Menikmati hawa dingin di negeri penuh misteri (2)

Minggu, 07 Juli 2013 - 12:23 WIB
Menikmati hawa dingin...
Menikmati hawa dingin di negeri penuh misteri (2)
A A A
Sindonews.com - Dataran tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, menyimpan panorama alam yang indah sekaligus menyimpan banyak misteri.

Anggota Pokdarwis Dieng Pandawa lainnya, Lilis, menjelaskan keanehan Dieng tidak hanya terletak pada suhu dingin dan cuaca ekstrim saja. Akan tetapi keanehan tersebut terletak dari banyaknya anak-anak yang berambut gimbal di tempat tersebut.

Rambut gimbal anak-anak di kawasan tersebut bukanlah rambut buatan ataupun pasangan. Akan tetapi rambut tersebut murni tumbuh pada anak-anak yang terpilih di kawasan itu. Biasanya tumbuhnya rambut gimbal tersebut terjadi ketika anak-anak itu berusia satu tahun.

Permulaan tumbuh rambut gimbal itu juga unik. Anak yang rambutnya akan menjadi gimbal, biasanya akan mengalami panas tinggi selama beberapa hari. Setelah itu rambut gimbal itu tiba-tiba tumbuh dengan cepat.

“Hanya anak-anak yang terpilih yang rambutnya seperti itu, biasanya panas tinggi dan langsung tumbuh rambut gimbal seperti itu,” ujar Lilis saat berbincang dengan SINDO.

Lebih jauh lilis menjelaskan, adanya rambut gimbal tersebut sudah berlangsung sejak lama bahkan sejak ratusan tahun lalu. Sampai saat ini belum ada yang mengetahui alasan pasti mengapa anak-anak di kawasan tersebut berambut gimbal. Sehingga fenomena rambut gimbal itu
terus menjadi misteri di kawasan itu.

Untuk membersihkan rambut gimbal tersebut, anak-anak tersebut harus melalui ruwatan khusus yang dipimpin oleh sesepuh adat. Setelah diruwat, rambut anak-anak gimbal itu baru bisa dipotong dan dibersihkan. Jika tidak melalui ruwatan, maka rambut gimbal yang sudah
dibersihkan tersebut bisa tumbuh lagi.

Untuk mencukur rambut tersebut, anak-anak yang berambut gimbal itu diperlakukan layaknya seperti raja. Permintaan yang diucapkan oleh anak-anak berambut gimbal tersebut harus dituruti. Jika tidak maka ruwatan rambut gimbal itu sia-sia,

selain itu rambut gimbal tersebut akan terus tumbuh, hingga anak-anak tersebut beranjak dewasa. Masyarakat sekitar percaya, jika rambut itu tidak dicukur dan tidak diruwat, maka hal itu akan membahayakan sang pemilik rambut dan keluarganya.

“Permintaan anak-anak rambut gimbal tersebut aneh-aneh, dan itu semua harus dituruti. Ada yang hanya meminta Tempe Gembus dan Jambu air. Ada pula yang meminta pertunjukkan barongsai yang didatangkan langsung dari China. Untuk yang minta barongsai tersebut sampai saat ini belum dituruti karena biayanya sangat mahal dan tidak ada sponsor yang mau mendatangkan barongsai itu,” ujar Lilis. Sehingga sampai saat ini anak tersebut masih berambut gimbal, meskipun sudah bersekolah.

Banyaknya anak berambut gimbal tersebut menarik perhatian SINDO. Dari beberapa orang tua yang anaknya berambut gimbal, ada yang mau berbagi dengan SINDO mengenai cerita singkat rambut gimbal anaknya tersebut, yakni Tholip, warga Dieng Wetan, Kejajar Wonosobo.

Tholib tersebut memiliki anak perempuan yang rambutnya gimbal. Anak yang ia beri nama Renita tersebut mulai gimbal pada saat usia 1.5 tahun. Ketika itu Renita mengalami sakit panas dan kejang-kejang selama dua hari. Tidak lama kemudian anak tersebut langsung berambut
gimbal.

Uniknya lagi, dari penuturan Tholip, rambut gimbal anaknya itu bisa mengeras dan berdiri tegak seperti kayu, ketika anaknya tersebut marah. “Usianya kini sudah 5,5 tahun, sebenarnya anak itu sudah dibujuk untuk segera dipotong. Akan tetapi anaknya belum mau, padahal permintaanya sudah kita sanggupi, yakni jepit rambut seratus biji dan ayam kalkun,”
kata Tholip.

Ia mengaku akan mempertahankan rambut gimbal anaknya tersebut hingga anaknya mau dipotong rambutnya. Menurutnya akan sia-sia rambut anak itu dipotong jika bukan karena permintaan anak itu sendiri.

Sementara itu dari keterangan yang didapatkan dari masyarakat sekitar, anak-anak yang berambut gimbal tersebut merupakan keturunanan dari Ki Ageng Kolodette yang merupakan leluluhur yang pernah menghuni kawasan itu. Dari kepercayaan warga, konon katanya Kolodette pernah berpesan agar warga selalu menjaga anak-anak berambut gimbal tersebut.

Dari kepercayaan itulah, hingga saat ini anak-anak berambut gimbal terus tumbuh di kawasan Dieng. Tidak hanya itu setiap tahunnya juga digelar ruwatan rambut gimbal yang dinamai dengan Dieng Culture Festival. Untuk 2013 ini Dieng culture Festival telah dilangsungkan
pada akhir Juni lalu. (selesai)
(lal)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0795 seconds (0.1#10.140)