Pemerintah klaim jumlah tuna aksara turun
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah menyatakan jumlah tuna aksara di Indonesia turun. Targetnya bahkan melampaui target Konferensi Dakar 2004 lalu yang mencanangkan penurunan 15,4 juta namun faktanya turun 6,4 juta pada 2013.
Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal (PAUDNI) Lyrdia Freyani Hawadie mengatakan, Unesco Institute for Statistic (UIS) mencatat dari sembilan negara terpadat tuna aksara, Indonesia berhasil melangkah maju bersama Brasil, Meksiko, dan Cina.
Disparitas antar provinsi juga menunjukkan kemajuan yang signifikan. Dimana hanya tersisa dua provinsi dengan persentase tuna aksara orang dewasa diatas 10 persen yakni Papua dan Papua Barat. "Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini Indonesia berhasil meningkatkan keaksaraan secara signifikan," katanya di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Rabu (16/10/2013).
Dia mengungkapkan, dari 6,4 juta penduduk tuna aksara, dua per tiga diantaranya adalah perempuan. Dalam hal ini pemerintah pun menggalakkan program keaksaraan lewat layanan pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan.
Lydia mengatakan tantangan pemberantasan buta aksara, termasuk di Papua, adalah kemarjinalan penduduk yang disebabkan oleh kemiskinan, ketakberdayaan, usia, etnisitas, gender, dan bahasa.
Jika dilihat secara global, Lydia mengungkapkan, UIS menyebutkan lebih dari 84 persen penduduk usia dewasa di dunia saat ini menyandang tuna aksara. Fakta ini menunjukkan kenaikan sebesar 8 persen sejak tahun 1990.
Dalam data per 11 September 2013 untuk memperingati Hari Aksara Internasional, sebagian besar orang dewasa tuna aksara berada di Asia Selatan, Asia Barat dan Sub Sahara Afrika. 743 juta orang diprediksi akan masih memiliki keterampilan keaksaraan yang kurang memadai pada 2015.
"Kesepakatan tingkat menteri negara anggota PBB pada 1965 ialah membebaskan warga dunia dari ketunaaksaraan," jelasnya.
Baca berita:
Penyerapan BSM masih sangat rendah
Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal (PAUDNI) Lyrdia Freyani Hawadie mengatakan, Unesco Institute for Statistic (UIS) mencatat dari sembilan negara terpadat tuna aksara, Indonesia berhasil melangkah maju bersama Brasil, Meksiko, dan Cina.
Disparitas antar provinsi juga menunjukkan kemajuan yang signifikan. Dimana hanya tersisa dua provinsi dengan persentase tuna aksara orang dewasa diatas 10 persen yakni Papua dan Papua Barat. "Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini Indonesia berhasil meningkatkan keaksaraan secara signifikan," katanya di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Rabu (16/10/2013).
Dia mengungkapkan, dari 6,4 juta penduduk tuna aksara, dua per tiga diantaranya adalah perempuan. Dalam hal ini pemerintah pun menggalakkan program keaksaraan lewat layanan pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan.
Lydia mengatakan tantangan pemberantasan buta aksara, termasuk di Papua, adalah kemarjinalan penduduk yang disebabkan oleh kemiskinan, ketakberdayaan, usia, etnisitas, gender, dan bahasa.
Jika dilihat secara global, Lydia mengungkapkan, UIS menyebutkan lebih dari 84 persen penduduk usia dewasa di dunia saat ini menyandang tuna aksara. Fakta ini menunjukkan kenaikan sebesar 8 persen sejak tahun 1990.
Dalam data per 11 September 2013 untuk memperingati Hari Aksara Internasional, sebagian besar orang dewasa tuna aksara berada di Asia Selatan, Asia Barat dan Sub Sahara Afrika. 743 juta orang diprediksi akan masih memiliki keterampilan keaksaraan yang kurang memadai pada 2015.
"Kesepakatan tingkat menteri negara anggota PBB pada 1965 ialah membebaskan warga dunia dari ketunaaksaraan," jelasnya.
Baca berita:
Penyerapan BSM masih sangat rendah
(kri)