Praktisi: Biar masyarakat yang nilai film Soekarno
A
A
A
Sindonews.com - Praktisi film Mark Sungkar menyarankan Rachmawati Soekarnoputri menonton dulu film berjudul 'Soekarno' yang dia tuntut stop peredarannya lewat pengadilan.
Menurutnya, film karya Hanung Bramantyo tersebut belum tentu seburuk apa yang dia duga. Apalagi yang bersangkutan mundur sebelum skenarionya selesai, sehingga bisa jadi yang dia persoalkan tidak muncul dalam film yang sedang kini beredar di bioskop tanah air.
"Rachmawati jangan emosional, baiknya dia nonton dulu baru kemudian mengajukan tuntutan," kata Mark Sungkar saat dihubungi wartawan, Sabtu (14/12/2013).
Seperti diketahui, Rachmawati memutuskan mundur dari proyek yang dikerjakannya bersama Multivison plus, lalu mengajukan gugatan ke pengadilan. "Kalau Rachmawati tidak siap dengan fakta sejarah tentang bapaknya yang jadi tokoh setengah dewa bagi masyarakat kita," imbuhnya.
Menurut pria kelahiran Surakarta 65 tahun lalu ini, tuntutan wakil keluarga sang proklamator itu, juga tidak tepat dan mesti diperbaiki. "Karena film karya Hanung tersebut, tidak sama dengan judul yang peredarannya ingin dihentikan," tegasnya.
Mark menilai, sepanjang fakta sejarah dalam film itu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka itu sah-sah saja. "Yang penting isinya tidak mengada-ada atau bercerita yang berlebihan terhadap satu tokoh," ujar pria yang awalnya berprofesi sebagai arsitek tersebut.
Ia mencontohkan film 30 S PKI karya Arifin C Noer yang secara berlebihan mengangkat ketokohan mantan presiden Soeharto. "Ini era keterbukaan dan demokrasi, jadi biarkan masyarakat yang menilai," tutupnya.
Turunkan ego untuk atasi kisruh film Soekarno
Menurutnya, film karya Hanung Bramantyo tersebut belum tentu seburuk apa yang dia duga. Apalagi yang bersangkutan mundur sebelum skenarionya selesai, sehingga bisa jadi yang dia persoalkan tidak muncul dalam film yang sedang kini beredar di bioskop tanah air.
"Rachmawati jangan emosional, baiknya dia nonton dulu baru kemudian mengajukan tuntutan," kata Mark Sungkar saat dihubungi wartawan, Sabtu (14/12/2013).
Seperti diketahui, Rachmawati memutuskan mundur dari proyek yang dikerjakannya bersama Multivison plus, lalu mengajukan gugatan ke pengadilan. "Kalau Rachmawati tidak siap dengan fakta sejarah tentang bapaknya yang jadi tokoh setengah dewa bagi masyarakat kita," imbuhnya.
Menurut pria kelahiran Surakarta 65 tahun lalu ini, tuntutan wakil keluarga sang proklamator itu, juga tidak tepat dan mesti diperbaiki. "Karena film karya Hanung tersebut, tidak sama dengan judul yang peredarannya ingin dihentikan," tegasnya.
Mark menilai, sepanjang fakta sejarah dalam film itu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka itu sah-sah saja. "Yang penting isinya tidak mengada-ada atau bercerita yang berlebihan terhadap satu tokoh," ujar pria yang awalnya berprofesi sebagai arsitek tersebut.
Ia mencontohkan film 30 S PKI karya Arifin C Noer yang secara berlebihan mengangkat ketokohan mantan presiden Soeharto. "Ini era keterbukaan dan demokrasi, jadi biarkan masyarakat yang menilai," tutupnya.
Turunkan ego untuk atasi kisruh film Soekarno
(maf)