Sisi lain Taufiq dan Mega

Selasa, 03 Desember 2013 - 19:56 WIB
Sisi lain Taufiq dan...
Sisi lain Taufiq dan Mega
A A A
Sindonews.com - Banyak tokoh penting bangsa ini yang hanya diketahui dari sisi permukaannya saja karena publik dari pemberitaan. Padahal jika hanya dilihat dari pemberitaan sisi pencitraannya tidak bisa dilepaskan.

Karena itu, penting untuk mengetahui bagaimana sisi lain dari sang tokoh untuk melihat bagamana tokoh tersebut secara apa adanya.

Demikian terungkap dalam diskusi buku "Pak Taufiq dan Bu Mega-Catatan Ringan, Lucu, dan Unik dari Keluarga Politik" karya Rahmat Sahid, yang menghadirkan pembicara Eva Kusuma Sundari (PDIP), dan pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Ari Dwipayana, serta Rahmat Sahid selaku penulis, dan dipandu oleh moderator Eko Suwanto (Wakil Ketua DPD PDIP DIY), yang diselenggarakan DPD PDIP DIY, di Wisma MM UGM, Yogyakarta, Selasa (3/12/2013).

Menurut Ari Dwipayana, apa yang tertuang dalam buku tersebut penting karena mengungkap sisi lain dari Taufiq Kiemas dan Megawati Soekarnoputri yang kebanyakan belum pernah diberitakan dan belum banyak yang mengetahui.

"Sisi lain dari tokoh penting diketahaui. Kalau basisnya dari pencitraan, pasti ada sisi gelap dari sang tokoh. Di buku ini jadi bisa dilihat bagaimana kedua tokoh ini dari sisi apa adanya," kata Ari.

Ari mencontohkan, sisi yang otentik dari Mega yang dalam konstruksi pemberitaan adalah figur pendiam, ternyata bagi yang sudah mengenal dan diskusi dengannya menjadi terkesan. Kemudian, dari sisi lain pula bisa dilihat bagaimana figur Mega yang keras ternyata juga seorang yang komunikatif. "Inilah sisi otentiknya, yang bisa dilihat lebih telanjang, tak sekadar konstruksi di pemberitaan," jelasnya.

Hal penting lain yang sangat penting diangkat dari buku karya Rahmat Sahid tersebut, Mega sebagai tokoh besar ternyata mau berpikir dan berbicara hal-hal yang oleh orang dianggap kecil. "Seperti soal kuliner, dan soal keragaman hayati, bicara tanaman serta bunga secara detail," urainya.

Adapun figur Taufiq, lanjut Ari, publik bisa mengetahui bagaimana kelenturan komunikasinya, dengan berbagai kalangan. "Mungkin muncul anggapan bahwa figur Pak Taufiq tidak konsisten, tetapi dari sisi PDIP ini justru penting," ujarnya.

Eva Kusuma Sundari mengatakan, kedua figur tersebut betapapun sering dipersepsikan berbeda dan berlawanan secara politik, tetapi dari sisi ideologi adalah panutan. Keduanya adalah pejuang yang mengembalikan Pancasila menjadi diskursus disaat banyak tokoh lain diam karena trauma Pancasila dijadikan alat oleh rezim otoriter Orde Baru.

Soal perbedaan sikap antara kedua figur tersebut, Eva mengaku punya kenangan. Di saat dirinya renggang komunikasinya dengan Taufiq, maka Mega yang justru membelanya.

Boediono sebut Taufiq Kiemas komunikator ulung
(lal)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7456 seconds (0.1#10.140)