Kemensos gagas rehabilitasi manusia gerobak

Senin, 29 Juli 2013 - 08:14 WIB
Kemensos gagas rehabilitasi...
Kemensos gagas rehabilitasi manusia gerobak
A A A
Sindonews.com - Manusia gerobak adalah masalah sosial yang harus diatasi. Kementerian sosial mengagas membedah masalah sosial dengan program pemberdayaan dan pendekatan persuasif.

Menteri sosial (Mensos) Salim Segaf Al Jufri mengatakan, manusia gerobak tidak bisa disebut tunawisma, sebab mempunyai kemauan memiliki rumah sebagai upaya mendukung pekerjaan. Pekerjaannya tetap dengan mengumpulkan barang-barang bekas.

“Mereka adalah saudara kita, berjuang demi mendapatkan penghasilan untuk kebutuhan ekonomi rumah tangganya berbekal keterampilan mengumpulkan barang-barang bekas,” kata Salim saat berbuka puasa dengan manusia gerobak di Sasana Krida Karang Taruna, Jalan Muria RT 02/02, Kelurahan Guntur, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan, Minggu (28/7/2013).

Menurut dia, manusia gerobak adalah pemulung terdiri dari suami/istri dan anak-anak yang berprofesi mengumpulkan barang-barang bekas. Dengan kebutuhan sehari-hari yang dibawa dalam gerobak dan malam hari mereka tidur di dekat gerobaknya di kawasan tertentu, misalnya, di taman, terminal, kolong jembatan layang, dan emperan toko.

Dari data yang dimiliki, lanjut salim, tahun 2010, Dinas Sosial DKI Jakarta merilis data, jumlah pemulung 1.031 orang yang tersebar di lima wilayah. Pada umumnya, tinggal di gubuk-gubuk darurat di pinggiran kali dan pinggir rel kereta api, lahan-lahan kosong terlantar. Sebagian kecil lainnya, tidak memiliki tempat tinggal, bersama istri dan anak-anaknya berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

“Karena selalu berpindah tempat dengan membawa gerobak itulah, awal munculnya istilah manusia gerobak,” ujarnya.

salim mengatakan, terdapat 260 jiwa manusia gerobak berdasar data Direktorat RSTS melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) sebagai mitra kerja dan pembina bagi manusia gerobak tersebut.

Adapun beberapa LKS yang melakukan pembinaan terhadap manusia gerobak, antara lain LKS Gema Nusantara di jalan Tambak Jakarta Pusat, 30 Kepala Keluarga (KK) 120 jiwa, beroperasi di kawasan Jakarta Pusat dan tidur di sekitar Pintu Air Manggarai dan Taman Proklamasi.

Yayasan Bakti Nurul Iman di Kebon Pala Kampung Melayu, 12 KK 45 jiwa, beroperasi di kawasan Jakarta Selatan dan tidur di Taman Manggarai.

Yayasan Rumah Singgah Ciliwung 10 KK 30 jiwa, di kawasan Jakarta Selatan dan tidur di Rel Kereta Api Manggarai.

Yayasan Pelita 20 KK 80 jiwa, di kawasan Jakarta Pusat dan tidur di sekitar Terminal Senen dan taman Monas.

Yayasan Kenari 20 KK 80 jiwa, di kawasan Jakarta Utara dan tidur di sekitar terminal bus Tanjung Priok.

“Pihaknya terus mendata, menganalisis masalah dan kebutuhan. Dengan harapan semua pemulung yang masuk kategori manusia gerobak dapat dihimpun secara akurat," ujar salim..

Menurut informasi dari LKS kebanyakan mereka berasal dari luar Jakarta dan akan mudik dua minggu sebelum idul fitri tiba berharap tiket gratis atau murah dari para dermawan yang digunakan untuk kendaraan umum.

Menurut Dosen Sosiologi Universitas Negeri Jakarta, Robertus Robert mengatakan, manusia gerobak adalah mereka yang hidup di gerobak dan membawa segala kebutuhan hidup di gerobak.

Penulis Esai ‘Manusia Gerobak’ Elza Peldi Taher mengatakan, mereka adalah warga biasa memiliki pekerjaan dan tujuan hidup. Masyarakat menganggap sampah dan tidak punya hukum untuk mendapatkan tempat tinggal, padahal mereka anak bangsa yang tidak punya apa-apa.
(lal)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0933 seconds (0.1#10.140)