61,4 juta penduduk Indonesia perokok aktif
A
A
A
Sindonews.com - Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes, Tjadra Yoga Aditama mengatakan, saat ini Indonesia masih menjadi negara ketiga dengan jumlah perokok aktif terbanyak di dunia 61,4 juta perokok setelah Cina dan India sekitar 60 persen pria dan 4,5 persen wanita di Indonesia adalah perokok.
Sementara itu, perokok pada anak dan remaja juga terus meningkat 43 juta dari 97 juta warga Indonesia adalah perokok pasif.
Tingginya jumlah perokok aktif tersebut berbanding lurus dengan jumlah non-smoker yang terpapar asap rokok orang lain (second hand smoke) sebanyak 97 juta penduduk Indonesia sebanyak 43 juta anak-anak, diantaranya 11,4 juta diantaranya berusia 0-4 tahun.
"Rokok mengandung lebih dari 4000 zat yang berbahaya bagi kesehatan, dimana 43 zat diantaranya bersifat karsinogenik. Karena resiko rokok yang muncul tidak menular dan mematikan," kata dia saat ditemui pada puncak peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) di Kemenkes Jakarta, Jumat (31/5/2013).
Menurutnya, penyakit yang ditumbulkan akibat merokok bervariasi antara lain jantung koroner, stroke dan kanker. Selain mengancam kesehatan para perokok, asap rokok juga berbahaya bagi orang di sekitarnya.
Tjandra memaparkan, dikarenakan rokok pengeluaran makro negara lebih besar dari cukai yang diperoleh pertahunnya sebesar Rp254,41 triliun. Sedangkan, pendapatan negara dari cukai hanya Rp55 triliun.
"Hal ini menunjukan bahwa pengeluaran makro akibat rokok lebih besar," papar Tjandra.
Sementara itu, perokok pada anak dan remaja juga terus meningkat 43 juta dari 97 juta warga Indonesia adalah perokok pasif.
Tingginya jumlah perokok aktif tersebut berbanding lurus dengan jumlah non-smoker yang terpapar asap rokok orang lain (second hand smoke) sebanyak 97 juta penduduk Indonesia sebanyak 43 juta anak-anak, diantaranya 11,4 juta diantaranya berusia 0-4 tahun.
"Rokok mengandung lebih dari 4000 zat yang berbahaya bagi kesehatan, dimana 43 zat diantaranya bersifat karsinogenik. Karena resiko rokok yang muncul tidak menular dan mematikan," kata dia saat ditemui pada puncak peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) di Kemenkes Jakarta, Jumat (31/5/2013).
Menurutnya, penyakit yang ditumbulkan akibat merokok bervariasi antara lain jantung koroner, stroke dan kanker. Selain mengancam kesehatan para perokok, asap rokok juga berbahaya bagi orang di sekitarnya.
Tjandra memaparkan, dikarenakan rokok pengeluaran makro negara lebih besar dari cukai yang diperoleh pertahunnya sebesar Rp254,41 triliun. Sedangkan, pendapatan negara dari cukai hanya Rp55 triliun.
"Hal ini menunjukan bahwa pengeluaran makro akibat rokok lebih besar," papar Tjandra.
(kri)