4 juta rakyat Indonesia mengkonsumsi narkoba

Kamis, 25 Juli 2013 - 04:26 WIB
4 juta rakyat Indonesia...
4 juta rakyat Indonesia mengkonsumsi narkoba
A A A
Sindonews.com - Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), saat ini masyarakat Indonesia yang melakukan penyalahgunaan narkotika mencapai 4 juta jiwa. Namun, hanya sedikit yang mau direhabilitasi.

"Dalam satu tahun ini, baru 18 ribu jiwa yang mau direhabilitasi. Ini tentu sangat tidak sebanding dengan jumlah penyalagunaan narkoba. Berarti hanya sekitar 0,4 persen yang mau direhabilitasi," kata Direktur Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah (PLRIP) Deputi Bidang Rehabilitasi BNN, Brigjen Ida Oetari, Rabu (24/7/2013) di Kantor BNN Riau, Jalan Pepaya Pekanbaru.

Berbagai alasan dikemukakan oleh pengguna narkotika menolak untuk direhabilitasi. Diantaranya karena malu, ditangkap dan kurang informasi. Padahal, alasan itu tidak benar.

"Trend kasus narkotika tiap tahunnya makin tinggi dan harus segera ditangani bersama," imbuhnya.

Dia mengaku, salah satu program yang harus dilakukan untuk mengurangi jumlah pemakai narkoba adalah dengan melakukan rehabilitasi narapidana, yang terhukum karena narkoba.

Apalagi menurut data, sekitar 50 persen penguni lapas di Indonesia adalah kasus narkoba. "Caranya adalah dengan merehabilitasi mereka. Yakni enam bulan sebelum mereka bebas, mereka harus direhabitasi. Ini diperlukan agar mereka benar-benar sembuh saat bebas nanti. Dan rehabitatasi diluar lapas. Karena jika di dalam lapas sama saja mereka akan kambuh, "katanya.

Namun yang jadi kendala untuk melakukan rehabitasi pecandu narkoba adalah minimnya tempat rehabitasi di daerah. Saat ini baru ada 4 lokasi yang ada salah satunya adalah Lido.

"Karena untuk membuat tempat terapi dan rehabiltasi pengguna narkoba cukup mahal. Yakni Rp6 miliar. Itupun baru bangunan fisiknya, belum termasuk peralatan dan sumber daya manusianya. Untuk itu solusi yang kami cari adalah berkerjama dengan rumah sakit umum di semua daerah. Mereka menyediakan tempat rehabilitasi narkoba. Jika ada masalah dana, baru kami bicarakan," ungkapnya.
(stb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6419 seconds (0.1#10.140)