Pengamat: Sejarah Muhaimin & Yenny yang kelam
A
A
A
Sindonews.com - Pernyataan Ketua Umum Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB) Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny Wahid) yang melarang kadernya bergabung ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bukan tanpa alasan.
Pernyataan itu dilatarbelakangi sejarah persinggungan Yenny dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar di partai tersebut. Seperti diketahui, keduanya memperebutkan PKB. Keduanya merasa berhak untuk meneruskan rumah politik yang dibangun KH Abdurrahman Wahid dan para kiai Nahdlatul Ulama tersebut.
"Absolutely (betul tentang sejarah). Sejarah hubungan Muhaimin Iskandar dan Yenny Wahid yang kelam," kata Pengamat Politik Founding Fathers House (FFH) Dian Permata saat berbincang dengan Sindonews, Kamis (18/4/2013).
Ketegangan keduanya bisa terlihat ketika pengambilan nomor urut partai peserta pemilu di Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tahun 2009 silam. Kedua tokoh yang masih bersaudara itu berebut mengambil nomor urut PKB.
"Seperti pada waktu pengambilan nomor urut partai pada Pileg (Pemilihan Legislatif) 2009. Meskipun di antara keduanya ada hubungan keluarga. Terlihat sekali (perang dingin itu)," ujar pria jebolan Universitas Jayabaya itu.
Sekadar diketahui, Yenny Wahid mempersilakan kader PKBIB untuk bergabung ke partai politik (parpol) lain, kecuali PKB dan PKS. "Kami sedang membuat rambu-rambu, yang penting jangan ke PKB dan PKS," kata Direktur Wahid Institute ini saat jumpa pers di kantor DPP PKBIB, Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa 16 April 2013 lalu.
Alasannya, kata dia, karena visi misi PKB dan PKS berbeda dengan PKBIB. Maka itu, dia menyerukan kepada adernya untuk memilih partai yang sesuai dengan visi misi partainya.
"Ini berhubungan dengan visi dan misi kebangsaan yang jadi landasan PKBIB. Kami perjuangkan salah satunya dasar ideologi partai yang mengusung nilai-nilai ahlusunah waljamaah. Sehingga ada batasan-batasan wadah politik," katanya.
Jadi, kata dia, parpol yang tidak mengusung nilai-nilai ahlussunnah wal jamaah, tentu tidak mengusung kehormatan mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). "Ini sangat penting bagi kami," tandasnya.
Pernyataan itu dilatarbelakangi sejarah persinggungan Yenny dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar di partai tersebut. Seperti diketahui, keduanya memperebutkan PKB. Keduanya merasa berhak untuk meneruskan rumah politik yang dibangun KH Abdurrahman Wahid dan para kiai Nahdlatul Ulama tersebut.
"Absolutely (betul tentang sejarah). Sejarah hubungan Muhaimin Iskandar dan Yenny Wahid yang kelam," kata Pengamat Politik Founding Fathers House (FFH) Dian Permata saat berbincang dengan Sindonews, Kamis (18/4/2013).
Ketegangan keduanya bisa terlihat ketika pengambilan nomor urut partai peserta pemilu di Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tahun 2009 silam. Kedua tokoh yang masih bersaudara itu berebut mengambil nomor urut PKB.
"Seperti pada waktu pengambilan nomor urut partai pada Pileg (Pemilihan Legislatif) 2009. Meskipun di antara keduanya ada hubungan keluarga. Terlihat sekali (perang dingin itu)," ujar pria jebolan Universitas Jayabaya itu.
Sekadar diketahui, Yenny Wahid mempersilakan kader PKBIB untuk bergabung ke partai politik (parpol) lain, kecuali PKB dan PKS. "Kami sedang membuat rambu-rambu, yang penting jangan ke PKB dan PKS," kata Direktur Wahid Institute ini saat jumpa pers di kantor DPP PKBIB, Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa 16 April 2013 lalu.
Alasannya, kata dia, karena visi misi PKB dan PKS berbeda dengan PKBIB. Maka itu, dia menyerukan kepada adernya untuk memilih partai yang sesuai dengan visi misi partainya.
"Ini berhubungan dengan visi dan misi kebangsaan yang jadi landasan PKBIB. Kami perjuangkan salah satunya dasar ideologi partai yang mengusung nilai-nilai ahlusunah waljamaah. Sehingga ada batasan-batasan wadah politik," katanya.
Jadi, kata dia, parpol yang tidak mengusung nilai-nilai ahlussunnah wal jamaah, tentu tidak mengusung kehormatan mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). "Ini sangat penting bagi kami," tandasnya.
(mhd)