Pencapresan Ical membebani Golkar
A
A
A
Sindonews.com - Tak kunjung membaiknya elektabilitas calon presiden (Capres) Partai Golkar Aburizal Bakrie (ARB) dipandang bisa membawa masalah serius bagi partai berlambang pohon beringin ini.
Pengamat Politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Nico Harjanto menilai, ada masalah serius dengan ketokohan Ical sebagai capres. Ia menyarankan, agar Partai Golkar mulai mempertimbangkan mengusung kandidat lain yang berasal dari internal.
"Kalau Golkar punya kandidat yang lebih populer dan elektabilitasnya tinggi, bisa-bisa Golkar suaranya akan terkatrol naik. Jadi figur ARB bukannya mengangkat Golkar, tapi bisa jadi justru membebani," ujarnya ketika dihubungi Sindonews, Kamis (18/7/2013).
Nico berpendapat, jika Partai Golkar tetap bertahan pada figur Ical sebagai capres yang tak kunjung naik elektabilitasnya, bisa menganggu stabilitas elektabilitas partai berlambang pohon beringin ini.
"Begini Golkar sepertnya harus berjuang meningkatkan elektabilitas capresnya, padahal harusnya sebaliknya. Sekarang ini Golkar seperti terkungkung dalam situasi rendahnya elektabilitas capresnya sehingga tidak bisa menawarkan alternatif-alternatif," jelasnya.
Sehingga, fokus partai akan terbagi dua untuk meningkatkan elektabilitas Ical dan bukan pada persiapan pemenangan Golkar
pada Pemilu 2014 mendatang. Menurutnya, mencari tokoh alternatif semisal mendorong Jusuf Kalla menjadi pilihan bagus bagi Partai Golkar.
"Selain JK kan masih ada Ginanjar, Sultan, atau Golkar bisa mencalonkan jenderal yang lebih punya kans," ucap Nico.
Pengamat Politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Nico Harjanto menilai, ada masalah serius dengan ketokohan Ical sebagai capres. Ia menyarankan, agar Partai Golkar mulai mempertimbangkan mengusung kandidat lain yang berasal dari internal.
"Kalau Golkar punya kandidat yang lebih populer dan elektabilitasnya tinggi, bisa-bisa Golkar suaranya akan terkatrol naik. Jadi figur ARB bukannya mengangkat Golkar, tapi bisa jadi justru membebani," ujarnya ketika dihubungi Sindonews, Kamis (18/7/2013).
Nico berpendapat, jika Partai Golkar tetap bertahan pada figur Ical sebagai capres yang tak kunjung naik elektabilitasnya, bisa menganggu stabilitas elektabilitas partai berlambang pohon beringin ini.
"Begini Golkar sepertnya harus berjuang meningkatkan elektabilitas capresnya, padahal harusnya sebaliknya. Sekarang ini Golkar seperti terkungkung dalam situasi rendahnya elektabilitas capresnya sehingga tidak bisa menawarkan alternatif-alternatif," jelasnya.
Sehingga, fokus partai akan terbagi dua untuk meningkatkan elektabilitas Ical dan bukan pada persiapan pemenangan Golkar
pada Pemilu 2014 mendatang. Menurutnya, mencari tokoh alternatif semisal mendorong Jusuf Kalla menjadi pilihan bagus bagi Partai Golkar.
"Selain JK kan masih ada Ginanjar, Sultan, atau Golkar bisa mencalonkan jenderal yang lebih punya kans," ucap Nico.
(kri)