Komisi I DPR siap laporkan hasil kunker ke Ukraina
A
A
A
Sindonews.com - Pimpinan DPR dan fraksi-fraksi di Senayan menyepakati jika anggota Dewan perwakilan Rakyat (DPR) harus melaporkan setiap hasil kunjungan kerja (kunker) ke luar negeri ke masyarakat.
Menanggapi hal itu, Komisi I DPR yang baru saja melakukan kunjungan kerja ke Ukraina mengaku siap melaporkan hasil kunjungan secara akuntabel.
"Siap. Kan masih reses, Lagi dibuat laporannya," ujar Ketua Komisi I Mahfudz Siddiq kepada wartawan di Senayan, Jumat (19/4/2013).
Diakuinya, ada 11 anggota Komisi I yang ikut kunjungan kerja ke Ukraina tersebut, sementara dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) diwakili dua orang.
"Saya dan Pak Mardani Ali Sera," tukas Mahfudz.
Diketahui, Komisi I DPR melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Ukraina salah satu tujuannya untuk menjajaki pembelian senjata untuk prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI).
"Ke Ukraina itu kita mencoba menganalisa bahwa senjata yang kita beli dari Rusia, ternyata harus melakukan pemeliharaan dan kalau pemeliharaannya di pabrik Rusia lebih mahal. Kemudian, kenapa tidak kita arahkan ke sana," ungkap Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanudin di Gedung DPR, Jakarta, Rabu 3 April 2013.
TB Hasanudin menambahkan, setelah menganalisa persenjataan yang dibuat Ukraina, mereka juga tetap melakukan pengamatan dengan sistem persenjataan Rusia. "Yang paling banyak itu, sistem sejata untuk Angkatan Darat-nya dibuat di Ukraina," terangnya.
Menanggapi hal itu, Komisi I DPR yang baru saja melakukan kunjungan kerja ke Ukraina mengaku siap melaporkan hasil kunjungan secara akuntabel.
"Siap. Kan masih reses, Lagi dibuat laporannya," ujar Ketua Komisi I Mahfudz Siddiq kepada wartawan di Senayan, Jumat (19/4/2013).
Diakuinya, ada 11 anggota Komisi I yang ikut kunjungan kerja ke Ukraina tersebut, sementara dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) diwakili dua orang.
"Saya dan Pak Mardani Ali Sera," tukas Mahfudz.
Diketahui, Komisi I DPR melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Ukraina salah satu tujuannya untuk menjajaki pembelian senjata untuk prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI).
"Ke Ukraina itu kita mencoba menganalisa bahwa senjata yang kita beli dari Rusia, ternyata harus melakukan pemeliharaan dan kalau pemeliharaannya di pabrik Rusia lebih mahal. Kemudian, kenapa tidak kita arahkan ke sana," ungkap Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanudin di Gedung DPR, Jakarta, Rabu 3 April 2013.
TB Hasanudin menambahkan, setelah menganalisa persenjataan yang dibuat Ukraina, mereka juga tetap melakukan pengamatan dengan sistem persenjataan Rusia. "Yang paling banyak itu, sistem sejata untuk Angkatan Darat-nya dibuat di Ukraina," terangnya.
(kri)