Ketika Muhaimin berlebaran bersama para transmigran

Selasa, 15 Oktober 2013 - 20:11 WIB
Ketika Muhaimin berlebaran...
Ketika Muhaimin berlebaran bersama para transmigran
A A A
Sindonews.com - Berlebaran bisa di mana saja. Namun lebih menarik lagi apabila dilakukan di tempat yang tidak biasa. Seperti halnya yang dilakukan Menakertrans Muhaimin Iskandar, istri dan ketiga anaknya yang Hari Raya Idul Adha kali ini dirayakan di lokasi transmigrasi.

Mereka memilih lokasi transmigrasi (loktrans) Sei Radak Kabupaten Kubu Raya, dan KTM Gerbang Kayong kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.

Seusai Solat Subuh dan diiringi gema takbir Lebaran kurban, rombongan berangkat menuju dermaga Sungai Durian. Di sana telah menunggu tiga speedboat, yang akan membawa rombongan menuju Sei Radak.

Diperkirakan speedboat akan membelah Sungai Kapuas selama satu jam. Air sungai keruh coklat, sehingga tak tampak apa yang hidup di dalamnya. Sesekali terlihat jejeran balok kayu gaharu, yang sengaja diapungkan di sungai.

Pemandangan eksotis terlihat ketika para warga yang mencuci dan mandi di dermaga. Para bocah berlari kencang dan terjun dari dermaga dan berenang. Sesekali speedboat harus berhenti, karena melintasnya kapal dari seberang menciptakan gelombang yang dapat mengganggu perjalanan speedboat.

Ada cerita dari warga sekitar, bahwa masih banyak buaya yang berkeliaran di sungai yang mempunyai panjang 1.178 kilometer.

"Beberapa waktu lalu ada 11 orang tewas, karena dimakan buaya di kampung seberang situ," ungkap salah seorang pegawai dinas tenaga kerja setempat, Rabu (15/10/2013).

Kapal yang diisi sekitar 20 orang ini, akhirnya berhenti di dermaga yang tak ditentukan. Penyebabnya karena pasang surut, sehingga speedboat tidak dapat melaju kembali.

Perjalanan dilanjutkan dengan motor yang menempuh waktu 10 menit. Meski demikian, Solat Idul Adha berlangsung tepat waktu pukul tujuh di Masjid Al Wathoni.

Kelar solat, Muhaimin menyumbangkan tiga sapi agar para transmigran sesekali dapat memasak rendang, semur atau dendeng. Bagi Muhaimin makna kurban dalam transmigrasi sangat dalam. Seperti halnya Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan Nabi Ismail, sebagai wujud cintanya bagi Allah SWT.

Para transmigran ini rela pindah dari kota asal untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Berkorban untuk tidak hanya mencari sesuap nasi, namun mengolah lahan agar mendapat panen yang menghasilkan.

Dia yakin, dengan perjuangan dan pengorbanan yang gigih, maka ibadah mencari pekerjaan dari transmigran tidak akan sia-sia.

"Butuh perjuangan untuk membuka lahan baru di loktrans. Dan mereka berkorban mengolah lahan, mengembangkan pemukiman yang ada sehingga layak huni," tutur Muhaimin.

Pengorbanan yang dilakukan para transmigran juga tidak hanya untuk keluarganya. Akan tetapi, dengan pengembangan food estate di loktrans dengan benar, maka impian Indonesia untuk tidak mengimpor bahan pangan akan terwujud.

Misalnya saja tidak lagi mengimpor kedelai dari Amerika, beras dari Vietnam dan Thailand atau sapi dari Australia.
Dengan kata lain, pengorbanan para transmigran yang rela hidup di pelosok Kalimantan, Sulawesi atau Papua ialah demi ketahanan pangan nasional juga.

Klik di sini untuk berita terkait.
(stb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5876 seconds (0.1#10.140)