Sebuah paket sepatu di Hari Natal
A
A
A
Sindonews.com - Ada satu keluarga, Herman dan istrinya Jane, mereka memiliki sebuah toko yang menjual mainan anak. Jam telah menunjukkan pukul 11 malam saat mereka mengunci toko dan ingin pulang ke rumah. Saat itu adalah malam Natal tahun 1949.
Mereka merasa lelah namun mereka senang telah menjual hampir semua mainan di toko mereka, kecuali satu paket yang belum dijemput.
"Kami tidak senang kalau mengetahui bahwa ada beberapa hadiah anak masih berada di rak pada saat Natal, tapi orang yang telah menempatkan uang dolar di atas paket itu tidak pernah kembali," ujar Herman.
Di awal Natal, kelurga Herman membuka hadiah Natal, termasuk Tom anaknya yang berusia 12 tahun. Tapi perasaan Herman saat itu membosankan, dia menginginkan masa-masa ketika Tom masih anak-anak di tahun-tahun terakhir. Begitu sarapan selesai, Tom meninggalkan rumah untuk mengunjungi temannya di rumah sebelah, Herman kembali tidur, dan Jane hanya bisa kecewa.
Namun Herman tidak kembali tidur, ada dorongan kuat terjadi agar dia kembali ke toko padahal di luar hujan berjatuhan dan udara terasa sangat dingin. Akhirnya, dia pun berpakaian dan keluar rumah.
Di depan toko, Herman melihat ada dua orang anak laki-laki sekitar sembilan tahun dan enam tahun berdiri. "Lihat, aku sudah katakan bahwa dia akan datang!" ujar anak yang lebih tua dengan sukacita.
"Apa yang kalian lakukan di sini? Kalian seharusnya berada di rumah pada hari seperti ini!" Herman melihat bahwa mereka berpakaian sangat buruk, mereka tidak punya topi ataupun sarung tangan, dan sepatu mereka hampir tidak bisa digunakan lagi. Maka Herman pun mengusap tangan mereka yang dingin dan membawa mereka dekat pemanas untuk menghangatkan tubuh mereka.
"Kami sudah menunggumu," jawab anak yang lebih tua. "Adikku Jimmy tidak mendapatkan hadiah Natal," katanya sambil menyentuh pundak adiknya. "Kami ingin membeli sepatu. Itulah yang dia inginkan dan kami hanya memiliki uang tiga dolar," ujarnya lagi sambil memperlihatkan uang tersebut.
Herman melihat uang tersebut dan memandang wajah mereka dan melihat ke sekeliling toko. "Maafkan aku, tapi kami tidak punya lagi." ujar Herman
Tapi tiba-tiba matanya melihat ke rak mainan dimana ada sebuah paket yang belum diambil pemiliknya tersebut. "Tunggu sebentar," katanya lagi.
Diapun berjalan, mengambil paket tersebut dan membukanya. Ajaib, di dalamnya ada dua pasang sepatu. Ajaibnya lagi, ukuran sepatu itu cocok dengan mereka.
Anak yang lebih tua pun memberikan uangnya kepada Herman. "Tidak," katanya. "Aku ingin kalian memiliki sepatu-sepatu ini, dan aku ingin kalian menggunakan uang kalian untuk mendapatkan beberapa sarung tangan," ujarnya lagi.
Ini adalah suatu sukacita tersendiri bagi Herman. Ketika dia mengunci pintu, dia berpaling dan berkata,"Bagaimana kau tahu aku akan datang?" tanyanya.
Tatapannya mantap saat dia menjawab dengan lembut, "Aku meminta Yesus untuk mengirimkanmu." Herman merasa tidak kedinginan lagi.
(Sumber: www.jawaban.com)
Mereka merasa lelah namun mereka senang telah menjual hampir semua mainan di toko mereka, kecuali satu paket yang belum dijemput.
"Kami tidak senang kalau mengetahui bahwa ada beberapa hadiah anak masih berada di rak pada saat Natal, tapi orang yang telah menempatkan uang dolar di atas paket itu tidak pernah kembali," ujar Herman.
Di awal Natal, kelurga Herman membuka hadiah Natal, termasuk Tom anaknya yang berusia 12 tahun. Tapi perasaan Herman saat itu membosankan, dia menginginkan masa-masa ketika Tom masih anak-anak di tahun-tahun terakhir. Begitu sarapan selesai, Tom meninggalkan rumah untuk mengunjungi temannya di rumah sebelah, Herman kembali tidur, dan Jane hanya bisa kecewa.
Namun Herman tidak kembali tidur, ada dorongan kuat terjadi agar dia kembali ke toko padahal di luar hujan berjatuhan dan udara terasa sangat dingin. Akhirnya, dia pun berpakaian dan keluar rumah.
Di depan toko, Herman melihat ada dua orang anak laki-laki sekitar sembilan tahun dan enam tahun berdiri. "Lihat, aku sudah katakan bahwa dia akan datang!" ujar anak yang lebih tua dengan sukacita.
"Apa yang kalian lakukan di sini? Kalian seharusnya berada di rumah pada hari seperti ini!" Herman melihat bahwa mereka berpakaian sangat buruk, mereka tidak punya topi ataupun sarung tangan, dan sepatu mereka hampir tidak bisa digunakan lagi. Maka Herman pun mengusap tangan mereka yang dingin dan membawa mereka dekat pemanas untuk menghangatkan tubuh mereka.
"Kami sudah menunggumu," jawab anak yang lebih tua. "Adikku Jimmy tidak mendapatkan hadiah Natal," katanya sambil menyentuh pundak adiknya. "Kami ingin membeli sepatu. Itulah yang dia inginkan dan kami hanya memiliki uang tiga dolar," ujarnya lagi sambil memperlihatkan uang tersebut.
Herman melihat uang tersebut dan memandang wajah mereka dan melihat ke sekeliling toko. "Maafkan aku, tapi kami tidak punya lagi." ujar Herman
Tapi tiba-tiba matanya melihat ke rak mainan dimana ada sebuah paket yang belum diambil pemiliknya tersebut. "Tunggu sebentar," katanya lagi.
Diapun berjalan, mengambil paket tersebut dan membukanya. Ajaib, di dalamnya ada dua pasang sepatu. Ajaibnya lagi, ukuran sepatu itu cocok dengan mereka.
Anak yang lebih tua pun memberikan uangnya kepada Herman. "Tidak," katanya. "Aku ingin kalian memiliki sepatu-sepatu ini, dan aku ingin kalian menggunakan uang kalian untuk mendapatkan beberapa sarung tangan," ujarnya lagi.
Ini adalah suatu sukacita tersendiri bagi Herman. Ketika dia mengunci pintu, dia berpaling dan berkata,"Bagaimana kau tahu aku akan datang?" tanyanya.
Tatapannya mantap saat dia menjawab dengan lembut, "Aku meminta Yesus untuk mengirimkanmu." Herman merasa tidak kedinginan lagi.
(Sumber: www.jawaban.com)
(kri)