Umat Kristen Palestina terbiasa ucapkan Assalamualaikum
A
A
A
Sindonews.com - Salah seorang anggota dewan Kota Betlehem mengatakan bahwa umat Kristen di Palestina tidak lazim mengucapkan salam dengan kata 'Shalom', tetapi dengan kata 'Assalamualaikum'.
Menurut Maher Canawati, kata terakhir yang disebutkannya ini memang lebih senang digunakan oleh orang-orang percaya Yesus di sana dibandingkan yang pertama, khususnya saat menyapa orang lain.
Terkait apa yang terjadi di Palestina, Maher mengatakan bahwa itu bukanlah berkaitan dengan agama, tetapi pendudukan Israel di tanah Palestina.
"Perusahaan saya mempekerjakan 150 orang, 140 muslim. Kami tidak memilah karyawan berdasarkan agama. Termasuk, pemuda-pemuda yang berlatih di klub olahraga yang saya pimpin. Mereka saya rekrut," ungkapnya seperti dilansir www.jawaban.com, Senin (16/12/2013).
Maher mengaku bahwa dirinya banyak bertemu dengan orang Indonesia, termasuk kalangan pemerintah.
"Kristen dan Islam. Saya dekat dengan Islam, selain karena dapat berbahasa Arab, posisi saya sebagai pemimpin Klub Olahraga Muslim, memberi pesan kuat bahwa saya menghormati agama mereka juga. Jadi, saat saya bilang, "Assalamualaikum," mereka juga menaruh hormat."
Seperti halnya penduduk Kristen yang berada di negara-negara lain, pria yang termasuk tokoh penting di Betlehem ini pun mengungkapkan bahwa umat Kristen di Palestina juga merayakan Natal. Hanya saja salam Natalnya bukanlah "Merry Christmas" tetapi "Eid Milad Mubarak".
Orang-orang di Palestina, membuktikan agama tidak membuat mereka terpecah belah. Kita, masyarakat Indonesia sudah sepatutnya belajar dari saudara-saudari kita dari Timur Tengah tersebut. Pertanyaannya, maukah kita, tanpa terkecuali, menerapkannya?
Menurut Maher Canawati, kata terakhir yang disebutkannya ini memang lebih senang digunakan oleh orang-orang percaya Yesus di sana dibandingkan yang pertama, khususnya saat menyapa orang lain.
Terkait apa yang terjadi di Palestina, Maher mengatakan bahwa itu bukanlah berkaitan dengan agama, tetapi pendudukan Israel di tanah Palestina.
"Perusahaan saya mempekerjakan 150 orang, 140 muslim. Kami tidak memilah karyawan berdasarkan agama. Termasuk, pemuda-pemuda yang berlatih di klub olahraga yang saya pimpin. Mereka saya rekrut," ungkapnya seperti dilansir www.jawaban.com, Senin (16/12/2013).
Maher mengaku bahwa dirinya banyak bertemu dengan orang Indonesia, termasuk kalangan pemerintah.
"Kristen dan Islam. Saya dekat dengan Islam, selain karena dapat berbahasa Arab, posisi saya sebagai pemimpin Klub Olahraga Muslim, memberi pesan kuat bahwa saya menghormati agama mereka juga. Jadi, saat saya bilang, "Assalamualaikum," mereka juga menaruh hormat."
Seperti halnya penduduk Kristen yang berada di negara-negara lain, pria yang termasuk tokoh penting di Betlehem ini pun mengungkapkan bahwa umat Kristen di Palestina juga merayakan Natal. Hanya saja salam Natalnya bukanlah "Merry Christmas" tetapi "Eid Milad Mubarak".
Orang-orang di Palestina, membuktikan agama tidak membuat mereka terpecah belah. Kita, masyarakat Indonesia sudah sepatutnya belajar dari saudara-saudari kita dari Timur Tengah tersebut. Pertanyaannya, maukah kita, tanpa terkecuali, menerapkannya?
(kri)