ditempatkan 1.048 TKI perawat di Jepang,” urainya.
Pentingnya jaringan luas dalam penanganan kasus TKI
Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat mengatakan, misalnya saja di Jepang yang biasanya hanya meminta pekerja magang namun kali ini mereka meminta pekerja tetap.
Bahkan mereka berani meminta mahasiswa yang baru lulus untuk bekerja di sana. Tahap wawancara pun dilakukan di beberapa kampus negeri ternama di tanah air. Sayangnya, ujar Jumhur, kemampuan bahasa Jepang calon TKI lemah sehingga banyak yang tidak diterima. “Persoalannya itu di bahasa. Padahal bagi yang lulus tes akan langsung dipekerjakan,” katanya di gedung BNP2TKI, Jumat, 3 Januari 2014.
Kepala badan pun meminta ada kursus bahasa di sekolah-sekolah sehingga persiapan bekerja di luar negeri diantisipasi sejak dini. Namun tidak hanya bahasa Jepang, Korea, Hongkong, Taiwan dan Arab perlu disisipkan dalam sistem pengajaran. Rencananya, ujar Jumhur, pihaknya akan mendekati Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) agar kursus bahasa di sekolah ini dapat diterapkan segera.
Dia mengungkapkan, awal tahun ini ada permintaan besar dari Hongkong yang bersedia menggaji Rp15 juta per bulan bagi pekerja formal. Syaratnya hanya satu yakni TKI formal ini harus menguasai bahasa kanton. Selain Jepang, terangnya, Korea Selatan juga meminta banyak TKI formal. Tahun lalu kuota TKI di Korea mencapai 7.300 orang. Bahkan TKI yang berhasil ditempatkan melebihi kuota karena telah ada 9.441 orang yang diberangkatkan. “Mereka ini sangat percaya dengan pekerja Indonesia karena kelebihan skill yang dimiliki,” tuturnya.
Deputi Penempatan BNP2TKI Agusdin Subiantoro mengungkapkan, peluang bekerja di Jepang bagi TKI cukup besar. Saat ini usia harapan hidup dan orang tua usia lanjut di Jepang cukup tinggi. Sedangkan generasi muda dan orang usia muda di Jepang dikenal sibuk, sehingga tidak sempat merawat para orang tua mereka yang sudah usia lanjut. Banyak orang tua usia lanjut di Jepang yang dititipkan di panti-panti jompo.
Agusdin mengatakan, saat ini TKI perawat yang lulus ujian nasional bahasa Jepang sebanyak 192 orang, terdiri atas 121 TKI perawat di panti jompo dan 71 TKI perawat di klinik/rumah sakit. TKI perawat yang lulus ujian nasional Bahasa Jepang ini jumlahnya lebih tinggi dibanding tenaga kerja perawat dari Filipina. “Sejak 2008 hingga 2013 sudah ditempatkan 1.048 TKI perawat di Jepang,” urainya.
Pentingnya jaringan luas dalam penanganan kasus TKI
(lal)