ESQ Business School bentuk karakter antikorupsi
A
A
A
Sindonews.com - Bertempat di Gedung Menara 165, Jakarta Selatan, pada Rabu 23 Oktober diselenggarakan Seminar Budaya Antikorupsi. Seminar ini merupakan perwujudan keprihatinan terhadap kondisi bangsa belakangan ini, wabah korupsi kian merajalela.
Seminar yang melibatkan berbagai kalangan, baik itu swasta, perseorangan, dan terutama aparat pemerintahan ini diprakarsai ESQ Business School. Melalui seminar, diharapkan para peserta akan memiliki acuan bagi sikap antikorupsi.
Arief Rahman Saleh, Trainer seminar menyuguhkan aneka stimulus bagi para peserta. Stimulus yang utama adalah menempatkan rasa cinta terhadap bangsa, dengan jalan menolak tindak korupsi untuk menyelamatkan kehidupan bagi generasi yang akan datang.
Selain itu, para peserta juga dilibatkan dalam sebuah simulasi pemeringkatan tingkat korupsi di tingkat global. Dari simulasi tersebut, mayoritas peserta mencantumkan nama Indonesia di deretan terbawah sebagai negara yang bersih dari korupsi.
Kemudian Arief mengajak para peserta merenung dalam-dalam terhadap kenyataan pahit, bahwa Indonesia secara nyata memang berada di tempat ke-14 dari 15 negara yang mengidap penyakit akut korupsi. “Saya percaya bahwa dengan ini, hati kecil kita bisa menjerit karena menyaksikkan negara tercinta ini berkubang lumpur korupsi,” tegasnya.
Faktanya, Indonesia adalah negara yang telah mempunyai payung hukum pemberantasan korupsi lumayan banyak. Namun di lain sisi, isu korupsi tidak pernah habis, bahkan para pelaku semakin banyak dan terus mengorbankan kekayaan negara.
Berangkat dari hal tersebut, ESQ Business School seolah terpanggil untuk mengisi kekosongan dalam upaya pemberantasan korupsi, yaitu mendobrak rasa kecintaan masyarakat terhadap masa depan bangsa. “Walau sistem sudah baik, tetapi kalau tidak diikuti oleh pembangunan karakter manusianya, ya tetap saja sukar mewujudkan budaya antikorupsi,” terang Arief. (kahfi)
Seminar yang melibatkan berbagai kalangan, baik itu swasta, perseorangan, dan terutama aparat pemerintahan ini diprakarsai ESQ Business School. Melalui seminar, diharapkan para peserta akan memiliki acuan bagi sikap antikorupsi.
Arief Rahman Saleh, Trainer seminar menyuguhkan aneka stimulus bagi para peserta. Stimulus yang utama adalah menempatkan rasa cinta terhadap bangsa, dengan jalan menolak tindak korupsi untuk menyelamatkan kehidupan bagi generasi yang akan datang.
Selain itu, para peserta juga dilibatkan dalam sebuah simulasi pemeringkatan tingkat korupsi di tingkat global. Dari simulasi tersebut, mayoritas peserta mencantumkan nama Indonesia di deretan terbawah sebagai negara yang bersih dari korupsi.
Kemudian Arief mengajak para peserta merenung dalam-dalam terhadap kenyataan pahit, bahwa Indonesia secara nyata memang berada di tempat ke-14 dari 15 negara yang mengidap penyakit akut korupsi. “Saya percaya bahwa dengan ini, hati kecil kita bisa menjerit karena menyaksikkan negara tercinta ini berkubang lumpur korupsi,” tegasnya.
Faktanya, Indonesia adalah negara yang telah mempunyai payung hukum pemberantasan korupsi lumayan banyak. Namun di lain sisi, isu korupsi tidak pernah habis, bahkan para pelaku semakin banyak dan terus mengorbankan kekayaan negara.
Berangkat dari hal tersebut, ESQ Business School seolah terpanggil untuk mengisi kekosongan dalam upaya pemberantasan korupsi, yaitu mendobrak rasa kecintaan masyarakat terhadap masa depan bangsa. “Walau sistem sudah baik, tetapi kalau tidak diikuti oleh pembangunan karakter manusianya, ya tetap saja sukar mewujudkan budaya antikorupsi,” terang Arief. (kahfi)
(hyk)