Partai Islam ditinggalkan karena tak inovatif
A
A
A
Sindonews.com - Dari beberapa hasil survei yang dirilis beberapa waktu belakangan ini, partai politik (Parpol) berbasis Islam masih berada di bawah parpol nasionalis. Apakah ini menandakan parpol berbasis keagamaan tidak mampu mencuri hati masyarakat lagi?
Pengamat Politik dari Universitas Paramadina Nico Harjanto mengatakan, elektabilitas suatu partai biasanya dipengaruhi oleh tiga faktor. Pertama, identifikasi kepartaian, platform atau program. Kedua, politikus, pemimpin parpol, dan siapa calon presidennya (Capres).
"Partai Islam di Indonesia makin ditinggalkan pemilih karena kurang inovatif dalam menawarkan program-program dan calon
pemimpin, serta banyak juga terkena imbas dari kasus-kasus korupsi kader-kadernya," ujarnya ketika dihubungi Sindonews, Sabtu (3/8/2013).
Menurutnya, pemilih Islam yang makin melek politik makin sadar bahwa partai berbasis Islam tidak menjamin politikusnya akan lebih bagus atau bersih dibanding partai nasionalis. Terbukti, beberapa kader partai Islam ikut terjerat kasus korupsi di KPK.
"Karena itu pilihan politiknya lebih bebas, tidak terikat pada aliran tradisional keagamaan seperti masa lalu, apalagi dengan informasi yang makin masif sampai ke pemilih," jelas Analisis Kebijakan Publik Rajawali Foundation ini.
Pengamat Politik dari Universitas Paramadina Nico Harjanto mengatakan, elektabilitas suatu partai biasanya dipengaruhi oleh tiga faktor. Pertama, identifikasi kepartaian, platform atau program. Kedua, politikus, pemimpin parpol, dan siapa calon presidennya (Capres).
"Partai Islam di Indonesia makin ditinggalkan pemilih karena kurang inovatif dalam menawarkan program-program dan calon
pemimpin, serta banyak juga terkena imbas dari kasus-kasus korupsi kader-kadernya," ujarnya ketika dihubungi Sindonews, Sabtu (3/8/2013).
Menurutnya, pemilih Islam yang makin melek politik makin sadar bahwa partai berbasis Islam tidak menjamin politikusnya akan lebih bagus atau bersih dibanding partai nasionalis. Terbukti, beberapa kader partai Islam ikut terjerat kasus korupsi di KPK.
"Karena itu pilihan politiknya lebih bebas, tidak terikat pada aliran tradisional keagamaan seperti masa lalu, apalagi dengan informasi yang makin masif sampai ke pemilih," jelas Analisis Kebijakan Publik Rajawali Foundation ini.
(kri)