Pendamping diminta lebih memiliki hati bagi difabel
A
A
A
Sindonews.com - Pelaksanaan ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2013 berjalan lancar. Dari 12 peserta yang mendaftar, hanya 11 peserta saja yang hadir. Sedangkan, satu peserta atas nama Fauzi Rachman Asikin tidak hadir.
Ujian SBMPTN di Kampus Universitas Indonesia (UI) dikhususkan bagi penyandang berkebutuhan khusus atau difabel. Dari hasil pantauan, peserta terlihat serius mengerjakan soal tes potensi akademik (TPA) sebanyak 75 soal. Namun, tidak semua peserta mampu menjawab soal yang hanya diberi waktu 180 menit.
"Enggak semua memang. Tapi hampir separuh soal dijawab," kata Muhammad Alif, peserta dari SMAN 78 Jakarta ditemui usai mengerjakan soal TPA di UI, Depok, Selasa (18/06/2013).
Alif menderita penyakit kelainan pada trombosit darahnya. Sejak setahun lalu Alif yang mampu berhitung cepat ini menderita penyakit itu. Sehingga harus selalu mengonsumsi obat suntik. Bahkan, sebelum menjalani ujian, Alif sempat ke rumah sakit untuk mendapatkan obat suntik.
"Saya pilih di UI fakultas teknik. Pilihannya metalurgi, informatika dan teknik lingkungan," ucap Alif.
Didampingi orang tuanya, Alif terlihat optimis mampu lolos masuk UI. Saat mengerjakan soal, Alif dibantu satu orang pendamping yang bertugas menjawab soal. Karena tangan Alif tak kuat untuk menghitamkan kunci jawaban di kertas komputer.
Mulanya, Alif mengaku sempat merasa kurang puas dengan hasil bulatan pendamping. Hingga akhirnya dia meminta agar pendamping lebih teliti lagi. "Kurang penuh ke bulatannya tadi. Tapi saya sudah bilang dan saya sudah cek. Insya Allah bisa lolos," ungkapnya.
Penanggung Jawab Lokasi (PJL) UI Tien Handayani Nafi menuturkan, sebelum ujian dimulai dirinya sudah memberi arahan pada pendamping agar lebih memiliki hati dalam mendampingi peserta. Pasalnya, jika bulatan yang dikerjakan pendamping kurang tepat maka jawaban tidak akan terbaca.
"Jelas beda mengawas yang biasa dengan difabel. Makanya saya minta pada pendamping untuk lebih memiliki hati," tutupnya.
Ujian SBMPTN di Kampus Universitas Indonesia (UI) dikhususkan bagi penyandang berkebutuhan khusus atau difabel. Dari hasil pantauan, peserta terlihat serius mengerjakan soal tes potensi akademik (TPA) sebanyak 75 soal. Namun, tidak semua peserta mampu menjawab soal yang hanya diberi waktu 180 menit.
"Enggak semua memang. Tapi hampir separuh soal dijawab," kata Muhammad Alif, peserta dari SMAN 78 Jakarta ditemui usai mengerjakan soal TPA di UI, Depok, Selasa (18/06/2013).
Alif menderita penyakit kelainan pada trombosit darahnya. Sejak setahun lalu Alif yang mampu berhitung cepat ini menderita penyakit itu. Sehingga harus selalu mengonsumsi obat suntik. Bahkan, sebelum menjalani ujian, Alif sempat ke rumah sakit untuk mendapatkan obat suntik.
"Saya pilih di UI fakultas teknik. Pilihannya metalurgi, informatika dan teknik lingkungan," ucap Alif.
Didampingi orang tuanya, Alif terlihat optimis mampu lolos masuk UI. Saat mengerjakan soal, Alif dibantu satu orang pendamping yang bertugas menjawab soal. Karena tangan Alif tak kuat untuk menghitamkan kunci jawaban di kertas komputer.
Mulanya, Alif mengaku sempat merasa kurang puas dengan hasil bulatan pendamping. Hingga akhirnya dia meminta agar pendamping lebih teliti lagi. "Kurang penuh ke bulatannya tadi. Tapi saya sudah bilang dan saya sudah cek. Insya Allah bisa lolos," ungkapnya.
Penanggung Jawab Lokasi (PJL) UI Tien Handayani Nafi menuturkan, sebelum ujian dimulai dirinya sudah memberi arahan pada pendamping agar lebih memiliki hati dalam mendampingi peserta. Pasalnya, jika bulatan yang dikerjakan pendamping kurang tepat maka jawaban tidak akan terbaca.
"Jelas beda mengawas yang biasa dengan difabel. Makanya saya minta pada pendamping untuk lebih memiliki hati," tutupnya.
(kri)