Ini penyebab kebutaan versi Perdami
A
A
A
Sindonews.com - Ketua Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) Nila F. Moeloek mengaku, tekanan darah dan glukosa salah satu penyebab terjadinya kebutaan.
Dia mengatakan, untuk mencegah kebutaan, diharapkan masyarakat melakukan screening sebagai pemeriksaan kesehatan mata di puskesmas. Selain itu, masyarakat juga memeriksakan tekanan darah dan glukosa.
"Karena dikhawatirkan melihat pola hidup dan makan sekarang ini, obesitas menjadi permasalahan yang dapat menyebabkan kebutaan," katanya, Selasa (29/10/2013).
Dia juga mengaku, angka kebutaan penting guna mendorong pemerintah menyadari kerugian ekonomi pada masyarakat. Saat ini, sulitnya dalam penanggulangan kebutaan di Indonesia, dikarenakan terbatasan jumlah dan distribusi SDM yang tidak merata, distribusi infrastruktur dan teknologi serta sistem pembiayaan kesehatan yang tidak mendukung.
"Saat ini kurang lebih terdapat 2.000 dokter mata, namun mereka meminta agar pemerintah memperbaiki pelyanan kesehatan sekunder dilengkapi dengan sarana, alat, dan sistem pembiayaan yang jelas," katanya.
Saat ini di Indonesia, prevalensi kebutaan dikarenakan katarak mencapai 52 persen, glaucoma 13 persen, retina 9 persen dan penyebab lainnya 10 persen. Pada 2013 sudah sekitar 2.389 operasi katarak dilakukan, dan 973 operasi retina serta 485 operasi disebabkan glaukoma di RS Kirana RSCM.
Klik di sini untuk berita terkait.
Dia mengatakan, untuk mencegah kebutaan, diharapkan masyarakat melakukan screening sebagai pemeriksaan kesehatan mata di puskesmas. Selain itu, masyarakat juga memeriksakan tekanan darah dan glukosa.
"Karena dikhawatirkan melihat pola hidup dan makan sekarang ini, obesitas menjadi permasalahan yang dapat menyebabkan kebutaan," katanya, Selasa (29/10/2013).
Dia juga mengaku, angka kebutaan penting guna mendorong pemerintah menyadari kerugian ekonomi pada masyarakat. Saat ini, sulitnya dalam penanggulangan kebutaan di Indonesia, dikarenakan terbatasan jumlah dan distribusi SDM yang tidak merata, distribusi infrastruktur dan teknologi serta sistem pembiayaan kesehatan yang tidak mendukung.
"Saat ini kurang lebih terdapat 2.000 dokter mata, namun mereka meminta agar pemerintah memperbaiki pelyanan kesehatan sekunder dilengkapi dengan sarana, alat, dan sistem pembiayaan yang jelas," katanya.
Saat ini di Indonesia, prevalensi kebutaan dikarenakan katarak mencapai 52 persen, glaucoma 13 persen, retina 9 persen dan penyebab lainnya 10 persen. Pada 2013 sudah sekitar 2.389 operasi katarak dilakukan, dan 973 operasi retina serta 485 operasi disebabkan glaukoma di RS Kirana RSCM.
Klik di sini untuk berita terkait.
(stb)