Ia menepati janjinya lewat doa
A
A
A
Sindonews.com - Peristiwa ini terjadi ketika saya berusia 13 tahun dan sangat sulit bagi saya untuk menceritakannya kepada orang lain pada waktu itu. Tetapi sekarang, 10 tahun kemudian, hal itu menjadi kenangan Natal yang paling tidak bisa saya lupakan.
Ada 118 pelanggan dalam rute pengiriman koran saya di Morganton, Carolina Utara. Saat hari Natal mendekat, saya mulai membawa kesan "ingatlah pada tukang koran" kepada pelanggan-pelanggan saya. Saya membeli 118 lembar kartu Natal yang murah, lalu menandatanganinya "dari tukang koran Andes", dan beberapa hari sebelum Natal memasukkan kartu ke dalam masing-masing koran.
Hasilnya cukup memuaskan. Bahkan, bisa dibilang spektakuler. Balasan kartu yang biasa adalah uang senilai satu dolar yang dimasukkan ke dalam amplop bertuliskan "untuk tukang koran." Kecuali terhadap Nyonya Luke Woodbury, seorang janda yang sudah dikenal karena kesalehannya. Nyonya Woodbury sedang berdiri di pintu rumahnya saat saya tiba dengan koran Natal untuknya.
"Aku ingin mengucapkan terima kasih secara khusus kepadamu, Johnny, untuk kartu Natalmu," ujarnya. "Perbuatan itu sangat baik dan menyenangkan bagi seorang perempuan tua."
Kehangatan atas ucapannya membuat saya merasa tidak enak. "Aku tidak memiliki banyak uang untuk diberikan kepadamu," katanya, sambil menyerahkan beberapa uang receh, "Tetapi aku ingin kamu mengetahuinya: Aku melihatmu setiap hari melewati rumah ini. Setiap hari aku akan berdoa bagimu, Johnny. Aku akan berdoa agar Tuhan menolongmu dan menuntunmu ke mana pun kamu pergi, dan dalam kegiatan apa pun yang kamu lakukan."
Nyonya Woodbury meletakkan tangannya di atas bahu saya, nyaris seperti sebuah usapan lembut, kemudian ia masuk ke dalam rumahnya.
Seorang anak berusia 13 tahun cenderung sulit tersentuh oleh pengalaman yang demikian. Saya tidak begitu memikirkan kejadian tersebut pada saat itu. Lagipula saya tidak begitu tertarik dengan hal-hal yang bersifat keagamaan.
Di tahun-tahun berikutnya, saya melihat Nyonya Woodbury dalam beberapa acara. Ia selalu tersenyum kepada saya dengan cara yang penuh makna. Ketika saya masuk Universitas Duke, saya lupa dengan Nyonya Woodbury hingga sampai dua tahun lalu ketika titik balik dalam kehidupan saya muncul, saat konferensi Persatuan Para Atlit Kristen.
Dari seorang Kristen yang asal-asalan, saya melangkah dari kehidupan sehari-hari yang gelap memasuki kehidupan baru yang cemerlang dan penuh sukacita bersama Kristus di tempat itu.
Segera setelah mengalami pengalaman ini, saya mendapat kesempatan untuk bersaksi di Chattanooga, tempat saya kembali mengevaluasi hidup saya. Saya berbicara tentang betapa beruntungnya saya. Karena sebenarnya saya berusaha sangat keras untuk mendapat nilai rata-rata "C" di perguruan tinggi.
Sedangkan dalam hal olahraga sepakbola, selama saya berada di SMU dan pada tahun awal kuliah, saya mengalami masalah dengan kurangnya berat badan dan talenta yang dibutuhkan. Namun, entah bagaimana saya mampu untuk mendapatkan kekuatan atau kemampuan ekstra yang saya perlukan untuk menyelesaikan segala sesuatunya.
Setelah kebaktian di gereja, seorang perempuan memberitahu saya: "Semua kejadian yang engkau alami bukanlah hanya keberuntungan belaka, sudah pasti engkau memiliki orang-orang yang berdoa dengan tekun untukmu selama ini."
Ini adalah benar-benar sebuah pemikiran baru. Orang tua saya sudah pasti mendoakan saya. Iman mereka memang selalu kuat. Kemudian saya mengingat Nyonya Woodbury dan janjinya untuk berdoa bagi saya. Betapa banyaknya saya berutang budi kepadanya.
Beberapa bulan yang lalu saya mengetahui Nyonya Woodbury masuk ke sebuah rumah khusus, tempat ia bisa mendapatkan perawatan khusus. Sebagai penghargaan untuknya dan untuk semua orang yang tidak mementingkan dirinya sendiri dan bijaksana yang berdoa untuk orang lain. Saya menceritakan kisah yang sekarang saya anggap sebagai Natal paling bermakna bagi saya.
Ada 118 pelanggan dalam rute pengiriman koran saya di Morganton, Carolina Utara. Saat hari Natal mendekat, saya mulai membawa kesan "ingatlah pada tukang koran" kepada pelanggan-pelanggan saya. Saya membeli 118 lembar kartu Natal yang murah, lalu menandatanganinya "dari tukang koran Andes", dan beberapa hari sebelum Natal memasukkan kartu ke dalam masing-masing koran.
Hasilnya cukup memuaskan. Bahkan, bisa dibilang spektakuler. Balasan kartu yang biasa adalah uang senilai satu dolar yang dimasukkan ke dalam amplop bertuliskan "untuk tukang koran." Kecuali terhadap Nyonya Luke Woodbury, seorang janda yang sudah dikenal karena kesalehannya. Nyonya Woodbury sedang berdiri di pintu rumahnya saat saya tiba dengan koran Natal untuknya.
"Aku ingin mengucapkan terima kasih secara khusus kepadamu, Johnny, untuk kartu Natalmu," ujarnya. "Perbuatan itu sangat baik dan menyenangkan bagi seorang perempuan tua."
Kehangatan atas ucapannya membuat saya merasa tidak enak. "Aku tidak memiliki banyak uang untuk diberikan kepadamu," katanya, sambil menyerahkan beberapa uang receh, "Tetapi aku ingin kamu mengetahuinya: Aku melihatmu setiap hari melewati rumah ini. Setiap hari aku akan berdoa bagimu, Johnny. Aku akan berdoa agar Tuhan menolongmu dan menuntunmu ke mana pun kamu pergi, dan dalam kegiatan apa pun yang kamu lakukan."
Nyonya Woodbury meletakkan tangannya di atas bahu saya, nyaris seperti sebuah usapan lembut, kemudian ia masuk ke dalam rumahnya.
Seorang anak berusia 13 tahun cenderung sulit tersentuh oleh pengalaman yang demikian. Saya tidak begitu memikirkan kejadian tersebut pada saat itu. Lagipula saya tidak begitu tertarik dengan hal-hal yang bersifat keagamaan.
Di tahun-tahun berikutnya, saya melihat Nyonya Woodbury dalam beberapa acara. Ia selalu tersenyum kepada saya dengan cara yang penuh makna. Ketika saya masuk Universitas Duke, saya lupa dengan Nyonya Woodbury hingga sampai dua tahun lalu ketika titik balik dalam kehidupan saya muncul, saat konferensi Persatuan Para Atlit Kristen.
Dari seorang Kristen yang asal-asalan, saya melangkah dari kehidupan sehari-hari yang gelap memasuki kehidupan baru yang cemerlang dan penuh sukacita bersama Kristus di tempat itu.
Segera setelah mengalami pengalaman ini, saya mendapat kesempatan untuk bersaksi di Chattanooga, tempat saya kembali mengevaluasi hidup saya. Saya berbicara tentang betapa beruntungnya saya. Karena sebenarnya saya berusaha sangat keras untuk mendapat nilai rata-rata "C" di perguruan tinggi.
Sedangkan dalam hal olahraga sepakbola, selama saya berada di SMU dan pada tahun awal kuliah, saya mengalami masalah dengan kurangnya berat badan dan talenta yang dibutuhkan. Namun, entah bagaimana saya mampu untuk mendapatkan kekuatan atau kemampuan ekstra yang saya perlukan untuk menyelesaikan segala sesuatunya.
Setelah kebaktian di gereja, seorang perempuan memberitahu saya: "Semua kejadian yang engkau alami bukanlah hanya keberuntungan belaka, sudah pasti engkau memiliki orang-orang yang berdoa dengan tekun untukmu selama ini."
Ini adalah benar-benar sebuah pemikiran baru. Orang tua saya sudah pasti mendoakan saya. Iman mereka memang selalu kuat. Kemudian saya mengingat Nyonya Woodbury dan janjinya untuk berdoa bagi saya. Betapa banyaknya saya berutang budi kepadanya.
Beberapa bulan yang lalu saya mengetahui Nyonya Woodbury masuk ke sebuah rumah khusus, tempat ia bisa mendapatkan perawatan khusus. Sebagai penghargaan untuknya dan untuk semua orang yang tidak mementingkan dirinya sendiri dan bijaksana yang berdoa untuk orang lain. Saya menceritakan kisah yang sekarang saya anggap sebagai Natal paling bermakna bagi saya.
(kri)