Pengawas ceroboh, soal UN jurusan IPA dan IPS tertukar
A
A
A
Sindonews.com - Kesalahan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) di DIY terjadi lagi. Kali ini ditemukan Lembar Jawab Ujian Nasional (LJUN) yang tidak bisa dipindai karena kesalahan pengerjaan soal. Hal ini terjadi di Kabupaten Bantul.
"Kami menemukan adanya kesalahan pengerjaan soal Bahasa Inggris di salah satu sekolah di Bantul. Soal yang seharusnya dikerjakan siswa jurusan IPA justru diberikan pada siswa IPS, begitu pula sebaliknya. Ini jelas membuat LJUN siswa tidak terbaca peralatan di saat pengoreksian karena perbedaan jenis soal dan data siswa. Kami belum tahu harus diapakan hal ini," ujar Koordinator Pelaksanaan UN DIY Rochmat Wahab kepada wartawan di Yogyakarta, Kamis (18/4).
Ditemui di Gedung Rektorat UNY, Rochmat menuturkan, pihaknya telah mengirimkan surat memohon petunjuk terkait solusi dari masalah tersebut. Menurutnya, kesalahan terletak pada pengawas yang seharusnya mengecek ulang soal sebelum dibagikan dan pihak sekolah sebagai penyimpan soal.
"Dalam hal ini jelas siswa tidak salah. Harusnya dilihat dulu pada bundel soal, apakah itu untuk siswa IPA atau IPS. Kalau sudah begini akan repot jadinya," imbuhnya.
Terkait evaluasi UN secara keseluruhan, kata Rektor UNY ini, pelaksanaan UN tahun ini memang ada keterlambatan sehingga harus membuat 11 provinsi menunda pelaksanaan. Namun, hal tersebut bisa tidak terjadi jika pihak pusat secara berkala melakukan pengecekan perkembangan percetakan soal.
"Seharusnya satu minggu sebelum pelaksanaan, sudah ada gambaran apakah soal bisa dicetak tepat waktu atau tidak. Kalau memang belum bisa, ada baiknya penundaan dilakukan untuk seluruh provinsi, tidak sebagian seperti saat ini. Dengan begitu, daerah tidak kerepotan menjaga kerahasiaan soal karena belum tentu semua provinsi lain yang sudah menjalankan UN bisa dengan sigap mengamankan soal," ungkapnya.
Mengenai LJUN soal braille yang tidak ada, Rochmat menuturkan, pihaknya akan segera memanggil pihak sekolah yang memiliki siswa tuna netra untuk sama-sama menyaksikan pemindahan jawaban siswa dari kertas HVS ke LJUN sebelum dipindai. Terkait LJUN yang mengalami kendala tidak terbacanya barcode, telah diselesaikan dengan alat barcode reader dan LJUN yang tidak terbaca dengan alat scaning biasa, telah digunakan image scanner.
"Pemindaian LJUN sudah mulai dilakukan. Namun untuk hasil keseluruhan, kami menunggu pelaksanaan ujian susulan UN SMA/MA/SMK dulu pada 22-25 April 2013, baru setelah itu semua kami kirimkan ke Jakarta," imbuhnya.
"Kami menemukan adanya kesalahan pengerjaan soal Bahasa Inggris di salah satu sekolah di Bantul. Soal yang seharusnya dikerjakan siswa jurusan IPA justru diberikan pada siswa IPS, begitu pula sebaliknya. Ini jelas membuat LJUN siswa tidak terbaca peralatan di saat pengoreksian karena perbedaan jenis soal dan data siswa. Kami belum tahu harus diapakan hal ini," ujar Koordinator Pelaksanaan UN DIY Rochmat Wahab kepada wartawan di Yogyakarta, Kamis (18/4).
Ditemui di Gedung Rektorat UNY, Rochmat menuturkan, pihaknya telah mengirimkan surat memohon petunjuk terkait solusi dari masalah tersebut. Menurutnya, kesalahan terletak pada pengawas yang seharusnya mengecek ulang soal sebelum dibagikan dan pihak sekolah sebagai penyimpan soal.
"Dalam hal ini jelas siswa tidak salah. Harusnya dilihat dulu pada bundel soal, apakah itu untuk siswa IPA atau IPS. Kalau sudah begini akan repot jadinya," imbuhnya.
Terkait evaluasi UN secara keseluruhan, kata Rektor UNY ini, pelaksanaan UN tahun ini memang ada keterlambatan sehingga harus membuat 11 provinsi menunda pelaksanaan. Namun, hal tersebut bisa tidak terjadi jika pihak pusat secara berkala melakukan pengecekan perkembangan percetakan soal.
"Seharusnya satu minggu sebelum pelaksanaan, sudah ada gambaran apakah soal bisa dicetak tepat waktu atau tidak. Kalau memang belum bisa, ada baiknya penundaan dilakukan untuk seluruh provinsi, tidak sebagian seperti saat ini. Dengan begitu, daerah tidak kerepotan menjaga kerahasiaan soal karena belum tentu semua provinsi lain yang sudah menjalankan UN bisa dengan sigap mengamankan soal," ungkapnya.
Mengenai LJUN soal braille yang tidak ada, Rochmat menuturkan, pihaknya akan segera memanggil pihak sekolah yang memiliki siswa tuna netra untuk sama-sama menyaksikan pemindahan jawaban siswa dari kertas HVS ke LJUN sebelum dipindai. Terkait LJUN yang mengalami kendala tidak terbacanya barcode, telah diselesaikan dengan alat barcode reader dan LJUN yang tidak terbaca dengan alat scaning biasa, telah digunakan image scanner.
"Pemindaian LJUN sudah mulai dilakukan. Namun untuk hasil keseluruhan, kami menunggu pelaksanaan ujian susulan UN SMA/MA/SMK dulu pada 22-25 April 2013, baru setelah itu semua kami kirimkan ke Jakarta," imbuhnya.
(kri)