Cara represif picu munculnya bibit teroris baru

Rabu, 31 Juli 2013 - 06:41 WIB
Cara represif picu munculnya...
Cara represif picu munculnya bibit teroris baru
A A A
Sindonews.com - Menumpas aksi terorisme di Indonesia dengan cara represif, tidak akan bisa menghapuskan bibit-bibit teroris. Justru akan menimbulkan bibit-bibit baru. Hal itu diungkapkan Peneliti Institute of Defense and Security Studies (IODAS) Burmalis Ilyas di Jakarta.

Menurut dia, langkah yang tepat dalam mencegah bermunculan teroris baru adalah dengan cara preventif. Pemerintah harus bisa merangkul dan berdialog dengan kelompok-kelompok radikal tersebut.

"Melakukan dialog dan memberikan pemahaman tentang aksi terorisme itu merugikan orang banyak," tegas Kandidat doktor politik University of Siena Italia itu, Selasa 30 Juli 2013 malam.

Kaum radikal itu tidak jauh beda dengan kelompok sparatis. Diantara penyebab munculnya paham itu, karena mereka merasa terpinggirkan sehingga bermunculan aksi terorisme.

"Tentunya pemerintah dalam hal ini Polri, Menko Polhukam, Mendagri dan pihak lainnya bisa merangkul mereka dengan mengutamakan dialog," ujar dosen hubungan internasional Universitas Nasional tersebut.

Dengan adanya upaya merangkul atau membujuk kelompok garis keras itu, diyakini lambat laun dan sedikit banyaknya akan bisa meminimalisasi munculnya teroris teroris baru di Indonesia.

Fakta yang terjadi saat ini, semakin banyak teroris yang tertangkap, setelah itu semakin banyak pula kelompok teroris baru yang bermunculan. "Tentunya mereka tidak akan tinggal diam dengan ditangkapnya teman mereka," ujarnya.

Burmalis menegaskan, berkaca dengan hal itu disamping melakukan upaya represif hendaknya upaya perventif lebih dioptimalkan.

"Artinya, mereka yang terlibat kelompok radikalisme diberikan kesempatan berdialog, dan selanjutnya lambat laun akan bisa mengubah pahamnya itu," ujarnya.

Upaya ini memang tidak bisa dilakukan oleh satu pihak, namun semua stakeholder harus dilibatkan. Seperti pemerintah, polisi, ulama, tokoh masyarakat dan termasuk para keluarga dari kelompok radikal itu.
(stb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0871 seconds (0.1#10.140)