Dosen UGM raih penghargaan dosen berprestasi nasional
A
A
A
Sindonews.com - Bencana membawa berkah tampaknya dapat menggambarkan prestasi yang diraih
Teuku Faisal Fathani ST MT PhD. Berkat bencana longsor yang juga sering terjadi di Indonesia membuat dosen jurusan teknik sipil dan lingkungan Fakultas Teknik UGM ini, meneliti dan membuat alat pengintai longsor.
Alat ini jugalah yang mengantarkannya mendapatkan penghargaan juara I dosen beprestasi tingkat nasional dalam pemilihan tenaga pendidik berprestasi 2013, oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI pada Minggu (7/7/2013) lalu di Jakarta.
Hingga saat ini alat karya pria kelahiran Banda Aceh 38 tahun silam ini telah dipasang di daerah rawan longsor di 12 provinsi dan beberapa perusahaan tambang dalam dan luar negeri.
Faisal mengatakan dirinya tidak menyangka bisa berhasil mendapat penghargaan tersebut. Perasaan sedikit pesimis itu dikarenakan ia sendiri harus bersaing dengan ribuan dosen dari berbagai perguruan tinggi dari seluruh Indonesia.
"Namun, saya tentu harus menyampaikan rasa syukur dan mengaku penghargaan ini justru menjadi ‘cambuk’ bagi saya sendiri untuk terus berkarya menghasilkan sesuatu yang bermanfaat lagi bagi masyarakat. Apalagi dengan keberhasilan alat ini sendiri yang sekarang juga sudah dipakai di Myanmar,” katanya Minggu (14/7/2013).
Alat pengintai longsor buatannya tersebut dinamakan ‘GAMA-EWS’. Hingga saat ini diakui Faisal alat tersebut sudah mendapatkan 5 hak paten dari inovasi pengembangan alat tersebut sejak dibuat tahun 2003 lalu. Bahkan sejak tahun 2007, lebih dari 100 unit alat deteksi dini longsor telah dipasang di daerah-daerah rawan longsor di Indonesia.
Dalam hal penanggulangan dini bencana tersebut, ia bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT), International Consortium on Landslides (ICL-UNESCO), pemerintah daerah setempat, Lembaga Swadaya Masyarakat dan perusahaan pertambangan dan perminyakan.
"Gama EWS ini mampu menyelamatkan masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor setelah memberi peringatan sebelum terjadinya bencana. Cara kerja alat sederhana dengan mendeteksi jarak keretakan tanah untuk menentukan potensi terjadi longsor. Apabila dalam kondisi bahaya, alat akan mengirimkan sinyal sehingga sirine berbunyi sebagai bentuk peringatan dini," jelasnya.
Dikatakan Faisal, jika sirine pada alat berbunyi berarti masyarakat harus waspada dan melakukan evakuasi. Suara sirine alat ini sendiri bisa terdengar hingga radius 500 meter. Oleh karenanya, ia mengutamakan keterlibatan masyarakat dalam pengoperasian dan perawatan alat tersebut.
"Dalam hal pembuatannya, sekarang alat pengintai longsor ini telah menggunakan 95% komponen lokal. Saya sendiri membuat tiga jenis alat dengan tingkat kecanggihan masing-masing. Mengenai harga, saya mematok harga yang bervariasi yakni berkisar Rp5juta-Rp20juta-an," imbuhnya.
Teuku Faisal Fathani ST MT PhD. Berkat bencana longsor yang juga sering terjadi di Indonesia membuat dosen jurusan teknik sipil dan lingkungan Fakultas Teknik UGM ini, meneliti dan membuat alat pengintai longsor.
Alat ini jugalah yang mengantarkannya mendapatkan penghargaan juara I dosen beprestasi tingkat nasional dalam pemilihan tenaga pendidik berprestasi 2013, oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI pada Minggu (7/7/2013) lalu di Jakarta.
Hingga saat ini alat karya pria kelahiran Banda Aceh 38 tahun silam ini telah dipasang di daerah rawan longsor di 12 provinsi dan beberapa perusahaan tambang dalam dan luar negeri.
Faisal mengatakan dirinya tidak menyangka bisa berhasil mendapat penghargaan tersebut. Perasaan sedikit pesimis itu dikarenakan ia sendiri harus bersaing dengan ribuan dosen dari berbagai perguruan tinggi dari seluruh Indonesia.
"Namun, saya tentu harus menyampaikan rasa syukur dan mengaku penghargaan ini justru menjadi ‘cambuk’ bagi saya sendiri untuk terus berkarya menghasilkan sesuatu yang bermanfaat lagi bagi masyarakat. Apalagi dengan keberhasilan alat ini sendiri yang sekarang juga sudah dipakai di Myanmar,” katanya Minggu (14/7/2013).
Alat pengintai longsor buatannya tersebut dinamakan ‘GAMA-EWS’. Hingga saat ini diakui Faisal alat tersebut sudah mendapatkan 5 hak paten dari inovasi pengembangan alat tersebut sejak dibuat tahun 2003 lalu. Bahkan sejak tahun 2007, lebih dari 100 unit alat deteksi dini longsor telah dipasang di daerah-daerah rawan longsor di Indonesia.
Dalam hal penanggulangan dini bencana tersebut, ia bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT), International Consortium on Landslides (ICL-UNESCO), pemerintah daerah setempat, Lembaga Swadaya Masyarakat dan perusahaan pertambangan dan perminyakan.
"Gama EWS ini mampu menyelamatkan masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor setelah memberi peringatan sebelum terjadinya bencana. Cara kerja alat sederhana dengan mendeteksi jarak keretakan tanah untuk menentukan potensi terjadi longsor. Apabila dalam kondisi bahaya, alat akan mengirimkan sinyal sehingga sirine berbunyi sebagai bentuk peringatan dini," jelasnya.
Dikatakan Faisal, jika sirine pada alat berbunyi berarti masyarakat harus waspada dan melakukan evakuasi. Suara sirine alat ini sendiri bisa terdengar hingga radius 500 meter. Oleh karenanya, ia mengutamakan keterlibatan masyarakat dalam pengoperasian dan perawatan alat tersebut.
"Dalam hal pembuatannya, sekarang alat pengintai longsor ini telah menggunakan 95% komponen lokal. Saya sendiri membuat tiga jenis alat dengan tingkat kecanggihan masing-masing. Mengenai harga, saya mematok harga yang bervariasi yakni berkisar Rp5juta-Rp20juta-an," imbuhnya.
(lal)