Setelah bom Tasik, DPR minta Polri evaluasi diri
A
A
A
Sindonews.com - Anggota Komisi III DPR RI, Syarifuddin Suding meminta, agar Polri melakukan evaluasi terkait penanganan keamanan, termasuk penanganan terorisme. Hal ini menyusul teror bom di Mapolsek Rajapolah Tasikmalaya, Jawa Barat.
"Pihak kepolisian harus melakukan evaluasi diri dalam melakukan pola-pola penanganan. Karena institusi kepolisian ini merupakan garda terdepan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam konteks keamanan hukum," kat Suding di kantor DPP Hanura, Jalan Tanjung Karang, Jakarta Pusat, Sabtu (120/7/2013).
Teror bom yang kerap muncul di tengah masyarakat, kata Suding, bisa jadi karena penanganan yang dilakukan kepolisian tidak mendapatkan simpati dari masyarakat, maka muncul rasa kebencian, apalagi yang menjadi sasaran teror selalu pihak kepolisian.
"Diperlukan evaluasi kembali, sama halnya dalam melakukan operasi terhadap orang-orang yang terduga teroris dihadapan keluarganya dan anak istrinya. Justru itu akan memunculkan rasa kebencian dari keluarganya dan suatu saat akan meledak kembali," pungkasnya.
Ketua Fraksi Hanura ini meminta jajaran kepolisian untuk mengedepankan pola penanganan persuasif untuk menghindari kebencian keluarga terhadap aparat keamanan. "Jangan represif. Apalagi dilakukan dihadapan anggota keluarga. Jadi itu bisa memunculkan teroris-teroris baru untuk membalas perbuatan sikap represif kepada polisi," pungkasnya.
Sebelumnya, Mapolsek Rajapolah Tasikmalaya dilempari bom rakitan pada pukul Sabtu dini hari, sekira pukul 02.00 WIB. Bom yang dilengkapi handphone serta detonator ini sempat memuntahkan benda tajam jenis paku dan timah.
"Pihak kepolisian harus melakukan evaluasi diri dalam melakukan pola-pola penanganan. Karena institusi kepolisian ini merupakan garda terdepan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam konteks keamanan hukum," kat Suding di kantor DPP Hanura, Jalan Tanjung Karang, Jakarta Pusat, Sabtu (120/7/2013).
Teror bom yang kerap muncul di tengah masyarakat, kata Suding, bisa jadi karena penanganan yang dilakukan kepolisian tidak mendapatkan simpati dari masyarakat, maka muncul rasa kebencian, apalagi yang menjadi sasaran teror selalu pihak kepolisian.
"Diperlukan evaluasi kembali, sama halnya dalam melakukan operasi terhadap orang-orang yang terduga teroris dihadapan keluarganya dan anak istrinya. Justru itu akan memunculkan rasa kebencian dari keluarganya dan suatu saat akan meledak kembali," pungkasnya.
Ketua Fraksi Hanura ini meminta jajaran kepolisian untuk mengedepankan pola penanganan persuasif untuk menghindari kebencian keluarga terhadap aparat keamanan. "Jangan represif. Apalagi dilakukan dihadapan anggota keluarga. Jadi itu bisa memunculkan teroris-teroris baru untuk membalas perbuatan sikap represif kepada polisi," pungkasnya.
Sebelumnya, Mapolsek Rajapolah Tasikmalaya dilempari bom rakitan pada pukul Sabtu dini hari, sekira pukul 02.00 WIB. Bom yang dilengkapi handphone serta detonator ini sempat memuntahkan benda tajam jenis paku dan timah.
(maf)