Ini indikator Demokrat bakal jadi partai tengah
A
A
A
Sindonews.com - Elektabilitas Partai Demokrat tampaknya tak kunjung membaik. Hal itu tergambar dari hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang menyebutkan merosotnya elektabilitas Partai Demokrat disebabkan kasus korupsi yang melanda para kadernya.
Pengamat Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Muradi mengatakan ada enam indikator mengapa Partai Demokrat cenderung akan menjadi partai tengah.
"Pertama, Partai Demokrat kehilangan roh ideologi sebagai partai nasionalis religius. Hal tersebut nampak benar ketergantungan partai pada SBY," ujarnya ketika dihubungi Sindonews, Senin (4/10/2013).
Kedua, lanjutnya, sebagai partai pemenang Pemilu 2009, Partai Demokrat tidak memiliki mekanisme internal yang memporak-porandakan tatanan kepartaian.
Yang ketiga, kata dia, tidak adanya pengetatan aturan punishment and rewards yang membuat anggota Partai Demokrat bisa melakukan hal sesuka hati termasuk menghalalkan segala cara dan korupsi.
"Keempat, Partai Demokrat tidak memiliki figur panutan yang menjadi ukuran moralitas sebuah partai. Hal tersebut dimulai saat Anas memimpin dan diteruskan oleh SBY," kata dia.
Menurutnya, SBY yang seharusnya menjadi panutan partai ternyata lebih fokus menjaga citra dirinya, dari pada menjaga agar moralitas kader kembali pulih pasca serangan bertubi-tubi akibat kasus korupsi.
"Kelima, Partai Demokrat bergerak menjadi partai dinasti yang lebih mengedepankan kroni politik dari pada mekanisme pengkaderan. Yang keenam, Partai Demokrat kehilangan momentum politik untuk bisa mengulangi langkah kemenangan seperti Pemilu 2009 lalu," ujar pengajar Universitas Pertahanan ini.
Muradi menambahkan, dengan enam indikator tersebut maka Partai Demokrat bisa jadi akan menjadi partai medioker yang akan bersusah payah untuk melewati angka parliamentary treshold.
Baca berita:
Persoalan internal penyumbang terbesar merosotnya Demokrat
Pengamat Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Muradi mengatakan ada enam indikator mengapa Partai Demokrat cenderung akan menjadi partai tengah.
"Pertama, Partai Demokrat kehilangan roh ideologi sebagai partai nasionalis religius. Hal tersebut nampak benar ketergantungan partai pada SBY," ujarnya ketika dihubungi Sindonews, Senin (4/10/2013).
Kedua, lanjutnya, sebagai partai pemenang Pemilu 2009, Partai Demokrat tidak memiliki mekanisme internal yang memporak-porandakan tatanan kepartaian.
Yang ketiga, kata dia, tidak adanya pengetatan aturan punishment and rewards yang membuat anggota Partai Demokrat bisa melakukan hal sesuka hati termasuk menghalalkan segala cara dan korupsi.
"Keempat, Partai Demokrat tidak memiliki figur panutan yang menjadi ukuran moralitas sebuah partai. Hal tersebut dimulai saat Anas memimpin dan diteruskan oleh SBY," kata dia.
Menurutnya, SBY yang seharusnya menjadi panutan partai ternyata lebih fokus menjaga citra dirinya, dari pada menjaga agar moralitas kader kembali pulih pasca serangan bertubi-tubi akibat kasus korupsi.
"Kelima, Partai Demokrat bergerak menjadi partai dinasti yang lebih mengedepankan kroni politik dari pada mekanisme pengkaderan. Yang keenam, Partai Demokrat kehilangan momentum politik untuk bisa mengulangi langkah kemenangan seperti Pemilu 2009 lalu," ujar pengajar Universitas Pertahanan ini.
Muradi menambahkan, dengan enam indikator tersebut maka Partai Demokrat bisa jadi akan menjadi partai medioker yang akan bersusah payah untuk melewati angka parliamentary treshold.
Baca berita:
Persoalan internal penyumbang terbesar merosotnya Demokrat
(kri)