WWF ingatkan pemerintah perbaiki habitat harimau Sumatera
A
A
A
Sindonews.com - Menyambut Global Tiger Day yang jatuh pada hari ini, WWF-Indonesia kembali menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk memperbaiki kondisi habitat yang semakin kritis serta memaksimalkan pencegahan serta penegakan hukum terhadap perburuan dan perdagangan harimau Sumatera.
Direktur Program Hutan, Spesies dan Air Tawar WWF-Indonesia, Anwar Purwoto mengatakan, harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) terancam oleh beberapa jenis tekanan seperti konflik dengan manusia, perburuan dan perdagangan ilegal, serta kehilangan dan fragmentasi habitat.
"Laju kehilangan habitat mencapai 5,9 persen per tahun, termasuk yang terparah dibandingkan dengan yang dialami anak jenis harimau yang hidup di negara lain," ujarnya melalui rilis yang diterima Sindonews, Senin (29/7/2013).
Ia melanjutkan, setiap tahunnya Pulau Sumatera kehilangan lebih dari 500 ribu hektar hutan dan berganti menjadi area budidaya. Sementara itu, menurut Daftar Merah IUCN tahun 2008, sebanyak 51 ekor harimau sumatera terbunuh setiap tahunnya yang mana 76 persen merupakan akibat perdagangan gelap.
Kondisi ini diperparah dengan kebakaran hutan pada bulan Juni lalu, dimana sebaran 42 persen hotspot di Riau berada di hutan alam habitat harimau."Pemerintah Indonesia telah turut berkomitmen bersama para pemimpin negara-negara habitat harimau untuk memulihkan harimau sumatera dengan meningkatkan populasinya dua kali lipat pada tahun 2022 dibandingkan kondisinya tahun 2010."
“Waktu berjalan terus dan kita sudah berada pada seperempat waktu perjalanan. Untuk itu pemerintah perlu mempercepat langkah-langkah pelaksanaan strategi penyelamatan populasi harimau Sumatera agar dapat mencapai target tersebut,” sambungnya.
Direktur Program Hutan, Spesies dan Air Tawar WWF-Indonesia, Anwar Purwoto mengatakan, harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) terancam oleh beberapa jenis tekanan seperti konflik dengan manusia, perburuan dan perdagangan ilegal, serta kehilangan dan fragmentasi habitat.
"Laju kehilangan habitat mencapai 5,9 persen per tahun, termasuk yang terparah dibandingkan dengan yang dialami anak jenis harimau yang hidup di negara lain," ujarnya melalui rilis yang diterima Sindonews, Senin (29/7/2013).
Ia melanjutkan, setiap tahunnya Pulau Sumatera kehilangan lebih dari 500 ribu hektar hutan dan berganti menjadi area budidaya. Sementara itu, menurut Daftar Merah IUCN tahun 2008, sebanyak 51 ekor harimau sumatera terbunuh setiap tahunnya yang mana 76 persen merupakan akibat perdagangan gelap.
Kondisi ini diperparah dengan kebakaran hutan pada bulan Juni lalu, dimana sebaran 42 persen hotspot di Riau berada di hutan alam habitat harimau."Pemerintah Indonesia telah turut berkomitmen bersama para pemimpin negara-negara habitat harimau untuk memulihkan harimau sumatera dengan meningkatkan populasinya dua kali lipat pada tahun 2022 dibandingkan kondisinya tahun 2010."
“Waktu berjalan terus dan kita sudah berada pada seperempat waktu perjalanan. Untuk itu pemerintah perlu mempercepat langkah-langkah pelaksanaan strategi penyelamatan populasi harimau Sumatera agar dapat mencapai target tersebut,” sambungnya.
(kri)