Suka & duka jadi Ketua PBNU
A
A
A
Sindonews.com - Nahdlatul Ulama (NU) sebagai basis dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) saat ini sudah memasuki usia ke 90 tahun. Ketua Umum Pengurus Besar NU (PBNU) Said Aqil Siradj, mengatakan, sebagai pimpinan PBNU, suka dan duka sudah dirasakannya.
"Semua sudah saya rasakan suka dan dukanya sampai rambut langsung beruban, masuk rumah sakit dua kali sudah, yang selama ini tidak pernah. Alhamdulillah NU sudah 90 tahun ini, banyak yang sudah diperbuat antara lain kalau mau jelas, tonton film Sang Kyai," ungkap Said, di Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Senin (1/7/2013).
Said menambahkan, memasuki usia tua berbagai penyakit pun menghinggapi NU, tapi tidak sampai terserang stroke yang bisa melumpuhkan organisasi Islam terbesar nomor dua di Indonesia itu.
"Maklum usia 90 tahun masuk usia tua. Alhamdulillah penyakitnya ringan saja, kadang terserang gatal dan flu dikit. Tapi kalau stroke dan jantung tidak. Itulah organisasi NU yang sudah memasuki masa tuanya," tegasnya.
"Kalau ada pengurus PBNU yang aktif, setengah aktif atau ada yang awalnya aktif dan akhir-akhirnya tidak, kemudian ada yang sama sekali enggak pernah nongol, itu wajar dan hal yang biasa," lanjutnya.
Menurut Said, kalau di NU masih kurang disiplin dan militan dalam mengelola organisasi itu hal yang biasa. Sebab, organisasi Islam yang berdiri sebelum Indonesia merdeka ini tergolong sebagai organisasi masyarakat yang besar.
"Akan tetapi, sampai hari ini kami sudah membangun hubungan baik dengan seluruh pihak, seperti Istana Negara, Mabes TNI, Mabes Polri, Kejaksaan Agung, Mahkamah Konstitusi dan Agung, DPR/MPR, konglomerat, pokoknya saya baikin semuanya. Tidak ada yang tidak senang dengan PBNU, kecuali yang tidak suka," candanya.
Sejauh ini, Said dan seluruh pengurus PBNU sudah berusaha semaksimal mungkin mengelola organisasi besar ini agar bisa lebih bermanfaat untuk bangsa dan negara. "Pertanyaannya? Kira-kira 100 tahun yang akan datang bahkan hingga kiamat NU masih bermanfaat atau tidak? Kira-kira masih dibutuhkan atau tidak? Mari ditanyakan ke diri kita sendiri," tanya Said.
Secara konseptual, diakui Said, NU sangat luar biasa, hanya pengurus NU-nya yang kurang maksimal. "Sehingga, bagaimanapun ini amanat kita semua, yang harus diembang dengan tanggung jawab," sambungnya.
Ditambahkan Said, tidak boleh semua kader NU aktifitasnya di luar semua, seperti menjadi anggota DPR, tentara, polisi, dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Harus ada sekelompok kader NU dan Ulama NU yang diam, tenang dan tidak mengikuti hiruk-pikuk politik.
"Harus ada yang diam dengan tugas yang lebih berat, yaitu akan meningkatkan dan mengaktualisasikan pemahaman agama. Kalau tidak, maka agama tinggal papan namanya saja," tuntas pria berkacamata itu.
"Semua sudah saya rasakan suka dan dukanya sampai rambut langsung beruban, masuk rumah sakit dua kali sudah, yang selama ini tidak pernah. Alhamdulillah NU sudah 90 tahun ini, banyak yang sudah diperbuat antara lain kalau mau jelas, tonton film Sang Kyai," ungkap Said, di Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Senin (1/7/2013).
Said menambahkan, memasuki usia tua berbagai penyakit pun menghinggapi NU, tapi tidak sampai terserang stroke yang bisa melumpuhkan organisasi Islam terbesar nomor dua di Indonesia itu.
"Maklum usia 90 tahun masuk usia tua. Alhamdulillah penyakitnya ringan saja, kadang terserang gatal dan flu dikit. Tapi kalau stroke dan jantung tidak. Itulah organisasi NU yang sudah memasuki masa tuanya," tegasnya.
"Kalau ada pengurus PBNU yang aktif, setengah aktif atau ada yang awalnya aktif dan akhir-akhirnya tidak, kemudian ada yang sama sekali enggak pernah nongol, itu wajar dan hal yang biasa," lanjutnya.
Menurut Said, kalau di NU masih kurang disiplin dan militan dalam mengelola organisasi itu hal yang biasa. Sebab, organisasi Islam yang berdiri sebelum Indonesia merdeka ini tergolong sebagai organisasi masyarakat yang besar.
"Akan tetapi, sampai hari ini kami sudah membangun hubungan baik dengan seluruh pihak, seperti Istana Negara, Mabes TNI, Mabes Polri, Kejaksaan Agung, Mahkamah Konstitusi dan Agung, DPR/MPR, konglomerat, pokoknya saya baikin semuanya. Tidak ada yang tidak senang dengan PBNU, kecuali yang tidak suka," candanya.
Sejauh ini, Said dan seluruh pengurus PBNU sudah berusaha semaksimal mungkin mengelola organisasi besar ini agar bisa lebih bermanfaat untuk bangsa dan negara. "Pertanyaannya? Kira-kira 100 tahun yang akan datang bahkan hingga kiamat NU masih bermanfaat atau tidak? Kira-kira masih dibutuhkan atau tidak? Mari ditanyakan ke diri kita sendiri," tanya Said.
Secara konseptual, diakui Said, NU sangat luar biasa, hanya pengurus NU-nya yang kurang maksimal. "Sehingga, bagaimanapun ini amanat kita semua, yang harus diembang dengan tanggung jawab," sambungnya.
Ditambahkan Said, tidak boleh semua kader NU aktifitasnya di luar semua, seperti menjadi anggota DPR, tentara, polisi, dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Harus ada sekelompok kader NU dan Ulama NU yang diam, tenang dan tidak mengikuti hiruk-pikuk politik.
"Harus ada yang diam dengan tugas yang lebih berat, yaitu akan meningkatkan dan mengaktualisasikan pemahaman agama. Kalau tidak, maka agama tinggal papan namanya saja," tuntas pria berkacamata itu.
(maf)