Rela antre berjam-jam demi Paus
A
A
A
Sindonews.com - Natal sudah hampir sepekan berlalu. Tapi kenangannya masih tertancap di benak Ronnie Maria Emmanuella. Pasalnya, wanita asal Jakarta ini bisa merayakan misa Natal paling istimewa dalam hidupnya.
"Rasanya gimana gitu, ikutan misa Natal yang langsung dipimpin Paus Franziskus," tutur Maria kepada Kontributor SINDO di Swiss, Krisna Diantha, Minggu (29/12/2013).
Maria memang salah seorang umat Katolik yang beruntung. Karena menetap di Swiss, Maria bisa dengan mudah ke Vatikan. Dengan kereta malam, tak sampai empat jam, Maria sudah bisa menginjakkan kaki di pelataran Saint Peter Square, lapangan seluas lapangan sepak bola yang berada di depan Basilika Saint Peter, Vatikan.
Hanya saja, dia harus berdesakan bersama ribuan umat Katolik lainnya. "Masuknya antre, begitu juga bubarnya, karena penuh orang," akunya. Tapi karena misa Natal yang langsung dipimpin Paus Franziskus, maka kondisi berdesakan itu tidak begitu menyiksanya.
Mulanya, Maria ingin bisa mengikuti misa di malam kudus, yakni 24 Desember petang. Namun karena tidak dapat tiket, dia akhirnya harus puas misa Natal keesokkan harinya. "Saya kirim permintaan untuk bisa mengikuti misa di dalam katredal. Tapi karena sudah overbook, maka ditolak," akunya.
Meskipun ada penolakan, pihak gereja tetap mengirimkan informasi lengkap tentang misa Natal di Vatikan yang bisa diikuti semua orang tanpa harus memiliki tiket.
Jadinya, Maria akhirnya harus puas melihat Paus Franziskus dari pelataran katredal saja, saat pemberkatan orbi et urbi, bersama ribuan umat Katolik lainnya. "Selama ini hanya bisa melihat atau mendengarkan dari televisi, mengalaminya langsung, meski terlihat jauh, tetap terasa istimewa," kenang Maria.
"Jika melihat sekeliling, memang terlihat sebagian besar warga Italia," akunya. Namun terdengar juga tutur bahasa asing. "Saya kira juga ada yang datang dari Argentina, karena mereka ada yang mengibarkan bendera Argentina," imbuhnya.
Umat Katolik dari Tanah Air? Bukannya tak ada. Paling tidak, Maria sempat bertemu dengan beberapa orang Indonesia. "Salah satunya pastor Indonesia yang sedang belajar di Paris," katanya.
Wajah wajah asia lainnya, imbuhnya, juga terlihat beberapa. "Hanya tidak sempat ngobrol banyak, karena memang sedang ada misa dan agak berdesakan," tuturnya.
Tahun depan, Maria bertekad untuk bisa mengikuti misa di dalam Basilika Saint Peter. "Mudah-mudahan pesan tiketnya tidak terlambat, jadi bisa melihat Paus Franziskus lebih dekat," harapnya.
Jika pun ditolak kedua kalinya, Maria bertekad tetap datang ke Vatikan. "Paling tidak, kembali bisa menikmati keagungan Basilika Saint Peter Vatikan dari dekat," tekadnya.
"Rasanya gimana gitu, ikutan misa Natal yang langsung dipimpin Paus Franziskus," tutur Maria kepada Kontributor SINDO di Swiss, Krisna Diantha, Minggu (29/12/2013).
Maria memang salah seorang umat Katolik yang beruntung. Karena menetap di Swiss, Maria bisa dengan mudah ke Vatikan. Dengan kereta malam, tak sampai empat jam, Maria sudah bisa menginjakkan kaki di pelataran Saint Peter Square, lapangan seluas lapangan sepak bola yang berada di depan Basilika Saint Peter, Vatikan.
Hanya saja, dia harus berdesakan bersama ribuan umat Katolik lainnya. "Masuknya antre, begitu juga bubarnya, karena penuh orang," akunya. Tapi karena misa Natal yang langsung dipimpin Paus Franziskus, maka kondisi berdesakan itu tidak begitu menyiksanya.
Mulanya, Maria ingin bisa mengikuti misa di malam kudus, yakni 24 Desember petang. Namun karena tidak dapat tiket, dia akhirnya harus puas misa Natal keesokkan harinya. "Saya kirim permintaan untuk bisa mengikuti misa di dalam katredal. Tapi karena sudah overbook, maka ditolak," akunya.
Meskipun ada penolakan, pihak gereja tetap mengirimkan informasi lengkap tentang misa Natal di Vatikan yang bisa diikuti semua orang tanpa harus memiliki tiket.
Jadinya, Maria akhirnya harus puas melihat Paus Franziskus dari pelataran katredal saja, saat pemberkatan orbi et urbi, bersama ribuan umat Katolik lainnya. "Selama ini hanya bisa melihat atau mendengarkan dari televisi, mengalaminya langsung, meski terlihat jauh, tetap terasa istimewa," kenang Maria.
"Jika melihat sekeliling, memang terlihat sebagian besar warga Italia," akunya. Namun terdengar juga tutur bahasa asing. "Saya kira juga ada yang datang dari Argentina, karena mereka ada yang mengibarkan bendera Argentina," imbuhnya.
Umat Katolik dari Tanah Air? Bukannya tak ada. Paling tidak, Maria sempat bertemu dengan beberapa orang Indonesia. "Salah satunya pastor Indonesia yang sedang belajar di Paris," katanya.
Wajah wajah asia lainnya, imbuhnya, juga terlihat beberapa. "Hanya tidak sempat ngobrol banyak, karena memang sedang ada misa dan agak berdesakan," tuturnya.
Tahun depan, Maria bertekad untuk bisa mengikuti misa di dalam Basilika Saint Peter. "Mudah-mudahan pesan tiketnya tidak terlambat, jadi bisa melihat Paus Franziskus lebih dekat," harapnya.
Jika pun ditolak kedua kalinya, Maria bertekad tetap datang ke Vatikan. "Paling tidak, kembali bisa menikmati keagungan Basilika Saint Peter Vatikan dari dekat," tekadnya.
(kri)