Sikap MUI terhadap Miss World diskriminatif
A
A
A
Sindonews.com - Sikap Majelis Ulama Indonesia (MUI) soal penolakan terhada penyelenggaraan Miss World, dan mendukung Miss World Muslimah dinilai tidak tepat dan diskriminatif.
Sosiolog Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang, Sumatra Barat Muhammad Taufik menegaskan, seharusnya MUI sebagai organisasi Islam tidak memberikan kebencian terhadap penyelenggaraan Miss World, karena hal itu justru merusak pandangan negara lain terhadap Indonesia.
"MUI tidak tepat (menentang Miss World), MUI tidak berkaca dalam konteks lainnya," tegas Taufik di Padang, Senin (23/9/2013).
Seharusnya, lanjut Taufik, MUI memberikan dorongan terhadap penyelenggaraan Miss World, dan jika ada yang tidak setuju mekanisme penyelenggaraanya lebih etisnya memberikan masukan, dan bukan hanya bersikeras menolak.
Memang dalam konteks budaya ketimuran ada hal yang perlu dijaga, seharusnya MUI berperan memberikan masukan penyelenggaraannya tetap dilakukan dan ada batasan-batasannya. "Kalau hanya bersikeras menentang itu akan terlihat lucu, seharusnya MUI tidak seperti itu," tegasnya.
Faktanya, kata Taufik, selama prosesi penyelenggaraan Miss World yang diselenggarakan di Bali itu, tidak ada kontestan yang vulgar atau seperti yang dibayangkan oleh pihak-pihak tertentu. "Kami saksikan di media, hal yang tidak senonoh itu tidak terlihat," ujar Taufik.
Dari prosesi penyelenggaraan Miss World tidak ada perbedaannya dari penyelenggaraan Miss Indonesia. Artinya apa yang dikhawatirkan MUI itu tidak ada ditemukan.
Klik di sini untuk berita MUI dinilai keliru memandang Miss World.
Sosiolog Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang, Sumatra Barat Muhammad Taufik menegaskan, seharusnya MUI sebagai organisasi Islam tidak memberikan kebencian terhadap penyelenggaraan Miss World, karena hal itu justru merusak pandangan negara lain terhadap Indonesia.
"MUI tidak tepat (menentang Miss World), MUI tidak berkaca dalam konteks lainnya," tegas Taufik di Padang, Senin (23/9/2013).
Seharusnya, lanjut Taufik, MUI memberikan dorongan terhadap penyelenggaraan Miss World, dan jika ada yang tidak setuju mekanisme penyelenggaraanya lebih etisnya memberikan masukan, dan bukan hanya bersikeras menolak.
Memang dalam konteks budaya ketimuran ada hal yang perlu dijaga, seharusnya MUI berperan memberikan masukan penyelenggaraannya tetap dilakukan dan ada batasan-batasannya. "Kalau hanya bersikeras menentang itu akan terlihat lucu, seharusnya MUI tidak seperti itu," tegasnya.
Faktanya, kata Taufik, selama prosesi penyelenggaraan Miss World yang diselenggarakan di Bali itu, tidak ada kontestan yang vulgar atau seperti yang dibayangkan oleh pihak-pihak tertentu. "Kami saksikan di media, hal yang tidak senonoh itu tidak terlihat," ujar Taufik.
Dari prosesi penyelenggaraan Miss World tidak ada perbedaannya dari penyelenggaraan Miss Indonesia. Artinya apa yang dikhawatirkan MUI itu tidak ada ditemukan.
Klik di sini untuk berita MUI dinilai keliru memandang Miss World.
(stb)