Cara komunikasi SBY lewat buku pilihan keliru
A
A
A
Sindonews.com - Rencana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerbitkan buku berjudul "Masih Ada Pilihan" akhir tahun nanti patut dicermati. Minimal dengan menulis, kita diyakinkan bahwa SBY ini benar-benar seorang intelektual yang gemar menuangkan gagasan melalui buku.
"Kita belum tahu apa sesungguhnya goresan SBY di buku tersebut. Jika benar isinya merupakan klarifikasi beliau atas sejumlah kritikan publik terhadapnya, maka buku itu sesungguhnya menjadi semacam cara SBY berkomunikasi dengan publik," ujar Pengamat Politik dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus kepada Sindonews, Selasa (12/11/2013).
Kata dia, menariknya justru jika buku itu menjadi alat komunikasi SBY. Jika pilihan menerbitkan buku untuk merespons kritik publik, lanjutnya, maka komunikasi politik SBY nampak sangat akademik tetapi tidak efektif.
"Publik dengan mudah kemudian membenarkan bahwa apa yang terjadi selama ini dan nampak tak direspons pemerintah dikarenakan SBY memilih respons untuk masalah bangsa dijadikan sebagai bahan tulisan buku."
"Dan cara ini merupakan jalan sesat jika SBY berpendapat bahwa media apapun bisa dipilihnya untuk merespons publik tak peduli efektifitasnya," sambung Lucius.
Ditambahkannya, cara komunikasi SBY melalui buku sesungguhnya tidak mempunyai dampak langsung bagi bangsa selain hanya memberikan sumbangan pemikiran untuk referensi akademik. "Bagi rakyat buku itu jelas tidak bermakna apapun," pungkasnya.
Sekadar informasi, SBY berencana meluncurkan buku terbarunya berjudul "Selalu Ada Pilihan" bulan Desember mendatang. Menurut dia, buku tersebut mengisahkan perjalanan dirinya sebagai kepala negara selama sembilan tahun.
Baca berita:
Buku SBY tak mampu kembalikan kepercayaan masyarakat
"Kita belum tahu apa sesungguhnya goresan SBY di buku tersebut. Jika benar isinya merupakan klarifikasi beliau atas sejumlah kritikan publik terhadapnya, maka buku itu sesungguhnya menjadi semacam cara SBY berkomunikasi dengan publik," ujar Pengamat Politik dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus kepada Sindonews, Selasa (12/11/2013).
Kata dia, menariknya justru jika buku itu menjadi alat komunikasi SBY. Jika pilihan menerbitkan buku untuk merespons kritik publik, lanjutnya, maka komunikasi politik SBY nampak sangat akademik tetapi tidak efektif.
"Publik dengan mudah kemudian membenarkan bahwa apa yang terjadi selama ini dan nampak tak direspons pemerintah dikarenakan SBY memilih respons untuk masalah bangsa dijadikan sebagai bahan tulisan buku."
"Dan cara ini merupakan jalan sesat jika SBY berpendapat bahwa media apapun bisa dipilihnya untuk merespons publik tak peduli efektifitasnya," sambung Lucius.
Ditambahkannya, cara komunikasi SBY melalui buku sesungguhnya tidak mempunyai dampak langsung bagi bangsa selain hanya memberikan sumbangan pemikiran untuk referensi akademik. "Bagi rakyat buku itu jelas tidak bermakna apapun," pungkasnya.
Sekadar informasi, SBY berencana meluncurkan buku terbarunya berjudul "Selalu Ada Pilihan" bulan Desember mendatang. Menurut dia, buku tersebut mengisahkan perjalanan dirinya sebagai kepala negara selama sembilan tahun.
Baca berita:
Buku SBY tak mampu kembalikan kepercayaan masyarakat
(kri)