FTP UGM pelopori GIB di Bantul
A
A
A
Sindonews.com - Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gajahmada (UGM) menjadi pelopor Gerakan Irigasi Bersih (GIB) atau Merti Tirta Amartani di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Salah seorang penggagas GIB di Bantul Sigit Supadmo Arif menuturkan, munculnya gerakan ini berawal dari permasalahan tentang banyaknya sampah yang mengalir di saluran irigasi petani di Bantul.
Sebagian sistem irigasi harus melewati wilayah perkotaan sehingga sampah yang mengalir ke dalam saluran irigasi juga merupakan sampah limbah rumah tangga, industri serta sampah perkotaan yang lain.
"Sampah limbah ini bercampur sampah dari persawahan beririgasi sehingga merupakan sampah organik dari sisa budaya pertanian. Ini mengganggu lingkungan ekologis dan berdampak buruk terhadap mutu hasil pertanian," katanya di daerah irigasi Bendung Tegal, Dusun Sriharjo, Desa Kebonagung, Imogiri, Bantul, Selasa (26/3/2013).
Banyaknya sampah yang mengalir di saluran irigasi ini, menurut Sigit disebabkan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang sampah dan manajemen sampah. Selain itu, tidak adanya budaya hidup bersih masyarakat dan manajemen sampah sehingga masyarakat tidak mengetahui bagaimana sampah harus dikelola dengan baik dan benar.
"Tidak adanya manajemen sampah yang baik ini maka masyarakat saat itu paling mudah dan murah kemudian membuang sampah di badan-badan air yang mengalir termasuk saluran irigasi," taranganya.
Melihat kondisi ini, maka FTP UGM memelopori GIB di Bantul. Beberapa langkah konkret yang telah ditempuh UGM dalam GIB tersebut antara lain melakukan edukasi dan pemberdayaan masyarakat belajar bersama antar pelaku.
Dalam hal ini setidaknya terlibat 38 Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) se Kabupaten Bantul. Bahan pembelajaran berupa film pendek, foto, poster dan hasil pengembangan teknologi sampah bersama Bank Sampah Bantul.
"Kita juga akan melibatkan KKN mahasiswa. Tahun depan kita juga akan menggandeng universitas dari Swedia dan India dalam program ini," terangnya.
Salah seorang penggagas GIB di Bantul Sigit Supadmo Arif menuturkan, munculnya gerakan ini berawal dari permasalahan tentang banyaknya sampah yang mengalir di saluran irigasi petani di Bantul.
Sebagian sistem irigasi harus melewati wilayah perkotaan sehingga sampah yang mengalir ke dalam saluran irigasi juga merupakan sampah limbah rumah tangga, industri serta sampah perkotaan yang lain.
"Sampah limbah ini bercampur sampah dari persawahan beririgasi sehingga merupakan sampah organik dari sisa budaya pertanian. Ini mengganggu lingkungan ekologis dan berdampak buruk terhadap mutu hasil pertanian," katanya di daerah irigasi Bendung Tegal, Dusun Sriharjo, Desa Kebonagung, Imogiri, Bantul, Selasa (26/3/2013).
Banyaknya sampah yang mengalir di saluran irigasi ini, menurut Sigit disebabkan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang sampah dan manajemen sampah. Selain itu, tidak adanya budaya hidup bersih masyarakat dan manajemen sampah sehingga masyarakat tidak mengetahui bagaimana sampah harus dikelola dengan baik dan benar.
"Tidak adanya manajemen sampah yang baik ini maka masyarakat saat itu paling mudah dan murah kemudian membuang sampah di badan-badan air yang mengalir termasuk saluran irigasi," taranganya.
Melihat kondisi ini, maka FTP UGM memelopori GIB di Bantul. Beberapa langkah konkret yang telah ditempuh UGM dalam GIB tersebut antara lain melakukan edukasi dan pemberdayaan masyarakat belajar bersama antar pelaku.
Dalam hal ini setidaknya terlibat 38 Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) se Kabupaten Bantul. Bahan pembelajaran berupa film pendek, foto, poster dan hasil pengembangan teknologi sampah bersama Bank Sampah Bantul.
"Kita juga akan melibatkan KKN mahasiswa. Tahun depan kita juga akan menggandeng universitas dari Swedia dan India dalam program ini," terangnya.
(mhd)