Sistem jaminan sosial di Indonesia disorot dunia
A
A
A
Sindonews.com - Sebagai salah satu negara ASEAN, Indonesia didorong untuk segera memiliki sistem jaringan pengaman sosial (safety net) untuk menyokong pertumbuhan di Asia Timur tetap berkelanjutan.
Hal itu dikatakan oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI) Bambang Shergie Laksmono, usai menjadi pembicara dalam Network of East Asian Think-Tanks Working Group (NEAT WG) on Inclusive Growth Workshop.
Saat ini, kata Bambang, Indonesia sedang menyongsong penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Universal 2014. Hal itu menjadi tantangan untuk memastikan sistem tersebut bisa terwujud.
"Jadi kita juga sangat disorot soal itu (SJSN), pengalaman kita, taruhan kita sendiri. Untuk memastikan itu bisa terwujud. Ditolak oleh sebagian buruh tentu mungkin ada, karena biar bagaimana juga sistem kehidupan bernegara, harus punya itu demi kemajuan yang kita capai. Buruh pada hakikatnya pasti menerima, hanya kalkulasinya saja," ujarnya di Perpustakaan UI, Depok, Kamis (11/07/2013).
Indonesia, kata Bambang, dibanding negara ASEAN lainnya masih boleh dibilang sudah melakukan banyak perbaikan dan pencapaian. Perkembangan dari segi program serta pengentasan kemiskinan, secara undang-undang sudah lebih maju.
"Tetapi kan proses pemiskinan masih sering terjadi. Kita sedang berkejaran, kemiskinan juga ada tapi kita bekerja keras agar sistem jaminan terwujud," paparnya.
Bambang menilai, peranan dari sistem kesejahteraan sosial sangat penting untuk membangun kesinambungan ekonomi Indonesia. Apalagi, lanjutnya, negara ini memegang prinsip-prinsip dasar mekanisme pasar yang liberal.
"Di negara mana pun yang seperti itu pasti punya sistem jaminan sosial. Bagi orang yang kalah atau tidak beruntung, korban harus bisa ditanggung oleh publik jaminan kolektif. Adalah yang disebut jaring pengaman sosial safety net. Bayangkan saja, sudah kapitalis, enggak punya jaminan, kacau nanti," tukasnya.
Hal itu dikatakan oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI) Bambang Shergie Laksmono, usai menjadi pembicara dalam Network of East Asian Think-Tanks Working Group (NEAT WG) on Inclusive Growth Workshop.
Saat ini, kata Bambang, Indonesia sedang menyongsong penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Universal 2014. Hal itu menjadi tantangan untuk memastikan sistem tersebut bisa terwujud.
"Jadi kita juga sangat disorot soal itu (SJSN), pengalaman kita, taruhan kita sendiri. Untuk memastikan itu bisa terwujud. Ditolak oleh sebagian buruh tentu mungkin ada, karena biar bagaimana juga sistem kehidupan bernegara, harus punya itu demi kemajuan yang kita capai. Buruh pada hakikatnya pasti menerima, hanya kalkulasinya saja," ujarnya di Perpustakaan UI, Depok, Kamis (11/07/2013).
Indonesia, kata Bambang, dibanding negara ASEAN lainnya masih boleh dibilang sudah melakukan banyak perbaikan dan pencapaian. Perkembangan dari segi program serta pengentasan kemiskinan, secara undang-undang sudah lebih maju.
"Tetapi kan proses pemiskinan masih sering terjadi. Kita sedang berkejaran, kemiskinan juga ada tapi kita bekerja keras agar sistem jaminan terwujud," paparnya.
Bambang menilai, peranan dari sistem kesejahteraan sosial sangat penting untuk membangun kesinambungan ekonomi Indonesia. Apalagi, lanjutnya, negara ini memegang prinsip-prinsip dasar mekanisme pasar yang liberal.
"Di negara mana pun yang seperti itu pasti punya sistem jaminan sosial. Bagi orang yang kalah atau tidak beruntung, korban harus bisa ditanggung oleh publik jaminan kolektif. Adalah yang disebut jaring pengaman sosial safety net. Bayangkan saja, sudah kapitalis, enggak punya jaminan, kacau nanti," tukasnya.
(maf)