68 persen siswa SD sudah akses konten pornografi
A
A
A
Sindonews.com - Isu pornografi di Indonesia sudah semakin mengkhawatirkan. Bahkan 68 persen siswa sekolah dasar (SD) sudah aktif mengakses konten porno.
Psikolog Klinis Baby Jim Aditya mengatakan, sebagian besar dari mereka mengakses konten pornografi dari komik (24 persen). Mereka juga mengakses dengan mudah dari games (18 persen) dan situs porno (16 persen).
Mereka juga akan semakin mudah mengakses situs pornografi melalui peredaran DVD maupun VCD, telepon seluler dan juga majalah atau koran.
”Anak-anak sudah semakin dekat dengan teknologi. Peredaran tablet maupun HP menjadi pemicu yang lebih buruk lagi,” katanya pada Workshop Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Pencegahan Tindakan Destruktif Peserta Didik Serta Perlindungannya bagi Kepala Sekolah dan Komite Sekolah se-DKI Jakarta di Jakarta, Minggu (3/11/2013).
Aktivis HIV/AIDS ini melanjutkan, anak memang semestinya dididik di sekolah, namun sekolah hanya berperan selama delapan jam. Sementara, peran terpenting untuk mencegah anak ialah selama 16 jam mereka di rumah.
Sayangnya, ujar Baby, orang tua tidak memberikan pengawasan serta pendidikan seks yang benar kepada anaknya. Anak pun penasaran yang memicu 97 persen siswa SMP/SMA pernah melakukan oral seks kepada pasangannya. Sedangkan 85 persen remaja melakukan hubungan badan di rumahnya sendiri.
Baby menuturkan, tidak adanya pengendalian dari pemerintah menjadikan Indonesia sebagai juara dunia pengakses situs porno. Dia menyebutkan, pada 2007 posisi Indonesia sebagai pengakses situs porno ada di peringkat lima. Namun pada 2009 posisi Indonesia naik ke peringkat tiga.
“Meski mengklaim negara beragama dan berpancasila namun Indonesia surga bagi pornografi. Bahkan anggota DPR pun pernah menonton video porno ketika bersidang,” terangnya.
Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto menjelaskan, pemerintah ingin memberikan pemahaman yang sama kepada kepala sekolah dan komite sekolah se DKI Jakarta mengenai edukasi seks. Dengan narasumber yang kompeten maka pemerintah ingin mengedukasi keduanya mengenai realita masa remaja yang sedang berlangsung.
Dia mengakui, video porno yang dilakukan siswa SMP 4 yang beredar kemarin menjadi pemicu diadakannya workshop ini. "Kita tidak mau ada kasus serupa yang terjadi lagi. Kami harap setelah ini sekolah dan murid dapat lebih waspada dan memperhatikan anak-anaknya," tutur Taufik.
Taufik menambahkan, pihaknya akan mengembangkan modul-modul pendidikan seks yang akan disebarluaskan ke sekolah dan orang tua murid. Pembelajaran modul-modul tersebut bukan melekat pada mata pelajaran, namun dinamis karena dapat disampaikan pada kesempatan apapun.
Bahkan dia mendorong kepala sekolah untuk menyampaikan pendidikan seks tersebut ketika upacara bendera.
Baca berita:
Gawat, kekerasan seksual pada anak terus meningkat
Psikolog Klinis Baby Jim Aditya mengatakan, sebagian besar dari mereka mengakses konten pornografi dari komik (24 persen). Mereka juga mengakses dengan mudah dari games (18 persen) dan situs porno (16 persen).
Mereka juga akan semakin mudah mengakses situs pornografi melalui peredaran DVD maupun VCD, telepon seluler dan juga majalah atau koran.
”Anak-anak sudah semakin dekat dengan teknologi. Peredaran tablet maupun HP menjadi pemicu yang lebih buruk lagi,” katanya pada Workshop Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Pencegahan Tindakan Destruktif Peserta Didik Serta Perlindungannya bagi Kepala Sekolah dan Komite Sekolah se-DKI Jakarta di Jakarta, Minggu (3/11/2013).
Aktivis HIV/AIDS ini melanjutkan, anak memang semestinya dididik di sekolah, namun sekolah hanya berperan selama delapan jam. Sementara, peran terpenting untuk mencegah anak ialah selama 16 jam mereka di rumah.
Sayangnya, ujar Baby, orang tua tidak memberikan pengawasan serta pendidikan seks yang benar kepada anaknya. Anak pun penasaran yang memicu 97 persen siswa SMP/SMA pernah melakukan oral seks kepada pasangannya. Sedangkan 85 persen remaja melakukan hubungan badan di rumahnya sendiri.
Baby menuturkan, tidak adanya pengendalian dari pemerintah menjadikan Indonesia sebagai juara dunia pengakses situs porno. Dia menyebutkan, pada 2007 posisi Indonesia sebagai pengakses situs porno ada di peringkat lima. Namun pada 2009 posisi Indonesia naik ke peringkat tiga.
“Meski mengklaim negara beragama dan berpancasila namun Indonesia surga bagi pornografi. Bahkan anggota DPR pun pernah menonton video porno ketika bersidang,” terangnya.
Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto menjelaskan, pemerintah ingin memberikan pemahaman yang sama kepada kepala sekolah dan komite sekolah se DKI Jakarta mengenai edukasi seks. Dengan narasumber yang kompeten maka pemerintah ingin mengedukasi keduanya mengenai realita masa remaja yang sedang berlangsung.
Dia mengakui, video porno yang dilakukan siswa SMP 4 yang beredar kemarin menjadi pemicu diadakannya workshop ini. "Kita tidak mau ada kasus serupa yang terjadi lagi. Kami harap setelah ini sekolah dan murid dapat lebih waspada dan memperhatikan anak-anaknya," tutur Taufik.
Taufik menambahkan, pihaknya akan mengembangkan modul-modul pendidikan seks yang akan disebarluaskan ke sekolah dan orang tua murid. Pembelajaran modul-modul tersebut bukan melekat pada mata pelajaran, namun dinamis karena dapat disampaikan pada kesempatan apapun.
Bahkan dia mendorong kepala sekolah untuk menyampaikan pendidikan seks tersebut ketika upacara bendera.
Baca berita:
Gawat, kekerasan seksual pada anak terus meningkat
(kri)