Peminat sains di Indonesia masih minim
A
A
A
Sindonews.com - Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Djoko Santoso mengatakan, peminat bidang sains di Indonesia saat ini belum tinggi.
Hal itu terlihat dari ketersediaan program studi (prodi) yang ada dengan peminat tidak seimbang. Dari 70 prodi yang ada, hanya diisi sebanyak 14 persen peminat saja.
“Saat ini ada 70 prodi, tapi hanya 14 persen saja peminatnya. Kita berharap dengan olimpiade seperti ini, dapat memicu ketertarikan generasi muda terhadap sains,” kata Djoko saat pembukaan Olimpiade Sains Nasional (OSN) Pertamina 2013, di Balairung Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, Rabu (27/11/2013).
Diakui dia, metode pembelajaran yang kurang menarik juga menjadi salah satu penyebab. Metode lama hanya mengajarkan siswa di sekolah tingkat bawah untuk sekadar menghafal. Sehingga perlu pembenahan sistem. “Di kurikulum baru nanti dilakukan pendekatan pemahaman tentang sains,” ucap Djoko.
Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) PT Pertamina (Persero) Evita M Tagor menambahkan, pihaknya sangat memerlukan tenaga peneliti dalam mengembangkan Research and Development (R&D) untuk membawa produk Indonesia ke kancah internasional.
Dikatakan dia, sains terus berkembang dan melakukan inovasi untuk menjadi pemimpin dalam mempromosikan produk Indonesia. “Inovasi kami hanya bisa dikembangkan melalui riset laboratorium. R&D kita terus berkembang dan akan menjadi leader kalau riset kita berkembang,” ucap Evita.
Pada penyelenggaraan OSN-Pertamina 2013 panitia melakukan serangkaian pengembangan dalam kategori lomba. Yaitu, kategori teori dan proyek sains. Bentuk dan aturan kompetisinya juga mengalami perubahan.
Di kategori teori, tetap dilombakan empat bidang yaitu Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi. Sedangkan untuk kategori proyek sains dilombakan karya cipta dari tiga bidang yaitu bidang Aplikasi Perangkat Lunak (APL), Rancang Bangun (RB) dan Produk Unggulan (PU).
Pada kategori ini, seleksi dilakukan melalui dua babak yaitu penyisihan dan final tingkat nasional. “Penetapan kedua kategori kompetisi dimaksudkan untuk menggali gagasan dan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis permasalahan dan mencari solusinya. Gagasan itu disampaikan dan divisualisasikan oleh peserta melalui scientific paper dan aplikasi model atau karya cipta,” kata VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir.
Hal itu terlihat dari ketersediaan program studi (prodi) yang ada dengan peminat tidak seimbang. Dari 70 prodi yang ada, hanya diisi sebanyak 14 persen peminat saja.
“Saat ini ada 70 prodi, tapi hanya 14 persen saja peminatnya. Kita berharap dengan olimpiade seperti ini, dapat memicu ketertarikan generasi muda terhadap sains,” kata Djoko saat pembukaan Olimpiade Sains Nasional (OSN) Pertamina 2013, di Balairung Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, Rabu (27/11/2013).
Diakui dia, metode pembelajaran yang kurang menarik juga menjadi salah satu penyebab. Metode lama hanya mengajarkan siswa di sekolah tingkat bawah untuk sekadar menghafal. Sehingga perlu pembenahan sistem. “Di kurikulum baru nanti dilakukan pendekatan pemahaman tentang sains,” ucap Djoko.
Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) PT Pertamina (Persero) Evita M Tagor menambahkan, pihaknya sangat memerlukan tenaga peneliti dalam mengembangkan Research and Development (R&D) untuk membawa produk Indonesia ke kancah internasional.
Dikatakan dia, sains terus berkembang dan melakukan inovasi untuk menjadi pemimpin dalam mempromosikan produk Indonesia. “Inovasi kami hanya bisa dikembangkan melalui riset laboratorium. R&D kita terus berkembang dan akan menjadi leader kalau riset kita berkembang,” ucap Evita.
Pada penyelenggaraan OSN-Pertamina 2013 panitia melakukan serangkaian pengembangan dalam kategori lomba. Yaitu, kategori teori dan proyek sains. Bentuk dan aturan kompetisinya juga mengalami perubahan.
Di kategori teori, tetap dilombakan empat bidang yaitu Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi. Sedangkan untuk kategori proyek sains dilombakan karya cipta dari tiga bidang yaitu bidang Aplikasi Perangkat Lunak (APL), Rancang Bangun (RB) dan Produk Unggulan (PU).
Pada kategori ini, seleksi dilakukan melalui dua babak yaitu penyisihan dan final tingkat nasional. “Penetapan kedua kategori kompetisi dimaksudkan untuk menggali gagasan dan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis permasalahan dan mencari solusinya. Gagasan itu disampaikan dan divisualisasikan oleh peserta melalui scientific paper dan aplikasi model atau karya cipta,” kata VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir.
(maf)