Tangible Earth berharga USD 40ribu
A
A
A
Sindonews.com - Tangible Earth telah dirancang oleh peneliti asal Jepang sejak tahun 1997. Dan dirilis pertama kali di dunia pada tahun 2002. Saat ini sudah ada 20 unit Tangible Earth di dunia. Sedangkan di Asia Tenggara baru pertama kali di Jepang.
"Sekarang ini versi terbaru Tangible Earth yang sudah disempurnakan darai sebelumnya," kata General Manager Human Resources Division IT Division Sudarmadi Salim di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI) Depok, Senin (25/11/2013).
Satu unit alat ini berharga USD40 ribu. Pihak AEON sendiri telah memasang satu unit Tangible Earth di AEON Mall Lake Town, Jepang. Di sana alat itu digunakan untuk berbagai kegiatan terkait penanganan masalah lingkungan di dunia.
"Didunia ini baru ada 20 unit Tangible Earth yang telah dipasang di PBB, dan di berbagai kota dunia seperti Dubai, New York, Denmark dan lainnya," ujarnya.
Pencipta Tangible Earth Takemura Shinichi mengatakan, Tangible Earth merupakan sebuah bola dunia yang menampilkan kondisi bumi secara visual yang dioperasikan dengan sentuhan tangan.
Menurut Takemura, bola dunia Tangible Earth ini dapat dioperasikan dengan sentuhan tangan, dan berukuran 1/10 juta dari ukuran aktual bumi (1,28 m).
Alat ini dapat digunakan untuk mengamati kondisi bumi secara real time (dengan internet), melakukan simulasi pemanasan global, dan mengamati dinamika bumi termasuk rute migrasi fauna di dunia seperti paus, burung, dan lainnya.
"Ini juga dapat mendeteksi dinamika bumi dari berbagai sudut pandang dan dapat menerima data baru selain 60 jenis data yang telah terprogram sebelumnya, seperti simulasi pemanasan global, topan, tsunami dan pergerakan burung di dunia," ujarnya.
Tangible Earth juga katanya dapat digunakan untuk mengetahui ke berbagai belahan dunia dan dapat disambungkan dengan mikrofon di lokasi tersebut untuk mendegarkan suara serangga maupun burung yang ada di daerah tersebut.
Ke depannya, Takemura berencana untuk menambahkan tidak hanya fenomena alam melainkan juga fenomena sosial ekonomi seperti persebaran penduduk, kepadatan penduduk, konsumsi energi dan lainnya.
Baca berita:
PBB gunakan Tangible Earth untuk penanggulangan bencana
"Sekarang ini versi terbaru Tangible Earth yang sudah disempurnakan darai sebelumnya," kata General Manager Human Resources Division IT Division Sudarmadi Salim di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI) Depok, Senin (25/11/2013).
Satu unit alat ini berharga USD40 ribu. Pihak AEON sendiri telah memasang satu unit Tangible Earth di AEON Mall Lake Town, Jepang. Di sana alat itu digunakan untuk berbagai kegiatan terkait penanganan masalah lingkungan di dunia.
"Didunia ini baru ada 20 unit Tangible Earth yang telah dipasang di PBB, dan di berbagai kota dunia seperti Dubai, New York, Denmark dan lainnya," ujarnya.
Pencipta Tangible Earth Takemura Shinichi mengatakan, Tangible Earth merupakan sebuah bola dunia yang menampilkan kondisi bumi secara visual yang dioperasikan dengan sentuhan tangan.
Menurut Takemura, bola dunia Tangible Earth ini dapat dioperasikan dengan sentuhan tangan, dan berukuran 1/10 juta dari ukuran aktual bumi (1,28 m).
Alat ini dapat digunakan untuk mengamati kondisi bumi secara real time (dengan internet), melakukan simulasi pemanasan global, dan mengamati dinamika bumi termasuk rute migrasi fauna di dunia seperti paus, burung, dan lainnya.
"Ini juga dapat mendeteksi dinamika bumi dari berbagai sudut pandang dan dapat menerima data baru selain 60 jenis data yang telah terprogram sebelumnya, seperti simulasi pemanasan global, topan, tsunami dan pergerakan burung di dunia," ujarnya.
Tangible Earth juga katanya dapat digunakan untuk mengetahui ke berbagai belahan dunia dan dapat disambungkan dengan mikrofon di lokasi tersebut untuk mendegarkan suara serangga maupun burung yang ada di daerah tersebut.
Ke depannya, Takemura berencana untuk menambahkan tidak hanya fenomena alam melainkan juga fenomena sosial ekonomi seperti persebaran penduduk, kepadatan penduduk, konsumsi energi dan lainnya.
Baca berita:
PBB gunakan Tangible Earth untuk penanggulangan bencana
(kri)