Rektor UKI: Ospek jangan tunjukkan perilaku barbar
A
A
A
Sindonews.com - Rektor Universitas Kristen Indonesia (UKI) Uli Tobing menilai, orientasi mahasiswa hingga menyebabkan korban jiwa sebagai perilaku barbarian. Kekerasan tidak mencerminkan budaya intelektualitas mahasiswa.
“Ospek harus diadakan dalam prosesi penerimaan mahasiswa baru. Karena dapat mengenal diri, lingkungan, dan tuntutan yang harus dia penuhi,” kata Uli dalam keterangan resminya, Kamis (12/12/2013).
Dalam ospek diperlukan keterlibatan semua pihak seperti dosen dan para senior. Dengan begitu mahasiswa baru dapat mengetahui cara belajar dalam perkuliahan khususnya cara dosen mengajar. Begitu pun dengan senior yang dapat memberi pengarahan tentang budaya bergaul dan berorganisasi.
“Hasilnya mereka bisa mengidentifikasi diri. Sehingga terhindar dari narkoba dan pergaulan negatif,” tegasnya.
Pendekatan yang baik dalam ospek adalah dengan memberikan sentuhan drama. Dengan begitu mahasiswa baru akan terkondisikan untuk lebih solid dan mencintai kampusnya. Waktu yang dibutuhkan menurutnya tidak hanya satu bulan, melainkan satu semester.
“Supaya lebih komprehensif, sebaiknya diatur dalam waktu lama dan berkesinambungan. Setidaknya satu semester,” tambahnya.
Uli mencontohkan, di kampus yang dia pimpin banyak mahasiswa yang berasal dari latar belakang berbeda-beda. Tidak sedikit mahasiswa yang berasal dari Nias, Flores, atau wilayah timur lainnya.
“Dengan adanya ospek yang mengasah intelektualitas, akan berhasil membuat seluruh mahasiswa saling mengenal. Budaya kampus pun akhirnya lebih diterima sehingga dapat meminimalisasi perselisihan horizontal,” pungkasnya.
Baca berita:
Ospek di UI lebih mendidik
“Ospek harus diadakan dalam prosesi penerimaan mahasiswa baru. Karena dapat mengenal diri, lingkungan, dan tuntutan yang harus dia penuhi,” kata Uli dalam keterangan resminya, Kamis (12/12/2013).
Dalam ospek diperlukan keterlibatan semua pihak seperti dosen dan para senior. Dengan begitu mahasiswa baru dapat mengetahui cara belajar dalam perkuliahan khususnya cara dosen mengajar. Begitu pun dengan senior yang dapat memberi pengarahan tentang budaya bergaul dan berorganisasi.
“Hasilnya mereka bisa mengidentifikasi diri. Sehingga terhindar dari narkoba dan pergaulan negatif,” tegasnya.
Pendekatan yang baik dalam ospek adalah dengan memberikan sentuhan drama. Dengan begitu mahasiswa baru akan terkondisikan untuk lebih solid dan mencintai kampusnya. Waktu yang dibutuhkan menurutnya tidak hanya satu bulan, melainkan satu semester.
“Supaya lebih komprehensif, sebaiknya diatur dalam waktu lama dan berkesinambungan. Setidaknya satu semester,” tambahnya.
Uli mencontohkan, di kampus yang dia pimpin banyak mahasiswa yang berasal dari latar belakang berbeda-beda. Tidak sedikit mahasiswa yang berasal dari Nias, Flores, atau wilayah timur lainnya.
“Dengan adanya ospek yang mengasah intelektualitas, akan berhasil membuat seluruh mahasiswa saling mengenal. Budaya kampus pun akhirnya lebih diterima sehingga dapat meminimalisasi perselisihan horizontal,” pungkasnya.
Baca berita:
Ospek di UI lebih mendidik
(kri)