Tak hanya TKI, sekolah Indonesia di Malaysia pun ilegal

Kamis, 05 Desember 2013 - 19:36 WIB
Tak hanya TKI, sekolah...
Tak hanya TKI, sekolah Indonesia di Malaysia pun ilegal
A A A
Sindonews.com - Ternyata di Malaysia tidak hanya tenaga kerja indonesia (TKI) yang ilegal. Namun Community Learning Center (CLC) di Kota Kinabalu, wilayah Sabah, Malaysia, juga banyak yang tidak resmi.

Coba kita tengok ke CLC Cerdas dan CLC Insan Kemajuan. Keduanya merupakan pendidikan non formal yang mayoritas siswanya berasal dari anak TKI. Ketika pertama kali berkunjung ke CLC Cerdas sungguh membuat mata terpana. Betapa tidak, di depan mata terlihat gedung putih nan megah. Untuk menaiki lobinya saja juga harus melewati belasan anak tangga berlantai marmer. Akan tetapi, bangunan yang terlihat di depan ternyata bukan CLC tetapi sebuah gereja Sacred Heart.

Kepala Sekolah CLC Cerdas Yohannes Solo sudah terbiasa menyapa tamu yang kecewa akan kesan pertama itu. Dengan tersenyum dia menjelaskan jika ruangan CLC yang dikelola menyewa pada gereja. Dia menyewa 1.500 ringgit per bulan. Dia memilih gereja karena CLC yang menampung 320 anak ini belum mempunyai izin dari Kementerian Pendidikan Malaysia.

“Kalau tidak ada izin operasional memang sekolah akan rawan ditutup atau kena denda. Makanya kami memilih berlindung di bawah gereja agar tidak ditutup,” jelasnya.

Pria asal Flores yang menetap di Malaysia sejak 1976 ini tidak tahu mengapa CLC yang berdiri sejak 20 Mei 2010 ini tak kunjung mendapat izin. Padahal CLC yang berdiri di ladang perkebunan kelapa sawit sudah banyak yang mendapat izin. Dia menegaskan, akan tetap bertahan di gereja Sacred Heart ini sampai izinnya turun. Sebab pengelola gereja pun begitu baik karena menyewakan ruangannya sebagai tempat berlindung dari razia sekolah ilegal.

Selain itu, meski berlokasi di gereja namun anak didiknya berasal dari multi agama. Kesan pertama yang begitu terbalik disajikan CLC Kesan Inanam. Coba bayangkan ruko disekitaran Glodok yang kumuh dan belum direnovasi. Begitulah pemandangan CLC Kesan Inanam yang berada di tingkat 2, No 10, Blok I, Inanam Point, Kota Kinabalu. Tidak ada lapangan di sini, anak-anak bermain-main petak umpat atau lompat tali di pelataran ruko yang sudah padat dengan toko sparepart mobil dan juga kedai.

“Tempat kita ini jauh lebih baik dari CLC Filipina. Mereka lokasinya berpindah-pindah. Setidaknya mereka hanya dikelola oleh NGO sementara kita ada perhatian dari pemerintah melalui SIKK (Sekolah Indonesia Kota Kinabalu),” terang Kepala Sekolah CLC Kesan Inanam Muttaqien Fattah.

Menurut dia, meperoleh izin sekolah memang sangat sulit di Malaysia. Makanya banyak pengelola CLC yang harus bernaung di bawah yayasan Islam atau Kristen. Seperti CLC yang dikelolanya ini bernaung di bawah Yayasan Kemajuan Insan. Sebuah yayasan milik Alm Haji Syuaib Asren dan beranggota warga Indonesia asal Jawa yang sukses hidup di Malaysia. “Jangan harap akan aman jika tidak ada yayasan. Pasti sekolah kami akan ditutup. Lalu akan dikemanakan siswa-siswi kami,” tuturnya.

Kondisi ini diperparah dengan status terasing para siswanya. Ketiadaan paspor dan akta lahir menjadikan siswa CLC ini pun rawan ditangkap ketika razia. Maka dari itu, kini setiap pelajar CLC harus memakai kartu tanda pelajar yang wajib dikalungkan peserta didik. Meski kekuatan hukum dokumen sekunder ini tidak kuat namun kedua kepala sekolah ini mengaku kartu itu cukup untuk membuat polisi-polisi di Kinabalu segan untuk menangkap para siswanya.

Di tengah ketiadaan status sekolah dan siswa mereka namun pengelola CLC tetap mencekoki mereka dengan pengetahuan tentang Indonesia. Mereka khawatir anak didiknya lebih hafal lagu kebangsaan Malaysia Negaraku dibanding Indonesia Raya. Contohnya di CLC Kesan Inanam, mereka setiap masuk kelas harus menyanyikan lagu Indonesia Raya, membaca Pancasila dan Sumpah Pemuda. Mereka juga mengadakan upacara bendera dan mengheningkan cipta dengan berdoa untuk kejayaan Indonesia.

Pemerintah fasilitasi mantan TKI dipekerjakan kembali
(lal)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0584 seconds (0.1#10.140)