Berisik, SBY kritik buruh yang demo
A
A
A
Sindonews.com - Aksi unjuk rasa yang digelar para buruh yang tergabung dalam Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), di depan Istana Kepresidenan saat ini, dikritik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Kritikan itu dilontarkan SBY saat menerima kedatangan pimpinan DPR RI di kantor Presiden, Jakarta, Senin (16/9/2013). Sebelum memberikan kritik, SBY menanyakan kepada para pimpinan DPR itu, mengenai jalan mana yang ditempuh untuk menghindari aksi unjuk rasa para buruh tersebut.
"Kalau ada unjuk rasa dan loudspeaker-nya besar sekali. Kalau ada tamu negara, ada event yang penting bisa terganggu," ujar SBY di kantornya, Jakarta, Senin (16/9/2013).
Kemudian, SBY membandingkan aksi unjuk rasa di dalam negeri dengan di luar negeri. Menurutnya, aksi unjuk rasa di luar negeri hanya cukup menggunakan megaphone atau toa (Pengeras suara).
Akan tetapi, di dalam negeri, para pengunjuk rasa terkadang menggunakan speaker yang jumlahnya tidak sedikit. "Kadang-kadang luar biasa, sampai radius 2, 3, 4 kilo masih terdengar. Suatu saat perlu diatur dengan baik. Demokrasi hidup, protes didengar, unjuk rasa bagus untuk saling kontrol. Tetapi dipastikan tidak menganggu pihak-pihak yang juga harus terus menerus bekerja," tuturnya.
"Harus sampai kesitu. Salah satu demokrasi yang tertib, matang sampai disitu. Meskipun alhamdullilah unjuk rasa sekarang tergolong peace full, kami syukuri," pungkasnya.
Dari pantauan di kantor presiden, suara orator pengunjuk rasa memang terdengar. Namun, tak begitu jelas atau cukup kecil suaranya hingga ke kantor presiden.
Seperti diketahui, para buruh kembali berunjuk rasa di depan Istana Kepresidenan, Jakarta. Berbagai tuntutan mereka dalam unjuk rasa hari ini.
Diantaranya yakni, menuntut pemerintah untuk menghapuskan sistem kerja kontrak atau outsourcing. Selain itu, buruh juga menuntut upah yang layak, jaminan sosial, subsidi untuk rakyat dan sebagainya.
Kritikan itu dilontarkan SBY saat menerima kedatangan pimpinan DPR RI di kantor Presiden, Jakarta, Senin (16/9/2013). Sebelum memberikan kritik, SBY menanyakan kepada para pimpinan DPR itu, mengenai jalan mana yang ditempuh untuk menghindari aksi unjuk rasa para buruh tersebut.
"Kalau ada unjuk rasa dan loudspeaker-nya besar sekali. Kalau ada tamu negara, ada event yang penting bisa terganggu," ujar SBY di kantornya, Jakarta, Senin (16/9/2013).
Kemudian, SBY membandingkan aksi unjuk rasa di dalam negeri dengan di luar negeri. Menurutnya, aksi unjuk rasa di luar negeri hanya cukup menggunakan megaphone atau toa (Pengeras suara).
Akan tetapi, di dalam negeri, para pengunjuk rasa terkadang menggunakan speaker yang jumlahnya tidak sedikit. "Kadang-kadang luar biasa, sampai radius 2, 3, 4 kilo masih terdengar. Suatu saat perlu diatur dengan baik. Demokrasi hidup, protes didengar, unjuk rasa bagus untuk saling kontrol. Tetapi dipastikan tidak menganggu pihak-pihak yang juga harus terus menerus bekerja," tuturnya.
"Harus sampai kesitu. Salah satu demokrasi yang tertib, matang sampai disitu. Meskipun alhamdullilah unjuk rasa sekarang tergolong peace full, kami syukuri," pungkasnya.
Dari pantauan di kantor presiden, suara orator pengunjuk rasa memang terdengar. Namun, tak begitu jelas atau cukup kecil suaranya hingga ke kantor presiden.
Seperti diketahui, para buruh kembali berunjuk rasa di depan Istana Kepresidenan, Jakarta. Berbagai tuntutan mereka dalam unjuk rasa hari ini.
Diantaranya yakni, menuntut pemerintah untuk menghapuskan sistem kerja kontrak atau outsourcing. Selain itu, buruh juga menuntut upah yang layak, jaminan sosial, subsidi untuk rakyat dan sebagainya.
(stb)