WHO nilai Indonesia minim dokter jiwa untuk lansia
A
A
A
Sindonews.com - Indonesia dinilai belum mampu menghadapi masalah lonjakan kesehatan jiwa, pada orang lanjut usia (lansia). Ketidak siapan itu bisa dilihat dari masih terbatasnya dokter umum di tingkat layanan primer, yang memahami layanan kesehatan jiwa pada lansia (psikogeriatri) secara terpadu.
Psikiater dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) Albert Maramis mengatakan, sangat sedikitnya dokter layanan primer, seperti puskesmas dan klinik swasta yang memahami psikogeriatri.
Minimnya pengetahuan dokter umum, lanjutnya, pada masalah psikogeriatri karena sistem pengajaran di fakultas yang kurang tepat.
Pasalnya soal kesehatan jiwa memang di masukan dalam kurikulum kedokteran, namun pada saat masuk fase kesehatan jiwa, mereka ditempatkan di rumah sakit jiwa (RSJ) untuk belajar.
“Kebijakan ini kurang baik, karena pasien di RSJ umumnya sudah menderita sakit jiwa berat (psikosis). Seharusnya pengenalan ilmu psikogeriatri harus ditingkatkan. Karena dalam beberapa tahun ke depan, akan timbul ledakan lansia di negara kita karena meningkatnya usia harapan hidup,” kata dia, Selasa (8/10/2013).
Klik di sini untuk berita terkait.
Psikiater dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) Albert Maramis mengatakan, sangat sedikitnya dokter layanan primer, seperti puskesmas dan klinik swasta yang memahami psikogeriatri.
Minimnya pengetahuan dokter umum, lanjutnya, pada masalah psikogeriatri karena sistem pengajaran di fakultas yang kurang tepat.
Pasalnya soal kesehatan jiwa memang di masukan dalam kurikulum kedokteran, namun pada saat masuk fase kesehatan jiwa, mereka ditempatkan di rumah sakit jiwa (RSJ) untuk belajar.
“Kebijakan ini kurang baik, karena pasien di RSJ umumnya sudah menderita sakit jiwa berat (psikosis). Seharusnya pengenalan ilmu psikogeriatri harus ditingkatkan. Karena dalam beberapa tahun ke depan, akan timbul ledakan lansia di negara kita karena meningkatnya usia harapan hidup,” kata dia, Selasa (8/10/2013).
Klik di sini untuk berita terkait.
(stb)